NILAI – NILAI MORAL
DALAM CERITA
L A O W O M A R U
RANCANGAN SKRIPSI
DIAJUKAN DALAM
TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH PENELITIAN PENGAJARAN
OLEH
KELOMPOK I
1.
AMIN SYARIF TANJUNG
2.
MASA DERITA GEA
3.
SUMIATI TELAUMBANUA
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN IKIP GUNUNGSITOLI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN
SENI (FPBS) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA, SASTRA INDONESIA DAN
DAERAH JUNI 2010.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
1
A. Kontek Penelitian........................................................................
1
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 2
E. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 3
F. Batasan Operasional ................................................................... 3
G. Metode Penelitian ..................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 7
A. Nilai ............................................................................................. 7
B. Pengertian Dongeng ................................................................... 8
C. Unsur-unsur Pembangun Cerita .............................................. 9
D. Sinopsis Cerita ........................................................................... 11
E. Biografi Penulis Cerita Laowomaru ........................................ 14
F. Daftar
Pustaka 15
BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Kontek penelitian
Bahasa salah satu alat komunikasi dalam menyampaikan pikiran antar anggota
masyarakat. Melalui bahasa orang dapat beradaptasi dengan lingkungannya untuk
mengungkapkan sesuatu kepada orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat
yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan. Semua komunikasi yang ada
dalam kehidupan manusia diutarakan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa,
baik dalam komunikasi maupun dalam bentuk sastra. Bahasa dalam sastra dapat
terwujud bahasa lisan maupun tulisan.
Suardjo (1979 : 30) menyatakan, “Sastra produk suatu masyarakatnya, di mana
obsesi masyarakatnya menjadi obsesi pengarang yang merupakan salah satu anggota
masyarakat. Dengan demikian mempelajari sastra dapat mempelajari
masyarakatnya.”
Mendasari pendapat di atas maka karya sastra merupakan hasil cipta yang
lahir dari masyarakat yang memberikan gambaran masyarakat. Pengarang sastra
lahir tumbuh di masyarakat yang menyajikan peristiwa yang terjadi di
masyarakat.
Karya sastra dapat memperlihatkan suatu nilai yang mengandung makna yang
dalam dan bermanfaat dalam kehidupan masyarakat. Untuk memperoleh nilai dalam
karya sastra peneliti bertolak pada tema, perwatakan dan nilai-nilai moral yang
terkandung dalam cerita Laowomaru. Cerita
ini cukup merakyat di daerah Nias pada zaman dahulu, namun kalangan generasi
muda dewasa ini sangat minim mengapresiasi karya-karya sastra daerah. Apabila
kondisi ini dibiarkan terus menerus maka tidaktertutup kemungkinan sastra-sastra
daerah tenggelam ditelan zaman. Oleh karena itu, mengapresiasi karya sastra
daerah khususnya cerita Laowomaru berarti
kita telah menggali, menghargai karya tersebut.
Peneliti tertarik dengan cerita Laowomaru
ingin menganalisis dan menggali nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya
yang masih relefan manfaatnya dalam kehidupan dewasa ini bagi pembaca. Cerita Laowomaru mengisahkan seorang anak Nias yang telah berhasil
menghalau saudagar-saudagar dari luar pulau nias yang ingin merampas emas dan
perak yang dimiliki warga Nias untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
B. Fokus Penelitian
Dalam menganalisis
cerita Laowomaru banyak menemukan
masalah seperti yang diungkapkan pada konteks penelitian. Menyadari keterbatasan
waktu dan pengetahuan maka peneliti hanya memfokuskan masalah tentang
nilai-nilai moral dalam cerita Lawomaru.
Adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apa saja nilai-nilai moral dalam cerita Laowomaru?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
berpengaruh terhadap komponen penelitian lainnya terutama metode, teknik, alat
dan generalisasi kesimpulan.
Arikunto (2005 : 51)
menyatakan, “Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya
sesuatu yang diperoleh setelah penelitian selesai.” Setiap melakukan kegiatan
tentu memiliki tujuan yang diharapkan. Demikian juga dalam penelitian cerita Laowomaru adalah untuk mencari atau
menemukan nilai-nilai moral dalam cerita Loawomaru.
D. Manfaat Penilitian
Adapun manfaat penelitian cerita Laowomaru adalah :
1.
Menambah wawasan pembaca dalam
menganalisis sebuah cerit rakyat Nias khususnya Laowomaru.
2.
Dengan penelitian ini cerita rakyat
Nias khususnya cerita Laowomaru semakin dikenal khalayak.
3.
Sebagai penambah khazanah
perpustakaan.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini,
peneliti mengemukakan batasan penelitian yaitu nilai-nilai moral yang terdapat
dalam cerita Laowomaru.
F. Batasan Operasional
1. Nilai moral adalah nilai-nilai
baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban.
2. Cerita adalah sesuatu yang
meluruskan kehidupan tokoh masyarakat pada zaman cerita tersebut.
3. Laowomaru adalah sebuah cerita rakyat daerah Nias yang
melukiskan seorang putra Nias pada zaman dulu berhasil menghalau
saudagar-saudagar dari luar Pulau Nias yang ingin menguras emas dan perak yang
dimiliki penduduk Pulau Nias.
G.
Metode
penelitian
1. Pemdekatan dan Jenis Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan pada
perumusan masalah yang dikemukakan pada bagian terdahulu, maka peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif.
2. Objek yang diteliti
Dalam penelitian ini, objek yang
diteliti yaitu nilai-nilai moral dalam cerita Laowomaru.
3.
Data
dan Sumber Data
Jenis data yang diperlukan adalah
data kualitatif berupa nilai-nilai moral. Sumber data adalah cerita Laowomaru.
4. Prosedur Pengumpulan Data
a. Peneliti membaca cerita tersebut
secara cermat serta berulang-ulang untuk menemukan data.
b. Untuk mempermudah perolehan data,
maka peneliti memilah-milah bacaan tersebut dalam unit kecil.
c.
Unti-unit kecil tersebut membantu
peneliti untuk mengklarifikasi.
5. Teknik Analisis Data
Berdasarkan
data yang ada, maka dilakukan pengkajian dengan analisis data berdasarkan
langkah-langkah :
1. Membaca dan memahami cerita
Lawomaru.
2.
Mengutip kalimat-kalimat yang
mengandung nilai-nilai moral.
3. Menentukan aspek nilai.
Berdasarkan
kutipan data yang dikumpul berupa unit-unit kecil setiap paragraf dan penokohan
yang mengandung nilai-nilai moral dikaji dengan analisis sebagai berikut :
No.
|
Wujud teks
|
Makna
|
Nilai moral
|
penokohan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Ba
tumbu ba dodonia womba
`ago
niha moroisa sarou
moloyo
ba nasi si fasui Tano Niha. (hal.28)
Lo ara aefa walowa tohare sorobu moroisa. Ero
tohare ituyu laowomaru, ifazaumba ba nasi. (hal. 29)
Afoli laowomaru wanofu-nofu wo’omonia andro
afuriatania i’ombakha’o rahasia wa’a bolo nia. So siwa rozi mbugu hulo kawe,
naladoni da’o ataya wa’a bologu.
(hal. 30)
Fefu zoloyo ba nasi sifasui Dano Niha igohi ba
irabu ana’a ba firo ba nowu soloyu ihalo ifa’ano ba rumbi. I’ohe ba dogi nia.
Ba niha nitagö soloyo ifafuli’ö ba mbanua,
(hal. 30)
Menotera’u laomaru, laböbö zi zihoi. Ladodoni
za’a danga ba za’a gahe. Lasofu mbörö wa ngabölö laomaru. Me tebai itaha
sa’ae, i’ombakha’ö.
(hal.
32)
Meno larongo da’ö ladöni mbu kawe Laowomaru.
Aefa da’ö latibo’ö ba dalu nasi.
(hal. 32)
|
Menjaga
keberadaan pulau Nias dari penjarahan yang tidak bertanggungjawab.
Menghalau
penjarahan dengan tenaga sakti yang dimiliki.
Menceritakan
penyebab kesaktiannya kepada istrinya.
Hasil
jarahan dari Nias dikembalikan di Pulau Nias.
Penyiksaan
terhadap sihoi untuk menceritakan kesaktian suaminya.
Melepaskan
kesaktian laowomaru.
|
Tanggungjawab
Tanggungjawab.
Kesetiaan suami pada istrinya.
Tanggungjawab.
Kurangnya kesetiaan sihoi kepada suaminya.
Pasrah.
|
Bertanggungjawab
(Laowomaru).
Berani.
(Laowomaru).
Keterpaksaan
(Laowomaru).
Bertanggungjawab
(Laowomaru).
Tersiksa
(Istri Laowomaru)
Kesal
(Laowomaru).
|
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai
1. Pengertian Nilai
Menurut
KBBI (1988 : 615) Niali adalah “ Banyak sedikitnya isi; kadar; mutu “.
Menurut Purwadarmintta (1976 : 677) “Nilai mengandung
arti harga (taksiran harga)”.
Napitupala (1988 : 8) menyatakan, “Nilai mendatangkan
kesenangan pada masa kini dan berlanjutan pada masa mendatang.
Praja (2003 : 59) “Nilai artinya harga sesuatu yang
mempunyai nilai bagi seseorang karena ia berharga pada dirinya.
Berteus (2004 : 87) “Menilai berarti menimbang suatu
kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan yang lain untuk selanjutnya
diambil keputusan. Keputusan itu
merupakan nilai yang mengatakan berguna atau tidak berguna, benar atau
tidak benar, indah atau tidak indah.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang bermutu,
berharga yang mendatangkan kesenangan yang disukai pada kehidupan manusia.
2. Macam-macam
Nilai
Manusia
dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari akan ditempuh dengan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai inilah selalu dipertahnkan dan
dibudidayakan di tengah-tengah masyarakat, karena memiliki manfaat dalam
pergaulan antar individu dalam masyarakat sehari-hari.
Menurut
Napitupulu (1998 ; 8) mengkategorikan nilai-nilai etika, keagamaan, sosial,
budaya dan pendidikan.
a.
Nilai etika merupakan ajaran dan pedoman umum mengenai baik buruk.
b.
Nilai keagamaan merupakan hakikat dan nilai-nilai yang dimiliki dalam
beribadah.
c.
Niali sosial merupakan hakikat mewujudkan keselarasan, penyesuaian terhadap
lingkungan yang dianggap berguna.
d.
Nilai budaya.
e.
Nilai pendidikan aalah hakikat dan kelayakan yang dapat diwujudkan dalam
masyarakat termasuk nilai ekonomi dan politik.
3. Nilai-nilai moral dalam cerita Laowomaru
Menurut KBBI (1988 : 592) “Moral
adalah ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.” Pengertian
etika (KBBI : 1988) “Ilmu tentang apa yang baik dan buruk.” dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai etika identik dengan nilai-nilai
moral.
B. Pengertian
Dongeng
Menurut Hooykaas (1955 : 124) “Dongeng
sebuah cerita singkat tentang sesuatu hal yang tidak pernah terjadi dan juga
tidak mungkin terjadi menurut orang-orang dewasa atau orang Barat”.
Menurut Fang
(1991 : 3-4) “Cerita rekaan tradisional merupakan sastra yang hidup di
tengah-tengah rakyat yang dituturkan secara lisan oleh ibu kepada anaknya yang
ada dalam buaian.”
Menurut KBBI
(1988 : 212) “Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama
tentang kejadian yang aneh-aneh).”
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa cerita dongeng merupakan cerita yang tidak pernah terjadi tetapi
bertendensi tertentu yang relefan dalam kehidupan manusia sejak ribuan tahun
yang lalu sampai sekarang.
Cerita dongeng merupakan bagian dari sastra
Indonesia lama yakni Prosa lama. Jenis prosa lama terdiri dari : Dongeng,
Cerita bintang, Cerita jenaka, Cerita pelipur lara, dan hikayat.
Cerita dongeng juga disebut sebagai cerita
rakyat atau cerita tradisional. Cerita ini sudah merakyat ribuan tahun yang
lalu sehingga sulit menelusuri dulu pengarangnya atau bersifat anomim. Cerita
semacam ini dituturkan dari generasi ke generasi yang lebih muda secara lisan.
Kemajuan IPTEK dewasa ini, cerita dongeng
dapat disebar luaskan media kepada khalayak. Ada yang disebarkan melalui media
cetak, maupun media elektronik. Setiap daerah telah mmpu mengenal cerita-cerita
dongeng dari daerah lain. Bahkan cerita dongeng dari negara lain.
Cerita dongeng terdiri dari :
1.
Mite
2.
Saga
3.
Legenda
C.
Unsur-unsur pembangun cerita
Unsur-unsur pembangun sebuah cerita adalah
unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun
karya sastra dari dalam berupa : plot, tokoh, latar, tema, sudut pandang dan
unsur behasa. Unsur interinsik inilah mata rantai yang tak terpisahkan dalam
karya sastra berupa cerita.
1. Unsur Intrinsik yang meliputi
a. Tema
Tema secara etimologi berasal dari
Bahasa yunani yakni Thetenai artinya sesuatu yang telah diuraikan atau
ditempatkan dan akan dicapai. Tema menurut Sajunan (1998 : 8) adalah ”Merupakan ide, gagasan, pikiran
yang mendasari jalan pikiran”.
Dalam sebuah cerita tema tidak dinyatakan secara
terang-terangan. Tema merupakan pokok persoalan yang menjiwai cerita. Tema
hanya dapat diketahui dengan membaca cerita secara cermat dan berulang-ulang.
b. Plot atau
Alur
Plot adalah struktur penyusunan
kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang tersusun berdasarkan hubungan
kausalitas. Struktur alur cerita terbagi tiga bagian yakni : awal, tengah, dan
akhir. Penyusunan alur
sesuai hukum alur : kemasukakalan, kejutan, tegangan dan keutuhan.
c. Tokoh dan
Penokohan
Tokoh adalah Individu dalam cerita
yang mengalami berbagai peristiwa (Sujiman, 1990 : 79). ”Penokohan merupakan
penyajian wajah tokoh dan penciptaan citra tokoh dalam karya sastra”. Tokoh
dapat dibedakan dua yaitu : tokoh utama
dan tokoh tambahan atau tokoh pendukung.
d. Latar
Untuk mengetahui jalinan dalam cerita
terdapat kehidupan para tokoh. Dengan demikian tidak terlepas dari tempat dan
waktu peristiwa yang dialami tokoh cerita.
Menurut
Abrams (1981 : 175) mendeskripsikan latar tiga kategori yaitu : waktu, tempat, atau
sosial. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah
gambaran mengenai tempat, waktu, dan situasi terjadinya suatu peristiwa yang
dialami tokoh dalam cerita.
e. Sudut
Pandang
Sudut pandang merupakan cara pengarang
menyajikan cerita. Dalam dunia sastra ada dua cara penyajian cerita, yakni :
pengarang ikut mengambil peran dalam cerita, pengarang berada diluar cerita.
Menurut Stanton (1965 : 26) Sudut
pandang terbagi empat macam :
1.
Sudut pandang orang pertama sentral.
2.
Sudut pandang orang pertama sebagai pembantu.
3.
Sudut pandang orang ketiga mahatahu.
4.
Sudut pandang orang ketiga terbatas.
f. Gaya
Bahasa
Gaya merupakan cara pemakaian bahasa
yang spesifik dari seorang pengarang untuk mencapai tujuan nada cerita. Menurut
Sihombing (1988 : 38) mengatakan, ”Gaya yang dimiliki pengarang adalah gaya
yang digunakan untuk mengekspresikan isi hatinya.” Memilih kata, menyususn
kalimat secara efektif, etis dengan maksud memberikan pesan kepada pembaca.
2. Unsur
ekstrinsik yang meliputi
a. Produk
sosial budaya tempat cerita itu lahir yaitu sifat dan latar belakang yang
sesuai dengan zamannya, agama, ekonomi dan politik.
b. Biografi yang menjelaskan riwayat hidup
seseorang.
D. Sinopsis
legenda Laowomaru
Laowomaru salah satu tempat rekreasi
di daerah Gunungsitoli. Jarak laowomaru dari Gunungsitoli kurang lebih 7 Km.
Setiap hari libur tempat ini diramaikan oleh warga Kota Gunungsitoli untuk
menghirup udara segar dan memandang lautan luas. Lokasi ini dekat jalan raya
dan pantai yang indah. Kondisi inilah gaya tarik laowomaru selain setting dalam
cerita legenda laowomaru.
Nias
pada zaman dahulu memiliki putra legendaris bernama Laowomaru. Orang tua
laowomaru adalah Lahari Safusö kara dan ibunya bernama Iwo Watomasi. Lahari
Safusö kara adalah anak dari Balugu Sirao. Dengan demikian laowomaru adalah
cucu dari Balugu Sirao.
Pada
zaman dahulu Laowomaru memiliki rambut kawat sembilan helai di kepalanya.
Rambut ini telah ada sejak dia dalam kandungan. Rambut inilah yang menimbulkan
kesaktian laowomaru.
Pada
saat dewasa laowomaru berlayar mengelilingi Pulau Nias.Pada pelayarannya
memerogoti pelayar-pelayar dari luar Nias yang mengambil emas, perak, dan hasil
bumi Nias. Sejak itu laowomaru berniat menghalau pelayar dari luar Nias. Dia
tidak segan-segan merampas perahu yang berisi hasil kekayaan Nias.
Laowomaru
beristrikan gadis cantik bernama Sihoi. Setelah pernikahannya, datang perampas
kekayaan Nias dengan membawa peralatan parang dan tombak. Pada saat itu
laowomaru menantang mereka dengan tenaga kesaktiannya. Akhirnya insiden itu
berakhir denga kekalahan pihak gerombolan. Kemenangan aowomaru pada insiden ini
menjadi keheranan istrinya dan orang-orang lain di luar Pulau Nias.
Kesaktian
laowomaru, Sihoi merayu suaminya untuk menceritakan kunci kesaktiannya.
Beberapa hari kemudian laowomaru menceritakan yakni di kepalanya ada rambut
kawat sembilan helai. Rambut itu kalau dicabut hilang kesaktian laowomaru.
Pelayar-pelayar
dari Pulau Nias yang berkeinginan mengambil kekayaan Nias. Mereka berembuk
untuk mencelakakan atau membunuh laowomaru yang sering menghalangi mereka ke
Nias. Mereka menangkap laowomaru. Kemudian dimasukkan ke dalam kerangkang besi
dan di buang ke laut. Beberapa bulan kemudian kerangkangnya berkarat laowomaru
ke luar dan kembali ke guanya seperti biasa.
Peristiwa
laowomaru belum mati, walaupun terendam beberapa bulan di dasar laut. Berita
itu sampai kepada orang yang mencelakakannya. Timbul kekhawatiran yang amat
sangat kalau-kalau laowomaru balas dendam. Akhirnya pelayar-pelayar dari luar
Pulau Nias berembuk untuk membunuh laowomaru yang memiliki tenaga sakti.
Pada
hari yang ditentukan laowomaru ditangkap beserta Sihoi. Laowomaru dimasukkan
kedalam kerangkang besi dan sihoi diikat, disiksa, dicabut kuku tangan dan kaki
agar menceritakan penyebab dan anti kesaktian laowomaru. Tidak tahan dengan siksa,
akhirnya membuka rahasia suaminya. Pedagang-pedagang yang tidak senang dengan
laowomaru melakukan petunjuk sihoi istri laowomaru. Rambut laowomaru dicabut
maka serentak hilang kesaktiannya. Karena laowomaru tidak sakti lagi maka
akhirnya dibuang ke dasar lautan yang dalam. Sejak saat itu laowomaru
meninggal.
Gua
tempat persembunyian laowomaru sampai sekarang warga Nias menamakan Degi
Laowomaru. Di gua ini tersimpan benda-benda berharga milik laowomaru. Lubang
dalm gua cukup luas dan panjangnya ± 10 Km.
E. Biografi Penulis Cerita Laowomaru
Nama :
Drs. Angena’ö Zega
Tempat tanggal lahir : Gawu-gawu Bo’usö, 9 april
1954
Pendidikan :
SD Afia Tahun 1968
SMP
Kristen BNKP 1971
SMA
Kristen BNKP 1974
Universitas
Ahmad Jaya 1975
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan
Politik Jakarta 1996
Pekerjaan : Staf
direktorak bina sosial budaya
Departemen Transmigrasi RI Jakarta Tahun 1980
Prestasi : -
Pegawai teladan Tahun 1997
- Pendiri Yayasan SMP Bima harsa di desa Gawu-gawu bo’usö
- Mendirikan SMP Pelita kasih di desa awoni lausö Kec. Idano gawo.
Daftar Pustaka
1.
Muliono Anton M, Adiwinarta Sri Sukesi, Sunaryo Adi dkk, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdigbud
RI, Jakarta.
2.
Zega Angenanö, 2008, Manomano Nono
Niha, Yayasan Pelita Kasih.
3.
Rahmanto B, Hariyanto P, 1997, Cerita
Rekaan dan Drama, Depdigbud RI, Jakarta.
4.
Imam, Kisyanti, Laksono, dkk, 2004, Materi
Pelatihan Terantegrasi Bahasa
Indonesia, Depdignas, Jakarta.
5.
Sumarjo, Yakob, 1976, Fiksi Indonesia
Dewasa ini, Justicia, Bandung.
6.
Poerdarminta, 1976, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
7.
Tarigan, 1984, Prinsip-prinsip Dasar
Sastra, Angkasa, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar