PECINTA BUDAYA
(Oleh: Nopenius Zai
& Kamarudin Zai)
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP
Gunungsitoli
Disampaikan dalam Siaran Berjaringan Bersama LPP RRI
Koordinasi Wilayah Medan (Medan, Sibolga, Gunungsitoli, Banda Aceh,
Lhoukseumawe dan Meulaboh dalam gelaran
Morning Show yang disiarkan melalui
Frekwebnsi FM 101,3 M.Hz Gunungsitoli
Sabtu, 28 April 2012
A.
Kata Kunci:
Cinta
berarti menyukai apapun hal-hal yang baik yang dimiliki oleh pulau itu sendiri.
Budaya berarti pikiran, akal budi ( Bahasa dan adat istiadat). Pecinta budaya
berarti orang yang menyukai budayanya sendiri. Sama halnya dengan budaya orang
Nias. Bagaimana orang lain mencintai budaya Nias tersebut, apabila orang Nias,
dan luar Nias mampu menikmati, melestarikan, mengapresiasi, membudayakan dan
menjunjung tinggi budaya Nias dalam kehidupan dan berbagai kegiatan
sehari-hari. Dari segi:
1.
penggunaan
Bahasa
2.
Cara
Berbusana
3.
Bersosial
Terpeliharanya
Budaya Nias Seperti: Bahasa Rakyat, Ungkapan Tradisional, Nyanyian rakyat, Adat-istiadat,Musik tradisional, Maena dan
sejenis tari lainnya dan Fondrako apabila ada kerjasama yang baik dari berbagai
pihak, baik bersifat internal dan eksternal.
B.
Fangowai Ba Fame’e Afo ”
Ya’ahowu
Nias
atau ono Niha yang bermukiman di
pualu Nias adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di sebelah
Barat Pantai Sumatera yang memiliki kebudayaan tersendiri seperti halnya
suku-suku lainnya di Indonesia. Orang Nias mempunyai pemandangan bahwa Tome
adalah orang yang dijunjung tinggi. Hal ini terlihat pada ungkapan orang Nias “Emali dome si so ba lala, ono luo na so yomo”
(Tamu yang masih di jalan dianggap asing, tetapi setelah tiba di rumah di
junjung tinggi). Kata Ya’ahowu biasanya diucapkan sambil penyuguhan sirih
kepada Tome (Tamu).
Kata
Ya’ahowu adalah ucapan selamat atau
salam dalam bahasa daerah Nias. Ditinjau dari segi morfologi, Kata Ya’ahowu terdiri dari 3 kata yakni :
“Ya” artinya menyatakan harapan, semoga, atau
mudah-mudahan.
“A” artinya awalan
yang berfungsi membentuk sifat.
”Howu” artinya bagian yang
lembut, segar dan sedang bertumbuh pada suatu tanaman. Contoh: howu lewuo (rebung), howu gae (pisang).
C.
Bahasa Rakyat
Bahasa rakyat merupakan
media untuk memenuhi kebutuhan menyampaikan atau menanggapi suatu
informasi.
Bahasa Nias memiliki perbedaan logat. Logat adalah dialek atau cara mengucapkan
kata (aksen) atau lekuk lidah yang khas.
Contohnya,
masyarakat sekitar Kota menuturkan satu kata “He zo moi o?” sementara masyarakat Nias selatan mengucapkan “He gaga Moi?.
D.
Nyanyian Rakyat
Nyanyian rakyat adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang
diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Yang berfungsi
mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran
hidup sehingga dapat menjadi semacam pelipur lara. Kalau kita resapi isi
dari nyanyian rakyat ternyata isinya banyak berupa pituah atau petunjuk yang
diberikan nenek moyang kita dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam nyanyian rakyat memilik fungsi yaitu: 1 Kreatif, 2. Sebagai pembangkit semangat,
3. Sebagai protes sosial, dan untuk memelihara sejarah setempat dan klan.
“hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado.
“hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado.
Dari aspek nilai, Nyanyian
Rakyat Nias mengandung nilai yang sangat hakiki dalam kehidupan masyarakat
Nias, yaitu:
1.
Nilai filosofis, adalah nilai yang merepresentasikan
pandangan hidup atau kebijaksanaan hidup masyarakat Nias untuk mengendalikan
dan mengarahkan manusia dalam bersikap, berperilaku atau perbuatan ke arah yang
lebih baik, meliputi :
a . Sikap teguh dalam pendirian atau
memegang teguh prinsip hidup,
b.
Sikap menentukan pegangan hidup yang kokoh (sikap kepastian), dan
c . Sikap kebijaksanaan,
2 Nilai
sosiologis, adalah nilai-nilai yang merepresentasikan hubungan atau
interaksi manusia dengan manusia dalam masyarakat Nias yang
direfleksikan dalam bentuk perilaku, sifat, kebiasaan untuk
membangun hubungan timbal balik yang lebih harmonis, meliputi
a pentingnya tolong-menolong
b pentingnya bermusyawarah
untuk menyatukan pendapat,
c pentingnya persaudaraan dalam
suka dan duka,
d berdedikasi tinggi untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negara,
e menjaga dan memelihara
kerukunan hidup
a. Oya Zisȍkhi
Oya zisȍkhi, zifalukha ba wekoli
Ba lȍ zui taya ba dȍdȍgu, mbanuagu
sindruhu
Awakhȍ
dȍdȍ, na itȍrȍ zui tȍdȍgu
Nahiagu
sitorȍi ya’o, awȍ dalifusȍgu
//:
He tȍdȍgu bȍi olifu’ȍgȍ
Fefu zifasui banuamȍ
Banuagu, tanȍ situmbu ya’odo
Banua zatua somasido, sitebai
olifudo
Catatan : berdedikasi tinggi
untuk membangun masyarakat, bangsa dan Negara.
b. Nagoyomanase
Nagoyomanase, sise’ise
bawa
Ba sanau ahe, ba sanau
kaewa
I’urȍi nidanȍ, i’urȍini
mbombo
Wangalui ȍnia, wangalui
ȍnia ba ono goro
lȍ’ulȍ’a, lȍ’ulȍ’a, lȍ’ulȍ’a,
akaewa-kaewa
ha, ha, ha, ha,
ha,...ha, isȍndra gȍnia
c. So Nono Manugu
so nono manugu,
nibe zibayagu, ono manu meda, sigariti bu
ha sihulȍwongi,
la’andrȍ saribu, ha tanȍ owi ba’utaba diwogu
bahe’uwisa wemanga ambȍ asio ambȍ lada
hiza nono wofo,
ba hogu nohi, tafaigi mbu nia, awuzi-wuzi
na’ilau mowengu,
sihulȍwongi, wa’ahakhȍ dȍdȍ, zamondrongo li
ba he’uwisa wanga’i, ambȍ danga arȍu si’ai
E. Maena
Maena merupakan tradisi masyarakat
nias yang selalu dilakukan pada setiap pertemuan yang bernuansa
kegembiraan dan penuh suka cita seperti pesta pernikahan, owasa.
F. Tari Tradisional Nias
1.
Tari
moyo
2.
Tari
baluse
3.
Tari
fame’e afo
G.
FONDRAKO
Fondrako
adalah salah satu ungkapan tentang hukum-hukum adat dan tata laksananya dalam
kehidupan orang Nias. Fondrako ini
merupakan aturan-aturan serta sanksi-sanksi
yang mengatur tata kehidupan orang Nias yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
Fondrako
yang dikenal oleh seluruh ono Niha
di tano Niha merupakan kumpulan dan
sumber segala hukum yang menjadi landasan hidup ono Niha baik masyarakat maupun perorangan.
Manfaat
Fondrako yakni :
Masi-masi
(kasih sayang)
Moli-moli
(pengasuh atau pencegahan)
Rou-rou
(pendorong berbuat atau pengasahan)
H.
Musik Tradisional
Daerah Nias
Musik
Tradisional Daerah Nias dibedakan atas dua macam yakni:
1.
Instrument
(alat musik)
a.
Alat
mudik ritmik
yaitu berfungsi dan berperan memainkan irama
tertentu
Seperti : gondra, tutu, tabulia, koko dsb.
b.
Alat
musik melodi
Berperan memainkan music tertentu
Contoh: lagia, faritia,doli-doli, sigu, surune,
duri mbewe, aramba, duri gahe dsb.
Catatan : instrument music yang dipakai noleh
masyarakat suku ono Niha disebut ngawalo zoli. Dapat dibedakan jenis
menurut fungsi, status orang yang membunyikannya dan tempat penampilannya
I.
Ungkapan Tradisional
Nias
Ungkapan
Merupakan perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan maksud atau
kiasan. Ungkapan tradisional memiliki
tujuan yakni: Untuk memperhalus budi, Lebih menekankan kepada perasaan, Lebih
menekankan kepada rasa persaudaraan.
a. Perumpamaan
artinya mengibaratkan langsung tingkah laku atau keadaan manusia dengan
binatang, tumbuhan, alam sekitar yang diungkapkan dalam satu kalimat dan
lengkap dengan kata-kata: bagai, sebagai dan bagaikan.
Contoh;
Ø
Hulò harita olifu ia
gulinia
( seperti kacang yang lupa akan kuliynya)
Maknanya: seorang anak
yang sudah berhasil lupa akan orang yang mendukung dia sebelumnya
Ø
Afuru mbelewa ziambu,
abòu nomo duka
(parang tukang besi tumpu, rumah tukang lapuk)
Maknanya: dikatakan
kepada orang yang asyik saja mengerjakan kepentigan orang lain, mau mengambil
urusan orang lain tetapi pekerjaanya saja tebengkalai.
b.
Pepatah artinya ungkapan yang
berisikan (anjuran, karangan, kritikan dan sindiran) yang di sampaikan dalam
satu kalimat pendek.
Contoh:
Ø
Abòlò wameraò dima ba
alua zafeto
Kalau kita terlalu
menekan seseorang , dia bisa membalas dengan kasar.
Maknanya:
Setiap orang yang sudah
berkeadaan janganlah kita mengangap remeh orang yang lemah
Ø
Abua gòmò lò abua `li
Kata-kata sindiran
(yang menyakitkan hati) sering terlalu sulit dilupakan.
Maknanya:
Dalam hidup janganlah
kita mengambil dosa kepada sesama, karna hidup ini seperti roda kadang naik
kadang menurun.
J.
Pertanyaan Tradisional
Teka-teki adalah cerita pendek yang menuntut
adanya jawaban atas maksud dari cerita itu. Dengan karakteristiknya seperti itulah,
teka-teki dapat digolongkan dalam jenis sastra.
Bentuk-bentuk
pertanyaan tradisional (teka-teki) tersebut dapat digolongkan ke dalam 2
bentuk, yaitu:
1. Teka-teki yang tidak
memiliki nilai sastra
Contoh:
No.
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Adulo ba nard dand
|
Gowi-gowi
|
2
|
Faldldwa ba nard dand
|
Talinga go’o
|
3
|
Belewa gari ba dalu
mbanua
|
Bua mboli
|
|
|
|
2. Teka-teki yang memiliki
nilai sastra
Contoh:
So samdsa rajo iwad khd
Jimiki ldsd khdda
wakhe tou ba newali. Ba hija na’d
taboi manu mofdnudo khdu ba na’i’a gdi manu ba mofdnudo khdu.
Andrd mangera-ngera Jimiki
awaitd lala “ikdlini” enad
bdi ita boi manu ba enad gdi
ld idou fakhe manu.
Fungsi Pada Teka-Teki Nias Yaitu:
a.
Mendidik
Misalnya:
·
Huld wahd ld manga nald labdzi doyo (harafiah)
Jawaban
teka-teki di atas adalah pahat. Dapat menjadi nasihat atau didikan bagi seorang
anak/pembaca. Di ibaratkan orang yang malas beraktivitas.
b.
Hiburan
Misalnya:
Hadia nagole si tebai la’a
Hadia nagole si tebai la’a
Jawaban
teka-teki tersebut tidak terduga karena orang tidak akan menyangka jawaban yang
demikian. Orang cenderung berpikir luas. Kira-kira daging apa yang tidak bisa
dimakan. Tidak terduga bahwa jawabannya sabut kelapa. Ketidakterdugaan dan
kelucuan inilah yang membuat toka-toki ini menjadi hiburan belaka bagi
penikmatnya.
c.
Menggoda
Misalnya:
Mo meme niha bd’d dombua,
mo meme niha da’a hasambua
Jawab: Gong. Orang berpikir jawaban teka-teki
tersebut berhubungan dengan sesuatu yang porno. Pernyataan Mo meme niha bd’d
dombua, mo meme niha da’a hasambua, membuat orang mengasosiasikannya dengan
meramalkan seorang cewek. Padahal jawabannya adalah gong.
K.
Hoho
Hoho atau puisi rakyat
adalah syair/sastra Ono Niha yang
mengungkapkan sesuatu kejadian-kejadian masa lalu dengan syair yang berirama
dan sering mengungkapkan sesuatu dengan berbagai gaya/bahasa/majas (amalalata wehede)
Yang mana penutur pertama menyampaikan sumange
ini dengan cara merendah atau litotes. Sedangkan lawan bicara menerimanya
dengan membesar-besarkan (Hiperbola). Hoho
ini mengisahkan pemahaman, konsep, ide masyarakat Nias terhadap asal-usul
terhadap sesuatu atau asal mula kejadian.
Pada umumnya terdiri atas dua baris
setiap bait. Setiap bait terdiri dari 4 – 8 kata. Baris kedua merupakan
pengulangan dari baris pertama dengan sedikit perubahan. Hoho diucapkan oleh seseorang pada saat pesta adat (mungkin pesta pernikahan)
dari pihak tamu.
Biasanya,
sebelum pembicaraan dilanjutkan, pihak sowato
wajib memberikan afo (sekapur sirih)
kepada tome yang diantar dengan hoho. Kemudian, tome pun wajib menerimanya dengan hoho pula.
Hoho Ba Walöwa
Haöyö hae badatalau molaya
Molaya wanalikhi
Molaya manaho
Ya’ita ono dalifusö
Ya’ita ono makhelo
Meno tohae ita
Tohare a’oi so...
# Tari höli-höli ya’ita ono dalifusö ono wabanuasa sowatö börö zi numana.
Hu u u u u . . . . . .
Hoho Ba Zimate
Haöyö hae badatalau molaya
Molaya wanalikhi
Molaya manaho
Ya’ita ono dalifusö
Ya’ita ono makhelo
Meno tohae ita fefu
Tohare a’oi so…
.
Mantap,,, maju trus blogger ono niha
BalasHapusYa'ahowu