Kamis, 31 Januari 2013

ANALISA DAN PERANCANGAN



BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN



3.1 PENENTUAN KELAS-KELAS KATA

Ketika menguraikan struktur sintaks dari suatu kalimat, kita memerlukan definisi aturan-aturan kalimat berdasarkan urutan-urutan unsur terkecil pada struktur sintaks bahasa Indonesia. Pada suatu bahasa kata adalah unsur terkecil dalam struktur sintaks, sedangkan unsur terbesarnya adalah kalimat. Oleh karena itu, dalam pendefinisian aturan-aturan sintaks, jenis kelas kata akan menjadi simbol terminal atau token. Dalam proses penguraian struktur kalimat, penganalisa leksikal akan mengembalikan jenis kelas kata ini dalam bentuk token berdasarkan string input yang sesuai dengan ekspresi regular yang dimilikinya.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas-kelas kata terbagi atas tujuh kategori [Alwi98]. Kelas-kelas kata tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Verba (kata kerja)
2.      Adjektiva (kata sifat)
3.      Adverbia (kata keterangan)
4.      Nomina (kata benda)
5.      Pronomina
6.      Numeralia

7.      Kata Tugas
Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok:
1)      Preposisi
2)      Konjungtor
3)      Interjeksi
4)      Artikula
5)      Partikel
Kelas-kelas kata yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada jenis kelas kata tersebut dan juga mengacu pada jenis kelas kata yang digunakan oleh Iskak Hendrawan [Iska99] pada penelitiannya yang meneliti kemampuan metode Linguistic String Analysis dalam menguraikan sintaks bahasa Indonesia. Kelas-kelas kata yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada tabel III-1.
Pada tabel III-1 terlihat bahwa kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian mengalami penambahan jika dibandingkan dengan kelas-kelas kata yang terdapat pada tata bahasa baku bahasa Indonesia seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dan juga jika dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Penambahan ini meliputi kelas kata modal, nomina persona, nomina penggolong yang terbagi menjadi dua bagian, auxiliary, aspek, kelas kata bukan yang berfungsi sebagai kata ingkar untuk predikat nominal, verba yang terbagi menjadi empat macam, dan juga kelas kata adverbia yang dipecah menjadi dua bagian. 
Kelas kata modal (M), aspek (ASP), auxiliary (AUX) dan bukan (BUKAN) digunakan dalam penelitian karena kelas kata ini dapat digunakan untuk membentuk frasa verbal [Sugo97]. Dua kelas kata terakhir yaitu aspek dan auxiliary tidak digunakan dalam penelitian Iskak Hendrawan. Kata-kata yang termasuk ke dalam kelas kata ini biasanya dianggap sebagai adverbia. Dalam penelitian ini kata-kata modal, aspek, bukan, dan auxiliary dipisahkan dari adverbia karena secara sintaksis kata-kata tersebut tidak dapat diperlakukan sama dengan adverbia.

Simbol
Kelas Kata
Keterangan
Contoh
ADJ
Adjektiva
Kata sifat
Cantik
ADV
Adverbia
Kata keterangan di depan kata lain
Sangat
ADVB
Adverbia
Kata keterangan di belakang kata lain
Sekali
ART
Artikula

Si, sang
CC
Konjungtor Koordinatif
Kata hubung yang menghubungkan klausa pada kalimat majemuk setara.
Dan, lalu
CS
Konjungtor Subordinatif
Kata hubung pada kalimat majemuk bertingkat
Ketika, walaupun
M
Modal

Kira, rasa
PRO
Pronomina

Saya, itu
N
Nomina
Kata benda
Buku
NPERS
Nomina Persona
Kata benda persona
Bos
NP
Nomina Penggolong
Kata benda yang menjadi penggolong numeralia
Ekor,butir
NPS
Nomina Penggolong
Kata benda yang menjadi penggolong numeralia
Sebuah, seekor
NUM
Numeralia
Kata bilangan
Seribu
P
Preposisi
Kata depan
Di, ke, dari
PAR
Partikel

Kah, pun
TRANS
Verba Transitif
Kata kerja transitif
Mencoba
INTRANS
Verba Intransitif
Kata kerja intransitif
Pergi, lari
PASIF
Verba Pasif
Kata kerja pasif
Dicoba
PASIF2
Verba Pasif
Kata kerja pasif
Rasakan
NAMA
Nomina
Nama seseorang
Shelly
BUKAN
Adverbia
Kata Ingkar untuk predikat nominal
Bukan
AUX
Auxiliary

Boleh
ASP
Aspek

Telah

Tabel III-1: Kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian.

Kelas kata adverbia dibagi menjadi dua berdasarkan posisi kata yang diterangkan, yaitu ADV dan ADVB. ADVB adalah kelas kata adverbia yang posisinya dibelakang kata yang diterangkan. Pemisahan ini dilakukan karena terjadi konflik pada saat pendefinisian aturan-aturan sintaks dan juga karena masing-masing kategori adverbia ini memiliki  ciri pemakaian tertentu. 
Kelas kata verba yang juga dipakai oleh Iskak Hendrawan dalam penelitiannya dibagi menjadi empat macam yaitu transitif, intransitif, pasif, dan pasif2. Hal ini disebabkan masing-masing verba memiliki aturan-aturan sintaks tersendiri ketika pemakaiannya di dalam kalimat. Sebagai contoh verba transitif hanya dipakai pada kalimat yang memiliki objek dan bertolak belakang dengan verba intransitif. Sedangkan untuk verba pasif berawalan di-, pemakaiannya di dalam kalimat berbeda dengan verba pasif2 yang tidak berawalan di-. Verba pasif2 ini berperan sebagai predikat bersama-sama dengan pronomina persona yang bertindak sebagai subjek pada kalimat aktif sebelumnya.
Kelas kata nomina persona dibedakan dengan kelas kata nomina yang lain sebab timbul konflik di dalam pendefinisian aturan sintaks. Misalkan kesulitan yang terjadi pada kalimat berikut.
Ibu // membelikan // adik // baju baru.
( Subjek // Predikat // Objek // Pelengkap)
Konflik terjadi karena objek dan pelengkap tidak memiliki perbedaan kelas kata jika nomina persona disamakan dengan nomina biasa. Kalimat ini menjadi ambigu dan tidak akan menghasilkan pola yang benar seperti di atas. Kemungkina pola yang akan dihasilkan adalah “( Subjek // Predikat // Objek)”  karena baju baru dianggap perluasan dari kata adik. Oleh karena itu, nomina persona (NPERS) dijadikan kelas kata tersendiri dalam penelitian ini.
Kelas kata nomina penggolong (NP) adalah kelas kata nomina yang mengikuti kelas kata numeralia. Kelas kata ini sudah dipakai oleh Iskak Hendrawan dalam penelitiannya. Kata ini berfungsi sebagai penggolong dari kata-kata numeralia tersebut. Setiap kata benda atau nomina yang terdapat antara numeralia dan nomina lain termasuk ke dalam kelas kata nomina penggolong. Namun, jika nomina penggolong yang dipakai menyatakan penggolongan suatu nomina dengan jumlah tunggal, nomina penggolong ini dinamakan sebagai nomina penggolong spesial (NPS). Contoh NPS ini adalah sebuah, seekor, dan selembar. Nomina penggolong ini dibedakan karena dalam pemakaiannya tidak lagi mengikuti numeralia seperti nomina penggolong biasa. Hal ini disebabkan numeralia sudah disebutkan secara implisit oleh dirinya sendiri. Jadi sebuah buku itu sudah menggambarkan satu buah buku ,seekor cecak menggambarkan satu ekor cecak dan seterusnya.
Kelas kata lain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada kelas kata yang terdapat pada tata bahasa baku bahasa Indonesia. Semua kelas kata yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup penelitian. Jadi jenis kelas kata yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 21 jenis .

3.2 RANCANGAN PENGURAI STRUKTUR KALIMAT

Proses penguraian struktur kalimat memiliki dua sub proses, yaitu proses analisa leksikal dan proses analisa sintaks. Proses analisa leksikal ini dilakukan oleh penganalisa leksikal yang dihasilkan oleh alat bantu Lex, sedangkan proses analisa sintaks dilakukan oleh alat bantu YACC.
Dalam penguraian struktur kalimat, penganalisa leksikal menganalisa setiap kata dalam kalimat, kemudian menentukan jenis kelas katanya. Hasil dari penganalisa leksikal ini digunakan oleh penganalisa sintaks yang akan memeriksa urutan simbol-simbol kelas kata tersebut dalam kalimat. Analisa kata dalam kalimat ini dilakukan oleh penganalisa leksikal berdasarkan kecocokan kata dengan aturan-aturan leksikal berupa ekspresi regular yang sudah didefinisikan. Bentuk aturan-aturan leksikal ini sudah didefinisikan oleh Iskak Hendrawan pada penelitiannya.
Rancangan aturan-aturan sintaks menggunakan bentuk backus naur form (BNF) yang sangat cocok digunakan untuk algoritma pengurai yang memiliki sifat context free [Sage81]. String tata bahasa yang didefinisikan BNF adalah kelas-kelas string yang merefleksikan kategori dari string analysis [Sage81]. Oleh karena itu, string inti (center string), adjunct string, atau adjunct set hasil analisa linguistic string terhadap bahasa Indonesia didefinisikan dalam BNF. Linguistic string dalam bahasa Indonesia dapat berupa rangkaian satu atau lebih kata misalnya frasa nominal, kelas-kelas kata misalnya kata benda, nama unsur gramatikal misalnya subjek atau objek. Berikut ini contoh penulisan dengan menggunakan BNF.
<SENTENCE>  ::= <SUBJECT><*VERB>.
  
<SUBJECT>   ::= <*N>|<*PRO>.
Definisi di atas adalah aturan sintaks suatu kalimat dan elemen subjeknya. Penulisan aturan sintaks terdiri dari suatu konstituen yang ditulis dalam kurung siku (<X>) diikuti oleh simbol “::=” yang melambangkan produksi, diikuti oleh definisi, dan diakhiri titik. Tanda “*” menandakan simbol tersebut merupakan suatu token terminal , sedangkan tanda “|” menandakan pilihan aturan sintaks.

3.2.1 Aturan Kalimat Deklaratif

<SENTENCE>  ::= <CENTER><*ENDMARK>.
  
<CENTER>    ::= <ASSERTION>.  
<ASSERTION>::= <SAF><SUBJECT><KETCHOICE2><PREDICATE0>.
Definisi di atas menyatakan bahwa kalimat deklaratif terdiri dari rangkaian tipe sintaks CENTER diikuti oleh ENDMARK. CENTER berupa ASSERTION karena kalimat yang didefinisikan dalam penelitian ini hanya kalimat deklaratif. Elemen utama kalimat adalah subjek dan predikat. Hal ini dapat dilihat dari urutan ASSERTION di atas. Elemen-elemen kalimat lain yaitu objek dan pelengkap akan ada tergantung pada jenis predikat yang digunakan. Dengan kata lain, elemen-elemen ini akan muncul sesuai dengan pola kalimat dasar yang dipakai dalam kalimat. Elemen kalimat yang terakhir adalah keterangan yang dapat muncul di awal kalimat, di antara subjek dan predikat ataupun di akhir kalimat. Hal ini dapat dilihat dari adanya unsur SAF dan KETCHOICE2 yang terdapat pada definisi ASSERTION. Contoh kalimat ini adalah Ketika saya masuk, mereka diam. Karena urutan keterangan dapat berpindah-pindah, kalimat ini juga dapat diubah menjadi Mereka diam, ketika saya masuk ataupun Mereka , ketika saya masuk, diam. Kalimat contoh terakhir ini memang jarang digunakan, tetapi tetap merupakan urutan kalimat bahasa Indonesia baku. Definisi lengkap SAF dapat dilihat pada bagian sentence adjunct. Definisi ASSERTION ini sering dipakai dalam mendefinisikan elemen-elemen kalimat lainnya karena ASSERTION dapat muncul sebagai bagian dari string lainnya seperti definisi elemen keterangan pada contoh kalimat di atas.

3.2.2 Aturan String Subjek Kalimat

<SUBJECT>   ::= <NOUN_PHRS><PARTIKEL>|<*BAHWA><ASSERTION>.
<PARTIKEL>  ::= NULL|<*PAR>.
Definisi SUBJECT di atas menggambarkan pilihan-pilihan string yang dapat menempati posisi subjek. Seperti ciri-ciri subjek yang diberikan pada bab II, subjek dapat berupa string nomina NOUN_PHRS dan kemudian dapat diikuti juga oleh partikel seperti ibu pun dalam kalimat Ibu pun memberi hadiah atau berupa kata bahwa yang diikuti oleh ASSERTION seperti  string Bahwa dia tidak bersalah pada kalimat Bahwa dia tidak bersalah telah dibuktikan. Berikut ini definisi dari string nomina NOUN_PHRS.
<NOUN_PHRS>       ::= <NOUN_PHR><NEXT_NOUN_PHRS>.

<NEXT_NOUN_PHRS> ::= NULL|<*COMMA><NOUN_PHRS>|<*CC>
                      <NOUN_PHRS>.
<NOUN_PHR>        ::= <*ART><LNRORLADJR>|<LNR>|<LPROR>.                   
<LNRORLADJR>      ::= <LNR>|<LADJR>.
<LNR>             ::= <LN><NOUNS_RN>|<NOUNS_RN>.
<LADJR>           ::= <LADJ><*ADJ><RADJ>|<*ADJ><RADJ>.
<LPROR>           ::= <*PRO><RPRO>.
Simbol NOUN_PHRS digunakan untuk menyatakan bahwa subjek bisa berbentuk jamak. Subjek tunggal dinyatakan dengan NOUN_PHR. Subjek jamak ini dapat dihubungkan dengan “,” (koma) atau kata ”dan” atau “atau”  yang memiliki kelas kata konjungtor koordinatif seperti kata ibu dan saya pada kalimat ibu dan saya pergi ke pasar. Definisi subjek jamak dapat dilihat pada NEXT_NOUN_PHRS. Jika NEXT_NOUN_PHRS bernilai NULL maka subjek kalimat adalah subjek tunggal.
Elemen subjek pada kalimat dapat berupa frase nominal yang dilambangkan dengan LNR atau frase adjektival yang dilambangkan dengan LADJR. Kedua bentuk ini sebelumnya dapat didahului oleh suatu artikula ART. Contoh frasa nominal adalah Sang raja dan frasa adjektival adalah Si pandai. Pilihan antara frasa LNR atau LADJR ini merupakan definisi dari LNRORLADJR.
Simbol LN di atas adalah left adjunct dari nomina. Adjunction ini adalah string yang dapat diselipkan di sebelah kiri nomina sehingga dapat membentuk frasa nominal. Adjunction dapat berupa numeral NUMS yang diiringi dengan right adjunct RNUM dari numeral tersebut. Right adjunct RNUM berupa nomina penggolong seperti kata buah pada frase nomina satu buah buku. Simbol NUMS yang dipakai pada LN dapat juga berupa nomina penggolong spesial NPS seperti kata sebuah  pada frasa sebuah buku tulis. Sedangkan simbol RPRO adalah adjunction di sebelah kanan pronomina. Simbol ini berupa pilihan antara pronomina atau tidak sama sekali. Contoh frase pronomina ini adalah mereka itu pada kalimat mereka itu teman saya. Sebaliknya RPRO akan bernilai NULL seperti kata mereka pada kalimat mereka teman saya.  Berikut ini definisi dari LN dan RPRO.
<LN>        ::= <NUMS>.
<NUMS>      ::= <*NUM><NEXT_NUMS><RNUM>|<*NPS>.
<NEXT_NUMS> ::= <*NUM><NEXT_NUMS>.
<RNUM>      ::= NULL|<*NP>.
<RPRO>      ::= NULL|<*PRO>.
Bentuk dari NOUNS_RN sendiri adalah urutan dari nomina diikuti oleh right adjunct nomina seperti kata buku itu pada kalimat buku itu baru. Oleh karena itu right adjunct nomina dapat berupa pronomina dan juga sentence adjunct YANGSTG yang didahului oleh kata yang seperti string buku yang baru saya beli itu pada kalimat Buku yang baru saya beli itu dipakai oleh kakak. Berikut ini definisi dari NOUNS_RN.
<NOUNS_RN>        ::= <RN>|<NOUNS><RN_OPT>.
<RN>              ::= <*PRO><YANGSTG>.
<RN_OPT>          ::= <*PRO><YANGSTG>|<YANGSTG_FULL>.
<NOUNS>           ::= <*N><IS_ADJ><NEXT_NOUNS>|<NPERS>
<NEXT_PERSONA>|<*NAMA><NEXT_NAMA>.  
<IS_ADJ>          ::= NULL|<*ADJ>.
            
Pilihan IS_ADJ merupakan kata adjektif yang bisa muncul setelah nomina. Contohnya adalah kata ilmiah pada frase nomina karya tulis ilmiah remaja. Definisi dari YANGSTG yang merupakan sentence adjunct ini akan dijelaskan pada sub bagian sentence adjunct kemudian. Pilihan nomina sendiri dapat berupa kata benda biasa ataupun nomina persona seperti ibu atau bos saya dan juga dapat berupa nama seseorang. Masing-masing kata benda tersebut dapat diiringi oleh kata benda sejenis sehingga definisi masing-masing kata benda tersebut diikuti oleh simbol NEXT_NOUNS, NEXT_PERSONA, ataupun NEXT_NAMA.

3.2.3 Aturan String Predikat Kalimat

<PREDICATE0> ::= <LPREDICATE><PREDICATE><RPREDICATE>|
<*DEFINISI><PELENGKAPINT>| <LTIPE7><TIPE7><KETCHOICE>.                              
<LPREDICATE> ::= <CHOICE><PRECHOICE>.
<RPREDICATE> ::= <ADVORNOT>.
<PRECHOICE>  ::= NULL|<*P><LADJR>.
<LTIPE7>    ::= <BKORNOT><ARTORNOT>.
<CHOICE>     ::= <ADVORNOT><*AUX>|<*ASP><ADVORNOT>|
     <ADVORNOT><MORNOT>.
Predikat kalimat dapat berupa frasa yang dibentuk dengan cara menambahkan adjunction di sebelah kiri ataupun di sebelah kanannya. Adjunction ini dapat berupa auxiliary yang dapat didahului oleh adverbia ataupun aspek yang dapat diikuti oleh adverbia, ataupun unsur modal yang di sebelah kirinya juga dapat disisipi oleh adjunction adverbia. Predikat juga dapat berupa kata definisi yaitu adalah atau ialah yang kemudian akan diiringi oleh elemen pelengkap <PELENGKAPINT>. Simbol CHOICE pada definisi <LPREDICATE> di atas memperlihatkan adjunction tersebut. Simbol ADVORNOT pada CHOICE di atas memberikan pilihan bahwa adverbia dapat muncul ataupun tidak pada posisi tersebut. Demikian pula simbol MORNOT memberikan pilihan kemunculan unsur modal. Oleh karena itu, jika kedua simbol tersebut tidak muncul, left adjunct yang dilambangkan dengan CHOICE tidak akan ada di dalam kalimat.
Setelah CHOICE, pilihan PRECHOICE juga dapat muncul pada kalimat. Pilihan PRECHOICE ini merupakan keterangan adjektival seperti frasa dengan hati-hati pada kalimat Dia harus dengan hati-hati berdiri. Frasa ini bisa tidak muncul dalam kalimat karena merupakan unsur keterangan. Oleh karena itu simbol NULL terdapat pada definisi PRECHOICE.
Selain 2 jenis PREDICATE0 yang telah disebutkan sebelumnya, simbol ini juga dapat berupa predikat nominal yang merupakan predikat pola dasar tipe 7. Predikat ini dapat didahului oleh adjunction berupa kata pengingkaran bukan dan juga oleh sebuah artikula. Selain itu, predikat yang mengisi kalimat nominal ini dapat diikuti oleh elemen keterangan <KETCHOICE>. Berikut ini definisi predikat kalimat pola dasar tipe 7.
<TIPE7>      ::= <NOUN_PHRS><RNOUN_PHRS>.
Karena kalimat tipe 7 adalah kalimat nominal, kalimat ini memiliki predikat frasa nominal yang digambarkan dengan NOUN_PHRS dan right adjunctionnya dapat berupa ADVB yang didefiniskan oleh RNOUN_PHRS.
<PREDICATE>        ::= <ACTIVE_PREDICATE>|<PASSIVE_PREDICATE>.
<ACTIVE_PREDICATE> ::= <VERBA>| <LTIPE8>
     <TIPE8><PELENGKAPINTORNOT><KETCHOICE>.
<VERBA>            ::= <TIPE123>|<TIPE456>.
<PASSIVE_PREDICATE>::= <PASIF_TIPE123><PELENGKAPINTORNOT>
<KETCHOICE>.
Predikat kalimat didefinisikan oleh ACTIVE_PREDICATE atau PASSIVE_PREDICATE. Simbol ACTIVE_PREDICATE ini dapat terdiri dari VERBA yaitu verba transitif dan intransitif ataupun frasa adjektival yang dimiliki oleh kalimat dasar tipe 8. Kalimat tipe 8 dapat memiliki elemen keterangan yang letaknya di akhir kalimat. Kalimat tipe 8 dapat juga memiliki pelengkap yang didefinisikan dengan PELENGKAPINTORNOT. Pelengkap selalu terletak dibelakang predikat jika ada. Oleh karena itu, pelengkap ini mendahului elemen keterangan pada definisi kalimat dasar tipe 8. VERBA sendiri merupakan verba kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 6 yang definisinya dibedakan antara TIPE123 dan TIPE456.
Predikat Pasif terdiri dari tiga tipe yang didefinisikan dengan PASIF_TIPE123. Predikat pasif dapat juga diiringi oleh unsur pelengkap dan unsur keterangan. Kedua elemen terakhir ini merupakan optional untuk predikat pasif.  Jenis-jenis dari predikat aktif dan predikat pasif sendiri dapat dilihat pada definisi aturan-aturan sintaks berikut.
<TIPE123>          ::= <TIPE_AKTIF_TRANS><PELORNOT><KETCHOICE>.
<TIPE_AKTIF_TRANS> ::= <*TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS><OBJECT>.
<NEXT_TRANS>       ::= NULL|<SEPARATOR><TRANS_OPT>.
<TRANS_OPT>        ::= <LTRANS><TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS>.
<LTRANS>           ::= <LPREDICATE>.     
Kalimat yang memakai verba aktif dapat memiliki pola kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 6. Kalimat dasar tipe 1 sampai tipe 3 adalah kalimat aktif transitif dimana simbol verba aktif transitifnya dilambangkan dengan TIPE_AKTIF_TRANS. Perbedaan dari ketiga tipe ini adalah elemen kalimat terakhirnya apakah memiliki keterangan, pelengkap, atau tidak sama sekali. Pilihan ini digambarkan dengan simbol PELORNOT dan KETCHOICE. Kalimat dasar tipe 1 akan memiliki unsur keterangan, sedangkan kalimat dasar tipe 2 memiliki unsur pelengkap, dan kalimat dasar tipe 3 sama sekali tidak memiliki kedua unsur tersebut. Elemen keterangan adalah elemen yang dapat muncul pada beberapa tempat dalam kalimat dan elemen ini juga tidak mempengaruhi makna kalimat. Oleh karena itu, kalimat yang memiliki elemen pelengkap juga dapat memiliki elemen keterangan seperti frasa preposisi di pasar pada kalimat Ibu membelikan adik buku tulis di pasar. Kata buku tulis pada kalimat ini berfungsi sebagai pelengkap. Selain itu, kalimat masih tetap memiliki unsur keterangan.
Verba transitif dapat berbentuk jamak seperti kata mencoba dan merasakan sehingga simbol NEXT_TRANS termasuk dalam definisi verba aktif transitif. Tentu saja NEXT_TRANS ini bisa saja berbentuk NULL jika predikat berbentuk verba aktif transitif tunggal. Simbol LTRANS sebagai adjunction sebelah kiri dari verba transitif sama seperti definisi adjunction sebelah kiri LPREDICATE. Sedangkan simbol LTRANS sebagai adjunction sebelah kanan berupa adverbia yang terletak dibelakang predikat yaitu ADVBS. Kelebihan dari kalimat yang memiliki verba transitif ini adalah terdapatnya elemen objek.
Verba intransitif dipakai oleh kalimat dasar tipe 4 sampai dengan tipe 6. Sama seperti kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 3, perbedaan dari ketiga tipe ini adalah elemen kalimat terakhirnya yaitu apakah mengandung keterangan, pelengkap untuk kalimat aktif intransitif atau tidak memiliki keduanya sama sekali.  Pilihan ini digambarkan dengan simbol PELORNOT dan KET_CHOICE. Jika kedua elemen terakhir ini tidak terdapat dalam kalimat, maka nilai kedua simbol tersebut adalah NULL. Kalimat ini disebut sebagai kalimat dasar tipe 6. Kalimat intransitif yang memiliki pelengkap adalah kalimat dasar tipe 4, sedangkan kalimat yang hanya memiliki unsur keterangan adalah kalimat dasar tipe 5 seperti kalimat Patung ini terbuat dari perunggu. Berikut ini definisi predikat tipe 4 sampai dengan tipe 6 dalam BNF.
<TIPE456> ::= <TIPE_AKTIF_INTRANS><PELORNOT><KETCHOICE>.
<TIPE_AKTIF_INTRANS> ::= <INTRANS><RINTRANS>.
Simbol <ACTIVE_PREDICATE> juga dapat berbentuk adjektif. Kalimat ini adalah kalimat dasar tipe 8. Berikut ini definisi kalimat dasar tipe 8.
<LTIPE8>    ::= <ARTORNOT>
<TIPE8>      ::= <LADJR><NEXT_ADJ>.
Seperti subjek yang berbentuk frasa adjektival, kalimat dasar tipe tipe 8 ini dapat memiliki left adjunction artikula yang digambarkan oleh LTIPE8. Kalimat dasar tipe 8 memiliki predikat adjektival yang didefinisikan dengan LADJR. Karena predikat ini tidak hanya berupa predikat tunggal, predikat adjektival ini dapat terus berlanjut dan didefinisikan dengan NEXT_ADJ. Contohnya adalah kata senang dan bahagia pada kalimat Dia senang dan bahagia.
<PASIF_TIPE123> ::= <K_PASIF><RPASIF>.
<KPASIF>        ::= <*PASIF>|<*PRO><*PASIF2>|<*NPERS><PASIF2*>|
        <*KENA><PASIF2>
Predikat pasif juga dapat berbentuk frase yang dibentuk dengan menambahkan adjunction di sebelah kanan predikat. Adjunction ini didefinisikan oleh RPASIF di atas berupa adverbia ADVB. Kalimat pasif terdiri dari tiga tipe. Tipe pertama adalah kalimat pasif yang predikatnya diawali oleh awalan di- atau imbuhan ke-an seperti kata kehujanan. Kelas kata pengisi predikat ini disebut kata PASIF. Tipe kedua adalah predikat yang tidak diawali dengan awalan di-, tetapi gabungan antara pronomina atau nomina persona lainnya ditambah dengan kelas kata PASIF2. Tipe terakhir adalah predikat yang diawali oleh kata kena seperti kata kena pukul pada kalimat dia kena pukul kemarin.

3.2.4 Aturan String Objek Kalimat

<OBJECT>    ::= <NOUN_PHRS>|<*BAHWA><ASSERTION>|
    <TIPE_AKTIF_TRANS>|<TIPE_AKTIF_INTRANS>.
Objek kalimat terdapat tepat di belakang predikat kalimat aktif transitif. Objek ini dapat berupa frasa nominal dan berbentuk jamak seperti kata cerpen, sajak dan novel baru pada kalimat Saya menulis cerpen, sajak dan novel baru. Objek dapat berbentuk anak kalimat berpola ASSERTION  yang didahului kata bahwa.
Objek juga dapat berupa predikat aktif transitif seperti mempertahankan negaranya pada kalimat Dia mencoba mempertahankan negarannya atau predikat aktif intransitif seperti bersabar pada kalimat Dia mencoba bersabar atas kejadian ini.

3.2.5 Aturan String Pelengkap dan Keterangan Kalimat

<PELENGKAPINTORNOT> ::= NULL|<PELENGKAPINT>.
<PELORNOT>          ::= NULL|<PELENGKAP>.
<PELENGKAPINT>      ::= <PELENGKAP>|<PREDICATE>.    
<PELENGKAP>         ::= <NOUN_PHRS>.
Pelengkap yang dapat mengikuti predikat adjektival dan predikat pasif ditulis dengan simbol PELENGKAPINT. Pelengkap ini dapat berupa pelengkap yang sama seperti pelengkap kalimat aktif transitif yaitu frasa nominal yang diperlihatkan oleh simbol NOUN_PHRS ataupun dapat juga berupa frasa verbal dan frasa adjektival yang didefinisikan oleh PREDICATE.
Berikut ini definisi elemen keterangan.
<KETCHOICE>         ::= NULL|<KET>.
<KETCHOICE2>        ::= NULL|<*COMMA><KET1><*COMMA>|<KET2>.
<KET>               ::= <KET1>|<KET2>.
<KET1>              ::= <CSS><PRDORASSERT><ADVORNOT>.
<KET2>              ::= <PSS><KETOP><ADVORNOT>.
      <PRDORASSERT>       ::= <ASSERTION>|<PREDICATE1>.                        
<PREDICATE1>        ::= <LPREDICATE><PREDICATEMIN><RPREDICATE>.
<KETOP>             ::= NULL|<TIPE7>|<TIPE8>.
<CSS>               ::= <*CS>.
<PSS>               ::= <*P><NEXT_PS>.
<NEXT_PS>           ::= NULL|<*P>.
Elemen keterangan memiliki dua pilihan definisi. Elemen ini ditandai oleh unsur-unsur konjungtor subkoordinatif CSS pada KET1 atau preposisi PSS pada KET2. Preposisi dapat muncul lebih dari sekali. Hal ini dapat dilihat dari definisi PSS yang memberikan definisi NEXT_PS. Definisi ini dapat berupa NULL atau sebuah preposisi lagi. Contoh kata-kata ini adalah dari dalam hati dimana kata dari dan kata dalam merupakan preposisi.
Setelah konjungtor, definisi keterangan pertama kemudian dilanjutkan oleh anak kalimat yang ditandai dengan adanya  ASSERTION seperti anak kalimat ketika saya masuk pada kalimat Mereka diam ketika saya masuk atau dilanjutkan oleh frasa verbal PREDICATE1 bila subjek sudah jelas seperti frasa ketika mencoba mengejar kami pada kalimat Dia jatuh ketika mencoba mengejar kami. Simbol PREDICATE1 ini hampir sama seperti simbol PREDICATE0 yang sudah dijelaskan pada aturan string predikat sebelumnya. Perbedaannya adalah PREDICATE1 tidak menggunakan definisi NOUN_PHRS dalam pendefinisiannya sebab kata-kata yang digunakan setelah konjungtor berupa anak kalimat.
            Keterangan yang didahului oleh preposisi yaitu KET2 biasanya disertai frasa nominal, frasa adjektival atau adverbia. Elemen keterangan ini juga bisa hanya berupa preposisi jika predikat nominal yang akan dijelaskan sudah dijelaskan pada kalimat-kalimat sebelumnya seperti kata di atas pada kalimat Saya ada di atas. Hal ini ditandai dari pilihan NULL pada definisi KETOP yang menyertai preposisi.

3.2.6 Aturan Sentence Adjunct

Sentence adjunct adalah kumpulan string simbol yang terdapat di antara elemen-elemen dalam suatu kalimat yang berfungsi memperluas kalimat tunggal. Kumpulan string ini di dalam bahasa Indonesia disebut sebagai anak kalimat pada kalimat majemuk bertingkat. Pada penelitian ini, parser yang dibangun memiliki 4 macam sentence adjunct. Sentence ajunct yang pertama dapat dilihat pada aturan sintaks berikut :
<ASSERTION>       ::= <SAF><SUBJECT><KETCHOICE><PREDICATE0>.
Simbol non terminal SAF di atas terdiri dari sebuah sentence adjunct yang juga dapat berfungsi sebagai klausa subordinatif yang letaknya di awal kalimat dan juga dapat berupa frasa preposisional.. Anak kalimat dan frasa preposisional seperti ini juga merupakan elemen keterangan dalam kalimat utama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, aturan sintaks SAF ini adalah sebagai berikut.
<SAF>             ::= <ADVORNOT>|<ADVORNOT><KET1><COMMA>|
                      <ADVORNOT><KET2>.
Jika keterangan tersebut berupa anak kalimat, kalimat harus memiliki tanda baca “,” di antara elemen keterangan dan subjek. Elemen keterangan yang menggambarkan anak kalimat ini adalah KET1, sedangkan elemen keterangan yang terdiri dari frasa preposisional adalah  KET2.    
Sentence Adjunct yang kedua adalah simbol YANGSTG yang merupakan konjungtor yang dan diikuti oleh string-string yang dapat menyertainya. String yang dapat menyertai kata ini  berupa kalimat dan juga berupa predikat jika subjek yang dimaksud sudah jelas. Karena string yang mengikuti YANGSTG ini berupa kalimat, maka string ini dapat disebut sebagai sentence adjunct. Aturan sintaks dari YANGSTG ini dapat dilihat pada definisi berikut.
<YANGSTG>         ::= NULL|<*YANG><ASSORSTG>.
<ASSORSTG>        ::= <ASSERTION>|<PREDICATE1>
<YANGSTG_FULL>    ::= <*YANG><ASSORSTG>.
Simbol non terminal KET yang menyatakan elemen keterangan merupakan sentence adjunct yang ketiga. Aturan sintaks string keterangan dapat dilihat pada sub bab Aturan String Pelengkap Dan Keterangan Kalimat. Sentence adjunct terakhir merupakan anak kalimat pengganti nomina yang diawali oleh konjungtor bahwa. Aturan sintaks anak kalimat ini sudah dijelaskan pada bagian subjek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar