MORFEM
Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki
makna. Dengan kata terkecil berarti “satuan” itu tidak dapat dianalisis menjadi
lebih kecil lagi tanpa merusak maknanya. Umpamanya bentuk membeli dapat dianalisis menjadi dua bentuk terkecil yaitu (me-)
dan (beli). Bentuk (me-) adalah sebuah morfem, yaitu morfem afiks yang secara
gramatikal memiliki sebuah makna; dan bentuk (beli) juga sebuah morfem, yakni
morfem dasar yang secara leksikal memiliki makna. Kalau bentu beli dianalisis menjadi lebih kecil lagi
menjadi be- dan li, pasti keduanya tidak memiliki makna apa-apa. Jadi, keduanya (be- dan li) bukan morfem.
Contoh lainnya, berpakaian
dapat kita analisis kedalam satuan-satuan terkecil. Menjadi (ber-) (pakai)
dan (-an). Ketiga bagian ini adalah morfem, di mana (ber-) adalah morfem
prefiks, (pakai) adalah morfem dasar, dan (-an) adalah sufiks. Maka morfem
(ber-, -an ) memiliki makna gramatikal, sedangkan morfem (pakai) memiliki makna
leksikal.
Agar lebih muda kita pahami, kita dapat mengenal Morfem
dalam dua bentuk; yaitu morfem bebas dan
morfem terikat.
-
Morfem
Bebas adalah suatu bentuk bahasa yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan
biasa. Contoh Gunung, Harimau, Kita, Bendera dll.
-
Morfem
Terikat adalah suatu bentuk bahasa yang tidak bisa berdiri sendiri dalam
tuturan yang biasa, tapi harus diberi Prefiks/awalan atau Sufiks/akhiran
terhadap tuturan itu sendiri. Contoh: Jalan à BerJalan, Rumah à BerRumah
dll.
Untuk mengenal mana
morfen itu, kita perlu mengetahui lebih dalam apa yang menjadi prinsip dalam
menentukan morfem;
1. Prinsip
pertama è Bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonologis dan mana yang sama merupakan morfem yang sama atau
satu morfem. Contoh; baju àbaju baru, baju batik dll
2. Prinsip
kedua è Bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonologis yang berbeda merupakan morfem yang sama atau satu
morfem, apa bila bentuk-bentuk itu mempunyai makna yang sama, serta perbedaan
struktur fonologis dapat dijelaskan secara fonologis. Contoh; mem, meN, me, meng, meny, menge dan me-
(membawa, mendukung, menggali, menyuruh, mengebom, melerai)
3. Prinsip
ketiga è Bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonologis yang berbeda, sekalipun tindakan dapat dijelaskan
secara fonologis, dianggap morfem yang sama apabila mempunyai makna yang sama
dan berdistribusi komplementer. Contoh; bel,
be, ber (belajar, bekerja, berjalan)à be/ker/ja Dalam
distribusi komplementer ini ada be-
disebabkan oleh kondisi kesatuan yang mengikutinya, ialah satuan suku pertama
dalam kata itu yang berakhiran er (ker/ja).
4. Prinsip
keempat è Apabila dalam suatu
deretan struktur, suatu bentuk berparalel dengan suatu kekosongan maka
kekosongan itu morfem (morfem zero) contoh; 1. Ayah membaca buku
2. Ayah …baca buku 3. Ayah menjahit baju 4. Ayah makan roti 5. Ayah minum es à yang dimaksud morfem zero dalam
contoh/kalimat dalam pada kata verbalnya tidak ada transitif/ awalan meN- pada predikat dalam kalimat
bersangkutan makanya itu kekosongan/morfem zero.
5. Prinsip
kelima è Bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonologis yang sama merupakan morfem yang berbeda apabila
maknanya berbeda. Contoh; 1. Buku bermakna
buku kitab, buku pustaka (nama) dll 2. Buku bermakna buku anisa, buku sudirman (pemilik)dll.
6. Prinsip
keenam è Bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonologis sama merupakan morfem yang sama apabila maknanya
sama atau berhubungan diikuti distribusi yang berlainan. Contoh; kepala orang, kepala desa, kepala negara
dll. …….
7. Prinsip
ketujuh è Bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonologis sama merupakan morfem yang berbeda walaupun
maknanya berhubungan tetapi tidak sama distribusinya. Contoh; 1. Kursi bermakna tempat duduk 2. Kursi bermakna
kedudukan/jabatan 3. Amplop bermakna sampul surat 4. Amplop bermakna uang sogok/pelicin
dalam urusan.
8. Prinsip
kedelapan è Bentuk-bentuk yang
dapat dipisahkan merupakan morfem. Misalnya bersandar, sandaran, menduduki,
kedudukan, tuarenta, maka dapat kita masukan dalam morfem ( ber, -an, sandar, men, -i, ke, -an, duduk,
tua, renta)
Jedah
dengan mendengarkan sebuah lagu dari operator…………
FONEM
Morfo-fonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang
timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Morfem ber-,
misalnya, terdiri dari tiga fonem ialah /b,e,r/. akibat pertemuan morfem itu
dengan morfem ajar, morfem ./r/ berubah menjadi /l/, sehingga pertemuan
morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan kata belajar. Demikian di sini terjadi proses
morfo-fonemik yang berupa perubahan fonem, ialah perubahan fonem /r/ pada ber- menjadi /l/.
Kata kerajaan /keraja?an/ terdiri dari dua morfem ialah
morfem ke-an dan raja. Akibat
pertemuan kedua morfem itu, terjadilah proses morfofonemik yang berupa
penambahan ialah penambahan fonem/?/ pada ke-an,
sehingga morfem ke-an menjadi
/ke-?an/.
Kata melerai terdiri dari dua morfem, ialah morfem meN- dan morfem lerai. Akibat dari
pertemuan kedua morfem itu, fonem /N/ pada morfem meN- jadi hilang atau kata lain diluluhkan karena kata di depannya
sehingga morfem meN- menjadi me-.
Dari perkara yang kita bahas tentang fonem, maka dalam
bahasa Indonesia sedikit ditemukan proses morfo-fonemik antara lain;
1. Proses
perubahan fonem
2. Proses
penambahan fonem
3. Proses
hilangnya fonem
Proses
perubahan fonem
Proses perubahan fonem terjadi
sebagai akibat pertemuan morfem meN-
dan peN- dengan bentuk dasarnya.
Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah menjadi /m, n, ñ, ŋ/, hingga morfem meN- dan morfem peN- berubah menjadi mem-,
men-, meny-, meng- dan juga pem-, pen-, peny-, peng-. Perubahan itu
tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya. Kaidah-kaidah
perubahannya dapat diikhtisarkan. Contoh;
1.
Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah
menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan
fonem/p, b, f/ misalnya
meN- + paksa à memaksa
meN- + bangun à membangun
meN- + fasihkan à memfasihkan
peN- + pikir à pemikir
peN- + buru à pemburu
peN- + fitnah à pemfitnah dll
2.
Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah
menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem
/t, d, s/. Fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang
berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya. Contoh;
meN- + tulis à menulis
meN- + dapat à mendapat
meN- + survey à mensurvey
peN- + tari à penari
peN- + dengar à pendengar
peN- + supply à
pensupply
ctt:
Dalam hal ini, fonem /s/ dalam bahasa indonesia tidak bisa berubah tapi menjadi
/ny/ contoh siapkan à
menyiapkan, dll
3.
Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah
menjadi /ñ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s, š, c, j/.
contoh:
meN- + sukai à menyukai
meN- + syukuri à mensyukuri/məñšukuri/
meN- + cari à mencari /məñcari/
meN- + jaga à menjaga /məñjaga/
peN- + suap à penyuap
peN- + cetak à pencetak /pəñcata/
peN- + jaga à penjaga /pəñjaga/
4.
Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah
menjadi /ñ (ng)/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem
/k, g, x(kh), h/. contoh:
meN- + kutip à mengutip
meN- + garis à menggaris
meN- + khianati à mengkhianati
men- + hukum à menghukum
peN- + kacau à pengacau
peN- + gaji à penggaji
peN- + khayal à pengkhayal
peN- + hias à penghias
5.
Fonem /r/ bentuk menjadi fonem
/l/ pada morfem ber- dan per- apabila bentuk dasarnya berupa morfem ajar;
Ber- + ajar à belajar
Per- + ajar à pelajar
6.
Fonem /?/ pada morfem-morfem duduk/dudu?/,
rusak/rusa?/, petik/peti?/ dan sebaginya, berubah menjadi /k/ sebagai akibat
pertemuan morfem-morfem itu dengan morfem ke-an,
peN-an, dan –i. contoh:
Ke – an + duduk/dudu?/ à kedudukan/kədudukan/
peN – an + duduk/dudu?/ à pendudukan/pəndudukan/
-i + duduk/dudu?/ à duduki/duduki/
Proses
penambahan fonem
1. Proses
penambahan fonem /ə/ terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dengan bentuk dasarnya yang terjadi dari satu
suku. Fonem tambahannya ialah /ə/, sehingga meN-
berubah menjadi menge-. Contoh:
meN- + cat à mengecat
meN- + las à mengelas
2. Proses
penambahan fonem /ə/ terjadi juga sebagai akibat pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasarnya yang terjadi dari satu
suku sehingga morfem peN- berubah
menjadi penge-. Contoh:
peN- + bom à pengebom
peN- + bur à pengebur
3. Akibat
pertemuan morfem –an, ke-an, peN-an dengan
bentuk dasarnya, terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasar itu berakhir
dengan vokal /a/, penambahan /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /u,
o, aw/ dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /i,
ay/. Contoh:
-an + hari à harian/hariyan/
-an + lambai/lambay/ à lambaian/lambayyan/
-an + terka à terkaan/terka?an/
Ke-an + lestari à kelestarian/kələstariyan/
Ke-an + pulau/pulaw/ à kepulauan/kəpulawwan/
Ke-an + pandai/panday à kepandaian/kəpandayyan/
peN- + bantai/bantay/ à pembantaian/pəmbantayyan/
peN- + temu à penemuan/pənəmuwan/
peN- + kacau/kacaw/ à pengacauan/pənacawwan/
peN- + ada à pengadaan/pəñada?an/
proses
hilangnya fonem
1. Proses
hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- terjadi sebagai akibat pertemuan
morfem meN- dan peN- dengan pembentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w,
dan nasal/. Contoh:
meN- + lerai à melerai
meN- + warnai à mewarnai
peN- + lupa à pelupa
peN- + nyanyi à penyanyi
2. Fonem
/r/ pada morfem ber-, per- dan ter- hilang sebagai akibat pertemuan
morfem-morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk
dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /ər/.contoh:
Ber- + ramai à beramai
Per- + kerja à pekerja
Ter- + rasa à terasa
3. Fonem-fonem
/p, t, s, k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar kecuali dari bahasa asing.
meN- + paksa à memaksa
meN- + tulis à menulis
meN- + sapu à menyapu
meN- + karang à mengarang
peN- + pukul à pemukul
peN- + sadap à penyadap
peN- + tulis à penulis
peN- + karang à pengarang
Demikian
yang bisa paparkan untuk kita dan bagi para pendengar dimana saja pun mereka
berada………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar