BAB III
ANALISA DAN PERANCANGAN
3.1 PENENTUAN KELAS-KELAS KATA
Ketika menguraikan struktur
sintaks dari suatu kalimat, kita memerlukan definisi aturan-aturan kalimat
berdasarkan urutan-urutan unsur terkecil pada struktur sintaks bahasa
Indonesia. Pada suatu bahasa kata adalah unsur terkecil dalam struktur sintaks,
sedangkan unsur terbesarnya adalah kalimat. Oleh karena itu, dalam
pendefinisian aturan-aturan sintaks, jenis kelas kata akan menjadi simbol
terminal atau token. Dalam proses penguraian struktur kalimat, penganalisa
leksikal akan mengembalikan jenis kelas kata ini dalam bentuk token berdasarkan
string input yang sesuai dengan ekspresi regular yang dimilikinya.
Dalam tata bahasa baku bahasa
Indonesia, kelas-kelas kata terbagi atas tujuh kategori [Alwi98]. Kelas-kelas
kata tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Verba (kata kerja)
2.
Adjektiva (kata sifat)
3.
Adverbia (kata keterangan)
4.
Nomina (kata benda)
5.
Pronomina
6.
Numeralia
7.
Kata Tugas
Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas
dibagi menjadi lima kelompok:
1)
Preposisi
2)
Konjungtor
3)
Interjeksi
4)
Artikula
5)
Partikel
Kelas-kelas kata yang
digunakan pada penelitian ini mengacu pada jenis kelas kata tersebut dan juga
mengacu pada jenis kelas kata yang digunakan oleh Iskak Hendrawan [Iska99] pada penelitiannya yang meneliti kemampuan
metode Linguistic String Analysis
dalam menguraikan sintaks bahasa Indonesia. Kelas-kelas kata yang digunakan
pada penelitian dapat dilihat pada tabel III-1.
Pada tabel III-1 terlihat
bahwa kelas-kelas kata yang digunakan dalam penelitian mengalami penambahan
jika dibandingkan dengan kelas-kelas kata yang terdapat pada tata bahasa baku
bahasa Indonesia seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dan juga jika
dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Iskak Hendrawan. Penambahan ini meliputi kelas kata modal, nomina persona, nomina penggolong
yang terbagi menjadi dua bagian,
auxiliary, aspek, kelas kata bukan
yang berfungsi sebagai kata ingkar untuk predikat nominal, verba yang terbagi menjadi empat macam, dan juga kelas kata
adverbia yang dipecah menjadi dua bagian.
Kelas kata modal (M), aspek
(ASP), auxiliary (AUX) dan bukan (BUKAN) digunakan dalam penelitian
karena kelas kata ini dapat digunakan untuk membentuk frasa verbal [Sugo97].
Dua kelas kata terakhir yaitu aspek
dan auxiliary tidak digunakan dalam
penelitian Iskak Hendrawan. Kata-kata
yang termasuk ke dalam kelas kata ini biasanya dianggap sebagai adverbia. Dalam
penelitian ini kata-kata modal, aspek, bukan, dan auxiliary dipisahkan dari adverbia karena secara sintaksis
kata-kata tersebut tidak dapat diperlakukan sama dengan adverbia.
Simbol
|
Kelas Kata
|
Keterangan
|
Contoh
|
ADJ
|
Adjektiva
|
Kata sifat
|
Cantik
|
ADV
|
Adverbia
|
Kata keterangan di depan kata lain
|
Sangat
|
ADVB
|
Adverbia
|
Kata keterangan di belakang kata lain
|
Sekali
|
ART
|
Artikula
|
|
Si, sang
|
CC
|
Konjungtor Koordinatif
|
Kata hubung yang menghubungkan klausa pada kalimat majemuk
setara.
|
Dan, lalu
|
CS
|
Konjungtor Subordinatif
|
Kata hubung pada kalimat majemuk bertingkat
|
Ketika, walaupun
|
M
|
Modal
|
|
Kira, rasa
|
PRO
|
Pronomina
|
|
Saya, itu
|
N
|
Nomina
|
Kata benda
|
Buku
|
NPERS
|
Nomina
Persona
|
Kata benda
persona
|
Bos
|
NP
|
Nomina Penggolong
|
Kata benda yang menjadi penggolong numeralia
|
Ekor,butir
|
NPS
|
Nomina Penggolong
|
Kata benda yang menjadi penggolong numeralia
|
Sebuah, seekor
|
NUM
|
Numeralia
|
Kata
bilangan
|
Seribu
|
P
|
Preposisi
|
Kata depan
|
Di, ke,
dari
|
PAR
|
Partikel
|
|
Kah, pun
|
TRANS
|
Verba
Transitif
|
Kata kerja
transitif
|
Mencoba
|
INTRANS
|
Verba
Intransitif
|
Kata kerja
intransitif
|
Pergi, lari
|
PASIF
|
Verba Pasif
|
Kata kerja
pasif
|
Dicoba
|
PASIF2
|
Verba Pasif
|
Kata kerja
pasif
|
Rasakan
|
NAMA
|
Nomina
|
Nama
seseorang
|
Shelly
|
BUKAN
|
Adverbia
|
Kata Ingkar
untuk predikat nominal
|
Bukan
|
AUX
|
Auxiliary
|
|
Boleh
|
ASP
|
Aspek
|
|
Telah
|
Kelas kata adverbia dibagi
menjadi dua berdasarkan posisi kata yang diterangkan, yaitu ADV dan ADVB. ADVB
adalah kelas kata adverbia yang posisinya dibelakang kata yang diterangkan.
Pemisahan ini dilakukan karena terjadi konflik pada saat pendefinisian aturan-aturan
sintaks dan juga karena masing-masing kategori adverbia ini memiliki ciri pemakaian tertentu.
Kelas kata verba yang juga
dipakai oleh Iskak Hendrawan dalam
penelitiannya dibagi menjadi empat macam yaitu transitif, intransitif, pasif, dan pasif2. Hal ini disebabkan
masing-masing verba memiliki aturan-aturan sintaks tersendiri ketika
pemakaiannya di dalam kalimat. Sebagai contoh verba transitif hanya dipakai
pada kalimat yang memiliki objek dan bertolak belakang dengan verba
intransitif. Sedangkan untuk verba pasif berawalan di-, pemakaiannya di dalam kalimat berbeda dengan verba pasif2 yang tidak berawalan di-. Verba pasif2 ini berperan sebagai predikat bersama-sama dengan pronomina
persona yang bertindak sebagai subjek pada kalimat aktif sebelumnya.
Kelas kata nomina persona dibedakan dengan kelas
kata nomina yang lain sebab timbul konflik di dalam pendefinisian aturan
sintaks. Misalkan kesulitan yang terjadi pada kalimat berikut.
Ibu // membelikan // adik // baju baru.
( Subjek // Predikat // Objek // Pelengkap)
Konflik
terjadi karena objek dan pelengkap tidak memiliki perbedaan kelas kata jika
nomina persona disamakan dengan nomina biasa. Kalimat ini menjadi ambigu dan
tidak akan menghasilkan pola yang benar seperti di atas. Kemungkina pola yang
akan dihasilkan adalah “( Subjek //
Predikat // Objek)” karena baju baru dianggap perluasan dari kata adik. Oleh karena itu, nomina persona (NPERS) dijadikan kelas
kata tersendiri dalam penelitian ini.
Kelas kata nomina penggolong (NP) adalah kelas kata
nomina yang mengikuti kelas kata numeralia. Kelas kata ini sudah dipakai oleh
Iskak Hendrawan dalam penelitiannya. Kata ini berfungsi sebagai penggolong dari
kata-kata numeralia tersebut. Setiap kata benda atau nomina yang terdapat
antara numeralia dan nomina lain termasuk ke dalam kelas kata nomina
penggolong. Namun, jika nomina penggolong yang dipakai menyatakan penggolongan
suatu nomina dengan jumlah tunggal, nomina penggolong ini dinamakan sebagai nomina penggolong spesial (NPS). Contoh
NPS ini adalah sebuah, seekor, dan selembar. Nomina penggolong ini
dibedakan karena dalam pemakaiannya tidak lagi mengikuti numeralia seperti
nomina penggolong biasa. Hal ini disebabkan numeralia sudah disebutkan secara
implisit oleh dirinya sendiri. Jadi sebuah
buku itu sudah menggambarkan satu
buah buku ,seekor cecak
menggambarkan satu ekor cecak dan
seterusnya.
Kelas kata lain yang
digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada kelas kata yang terdapat pada
tata bahasa baku bahasa Indonesia. Semua kelas kata yang digunakan dalam
penelitian ini disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup penelitian. Jadi
jenis kelas kata yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 21 jenis .
3.2 RANCANGAN PENGURAI STRUKTUR KALIMAT
Proses penguraian struktur
kalimat memiliki dua sub proses, yaitu proses analisa leksikal dan proses
analisa sintaks. Proses analisa leksikal ini dilakukan oleh penganalisa
leksikal yang dihasilkan oleh alat bantu Lex, sedangkan proses analisa sintaks
dilakukan oleh alat bantu YACC.
Dalam penguraian struktur
kalimat, penganalisa leksikal menganalisa setiap kata dalam kalimat, kemudian
menentukan jenis kelas katanya. Hasil dari penganalisa leksikal ini digunakan
oleh penganalisa sintaks yang akan memeriksa urutan simbol-simbol kelas kata
tersebut dalam kalimat. Analisa kata dalam kalimat ini dilakukan oleh
penganalisa leksikal berdasarkan kecocokan kata dengan aturan-aturan leksikal
berupa ekspresi regular yang sudah didefinisikan. Bentuk aturan-aturan leksikal
ini sudah didefinisikan oleh Iskak
Hendrawan pada penelitiannya.
Rancangan aturan-aturan
sintaks menggunakan bentuk backus naur
form (BNF) yang sangat cocok digunakan untuk algoritma pengurai yang
memiliki sifat context free [Sage81].
String tata bahasa yang didefinisikan BNF adalah kelas-kelas string yang
merefleksikan kategori dari string
analysis [Sage81]. Oleh karena itu, string inti (center string), adjunct
string, atau adjunct set hasil
analisa linguistic string terhadap
bahasa Indonesia didefinisikan dalam BNF. Linguistic
string dalam bahasa Indonesia dapat berupa rangkaian satu atau lebih kata
misalnya frasa nominal, kelas-kelas kata misalnya kata benda, nama unsur
gramatikal misalnya subjek atau objek. Berikut ini contoh penulisan dengan
menggunakan BNF.
<SENTENCE> ::= <SUBJECT><*VERB>.
<SUBJECT> ::= <*N>|<*PRO>.
Definisi di atas adalah
aturan sintaks suatu kalimat dan elemen subjeknya. Penulisan aturan sintaks
terdiri dari suatu konstituen yang ditulis dalam kurung siku (<X>)
diikuti oleh simbol “::=” yang melambangkan produksi, diikuti oleh definisi,
dan diakhiri titik. Tanda “*” menandakan simbol tersebut merupakan suatu token
terminal , sedangkan tanda “|” menandakan pilihan aturan sintaks.
3.2.1 Aturan Kalimat Deklaratif
<SENTENCE> ::= <CENTER><*ENDMARK>.
<CENTER> ::=
<ASSERTION>.
<ASSERTION>::=
<SAF><SUBJECT><KETCHOICE2><PREDICATE0>.
Definisi di atas menyatakan bahwa kalimat
deklaratif terdiri dari rangkaian tipe sintaks CENTER diikuti oleh ENDMARK. CENTER berupa ASSERTION karena kalimat yang didefinisikan
dalam penelitian ini hanya kalimat deklaratif. Elemen utama kalimat adalah
subjek dan predikat. Hal ini dapat dilihat dari urutan ASSERTION
di atas. Elemen-elemen kalimat lain yaitu objek dan
pelengkap akan ada tergantung pada jenis predikat yang digunakan. Dengan kata
lain, elemen-elemen ini akan muncul sesuai dengan pola kalimat dasar yang
dipakai dalam kalimat. Elemen kalimat yang terakhir adalah keterangan yang
dapat muncul di awal kalimat, di antara subjek dan predikat ataupun di akhir
kalimat. Hal ini dapat dilihat dari adanya unsur SAF dan KETCHOICE2 yang terdapat pada definisi ASSERTION. Contoh kalimat ini adalah Ketika
saya masuk, mereka diam. Karena urutan keterangan dapat berpindah-pindah,
kalimat ini juga dapat diubah menjadi Mereka
diam, ketika saya masuk ataupun Mereka
, ketika saya masuk, diam. Kalimat contoh terakhir ini memang jarang
digunakan, tetapi tetap merupakan urutan kalimat bahasa Indonesia baku.
Definisi lengkap SAF dapat dilihat pada bagian sentence adjunct. Definisi ASSERTION ini sering dipakai dalam mendefinisikan elemen-elemen kalimat lainnya
karena ASSERTION dapat muncul sebagai bagian dari
string lainnya seperti definisi elemen keterangan pada contoh kalimat di atas.
3.2.2 Aturan String Subjek Kalimat
<SUBJECT> ::=
<NOUN_PHRS><PARTIKEL>|<*BAHWA><ASSERTION>.
<PARTIKEL> ::=
NULL|<*PAR>.
Definisi SUBJECT
di atas menggambarkan pilihan-pilihan string yang dapat menempati posisi
subjek. Seperti ciri-ciri subjek yang diberikan pada bab II, subjek dapat
berupa string nomina NOUN_PHRS dan kemudian dapat diikuti juga oleh
partikel seperti ibu pun dalam
kalimat Ibu pun memberi hadiah atau
berupa kata bahwa yang diikuti oleh
ASSERTION seperti string Bahwa dia tidak bersalah pada kalimat Bahwa dia tidak bersalah telah dibuktikan.
Berikut ini definisi dari string nomina NOUN_PHRS.
<NOUN_PHRS> ::=
<NOUN_PHR><NEXT_NOUN_PHRS>.
<NEXT_NOUN_PHRS> ::=
NULL|<*COMMA><NOUN_PHRS>|<*CC>
<NOUN_PHRS>.
<NOUN_PHR> ::=
<*ART><LNRORLADJR>|<LNR>|<LPROR>.
<LNRORLADJR> ::=
<LNR>|<LADJR>.
<LNR> ::=
<LN><NOUNS_RN>|<NOUNS_RN>.
<LADJR> ::=
<LADJ><*ADJ><RADJ>|<*ADJ><RADJ>.
<LPROR> ::=
<*PRO><RPRO>.
Simbol NOUN_PHRS digunakan untuk menyatakan bahwa
subjek bisa berbentuk jamak. Subjek tunggal dinyatakan dengan NOUN_PHR. Subjek jamak ini dapat dihubungkan dengan “,” (koma) atau kata ”dan” atau “atau” yang memiliki kelas
kata konjungtor koordinatif seperti kata ibu
dan saya pada kalimat ibu dan saya
pergi ke pasar. Definisi subjek jamak dapat dilihat pada NEXT_NOUN_PHRS. Jika NEXT_NOUN_PHRS bernilai NULL maka subjek kalimat adalah subjek tunggal.
Elemen subjek pada kalimat
dapat berupa frase nominal yang dilambangkan dengan LNR atau frase
adjektival yang dilambangkan dengan LADJR. Kedua bentuk ini
sebelumnya dapat didahului oleh suatu artikula ART. Contoh frasa nominal adalah
Sang raja dan frasa adjektival adalah Si pandai. Pilihan antara frasa LNR atau LADJR ini
merupakan definisi dari LNRORLADJR.
Simbol LN
di atas adalah left adjunct dari
nomina. Adjunction ini adalah string
yang dapat diselipkan di sebelah kiri nomina sehingga dapat membentuk frasa
nominal. Adjunction dapat berupa
numeral NUMS
yang diiringi dengan right adjunct RNUM
dari numeral tersebut. Right adjunct RNUM
berupa nomina penggolong seperti kata buah
pada frase nomina satu buah buku.
Simbol NUMS
yang dipakai pada LN dapat juga berupa nomina penggolong spesial NPS seperti
kata sebuah pada frasa sebuah
buku tulis. Sedangkan simbol RPRO adalah adjunction di sebelah kanan pronomina. Simbol ini berupa pilihan
antara pronomina atau tidak sama sekali. Contoh frase pronomina ini adalah mereka itu pada kalimat mereka itu teman saya. Sebaliknya RPRO
akan bernilai NULL
seperti kata mereka pada kalimat mereka teman saya. Berikut ini definisi dari LN dan
RPRO.
<LN> ::=
<NUMS>.
<NUMS> ::=
<*NUM><NEXT_NUMS><RNUM>|<*NPS>.
<NEXT_NUMS> ::=
<*NUM><NEXT_NUMS>.
<RNUM> ::= NULL|<*NP>.
<RPRO> ::= NULL|<*PRO>.
Bentuk dari NOUNS_RN
sendiri adalah urutan dari nomina diikuti oleh right adjunct nomina seperti kata buku itu pada kalimat buku
itu baru. Oleh karena itu right
adjunct nomina dapat berupa pronomina dan juga sentence adjunct YANGSTG yang didahului oleh kata yang seperti string buku yang
baru saya beli itu pada kalimat Buku
yang baru saya beli itu dipakai oleh
kakak. Berikut ini definisi dari NOUNS_RN.
<NOUNS_RN> ::=
<RN>|<NOUNS><RN_OPT>.
<RN> ::=
<*PRO><YANGSTG>.
<RN_OPT> ::=
<*PRO><YANGSTG>|<YANGSTG_FULL>.
<NOUNS> ::=
<*N><IS_ADJ><NEXT_NOUNS>|<NPERS>
<NEXT_PERSONA>|<*NAMA><NEXT_NAMA>.
<IS_ADJ> ::=
NULL|<*ADJ>.
Pilihan IS_ADJ merupakan kata adjektif yang bisa
muncul setelah nomina. Contohnya adalah kata ilmiah pada frase nomina karya
tulis ilmiah remaja. Definisi dari YANGSTG yang merupakan sentence adjunct ini
akan dijelaskan pada sub bagian sentence
adjunct kemudian. Pilihan nomina sendiri dapat berupa kata benda biasa
ataupun nomina persona seperti ibu
atau bos saya dan juga dapat berupa
nama seseorang. Masing-masing kata benda tersebut dapat diiringi oleh kata
benda sejenis sehingga definisi masing-masing kata benda tersebut diikuti oleh
simbol NEXT_NOUNS, NEXT_PERSONA, ataupun NEXT_NAMA.
3.2.3 Aturan String Predikat Kalimat
<PREDICATE0> ::=
<LPREDICATE><PREDICATE><RPREDICATE>|
<*DEFINISI><PELENGKAPINT>|
<LTIPE7><TIPE7><KETCHOICE>.
<LPREDICATE> ::= <CHOICE><PRECHOICE>.
<RPREDICATE> ::= <ADVORNOT>.
<PRECHOICE> ::=
NULL|<*P><LADJR>.
<LTIPE7> ::=
<BKORNOT><ARTORNOT>.
<CHOICE> ::=
<ADVORNOT><*AUX>|<*ASP><ADVORNOT>|
<ADVORNOT><MORNOT>.
Predikat kalimat dapat berupa
frasa yang dibentuk dengan cara menambahkan adjunction
di sebelah kiri ataupun di sebelah kanannya. Adjunction ini dapat berupa auxiliary
yang dapat didahului oleh adverbia ataupun aspek yang dapat diikuti oleh
adverbia, ataupun unsur modal yang di sebelah kirinya juga dapat disisipi oleh adjunction adverbia. Predikat juga dapat
berupa kata definisi yaitu adalah atau ialah yang kemudian akan diiringi oleh elemen pelengkap <PELENGKAPINT>.
Simbol CHOICE
pada definisi <LPREDICATE>
di atas memperlihatkan adjunction
tersebut. Simbol ADVORNOT pada CHOICE di atas memberikan
pilihan bahwa adverbia dapat muncul ataupun tidak pada posisi tersebut.
Demikian pula simbol MORNOT memberikan pilihan kemunculan unsur modal.
Oleh karena itu, jika kedua simbol tersebut tidak muncul, left adjunct yang dilambangkan dengan CHOICE tidak akan
ada di dalam kalimat.
Setelah CHOICE,
pilihan PRECHOICE
juga dapat muncul pada kalimat. Pilihan PRECHOICE ini merupakan
keterangan adjektival seperti frasa dengan
hati-hati pada kalimat Dia harus
dengan hati-hati berdiri. Frasa ini bisa tidak muncul dalam kalimat karena
merupakan unsur keterangan. Oleh karena itu simbol NULL terdapat pada
definisi PRECHOICE.
Selain 2 jenis PREDICATE0
yang telah disebutkan sebelumnya, simbol ini juga dapat berupa predikat
nominal yang merupakan predikat pola dasar tipe 7. Predikat ini dapat didahului
oleh adjunction berupa kata
pengingkaran bukan dan juga oleh
sebuah artikula. Selain itu, predikat yang mengisi kalimat nominal ini dapat
diikuti oleh elemen keterangan <KETCHOICE>. Berikut ini
definisi predikat kalimat pola dasar tipe 7.
<TIPE7> ::= <NOUN_PHRS><RNOUN_PHRS>.
Karena
kalimat tipe 7 adalah kalimat nominal, kalimat ini memiliki predikat frasa
nominal yang digambarkan dengan NOUN_PHRS dan right adjunctionnya dapat berupa ADVB
yang didefiniskan oleh RNOUN_PHRS.
<PREDICATE> ::=
<ACTIVE_PREDICATE>|<PASSIVE_PREDICATE>.
<ACTIVE_PREDICATE> ::= <VERBA>| <LTIPE8>
<TIPE8><PELENGKAPINTORNOT><KETCHOICE>.
<VERBA> ::= <TIPE123>|<TIPE456>.
<PASSIVE_PREDICATE>::= <PASIF_TIPE123><PELENGKAPINTORNOT>
<KETCHOICE>.
Predikat kalimat
didefinisikan oleh ACTIVE_PREDICATE atau PASSIVE_PREDICATE. Simbol ACTIVE_PREDICATE
ini dapat terdiri dari VERBA yaitu verba transitif dan
intransitif ataupun frasa adjektival yang dimiliki oleh kalimat dasar tipe 8.
Kalimat tipe 8 dapat memiliki elemen keterangan yang letaknya di akhir kalimat.
Kalimat tipe 8 dapat juga memiliki pelengkap yang didefinisikan dengan PELENGKAPINTORNOT.
Pelengkap selalu terletak dibelakang predikat jika ada. Oleh karena itu,
pelengkap ini mendahului elemen keterangan pada definisi kalimat dasar tipe 8. VERBA
sendiri merupakan verba kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 6 yang
definisinya dibedakan antara TIPE123 dan TIPE456.
Predikat Pasif terdiri dari
tiga tipe yang didefinisikan dengan PASIF_TIPE123. Predikat pasif
dapat juga diiringi oleh unsur pelengkap dan unsur keterangan. Kedua elemen
terakhir ini merupakan optional untuk
predikat pasif. Jenis-jenis dari
predikat aktif dan predikat pasif sendiri dapat dilihat pada definisi aturan-aturan
sintaks berikut.
<TIPE123> ::=
<TIPE_AKTIF_TRANS><PELORNOT><KETCHOICE>.
<TIPE_AKTIF_TRANS> ::=
<*TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS><OBJECT>.
<NEXT_TRANS>
::= NULL|<SEPARATOR><TRANS_OPT>.
<TRANS_OPT>
::= <LTRANS><TRANS><RTRANS><NEXT_TRANS>.
<LTRANS>
::= <LPREDICATE>.
Kalimat yang memakai verba
aktif dapat memiliki pola kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 6. Kalimat
dasar tipe 1 sampai tipe 3 adalah kalimat aktif transitif dimana simbol verba
aktif transitifnya dilambangkan dengan TIPE_AKTIF_TRANS. Perbedaan dari ketiga tipe ini adalah
elemen kalimat terakhirnya apakah memiliki keterangan, pelengkap, atau tidak
sama sekali. Pilihan ini digambarkan dengan simbol PELORNOT dan KETCHOICE.
Kalimat dasar tipe 1 akan memiliki unsur keterangan, sedangkan kalimat dasar
tipe 2 memiliki unsur pelengkap, dan kalimat dasar tipe 3 sama sekali tidak
memiliki kedua unsur tersebut. Elemen keterangan adalah elemen yang dapat
muncul pada beberapa tempat dalam kalimat dan elemen ini juga tidak mempengaruhi
makna kalimat. Oleh karena itu, kalimat yang memiliki elemen pelengkap juga
dapat memiliki elemen keterangan seperti frasa preposisi di pasar pada kalimat Ibu
membelikan adik buku tulis di pasar. Kata buku tulis pada kalimat ini berfungsi sebagai pelengkap. Selain
itu, kalimat masih tetap memiliki unsur keterangan.
Verba transitif dapat
berbentuk jamak seperti kata mencoba dan
merasakan sehingga simbol NEXT_TRANS termasuk dalam
definisi verba aktif transitif. Tentu saja NEXT_TRANS ini bisa saja berbentuk
NULL
jika predikat berbentuk verba aktif transitif tunggal. Simbol LTRANS
sebagai adjunction sebelah kiri dari
verba transitif sama seperti definisi adjunction
sebelah kiri LPREDICATE. Sedangkan simbol LTRANS sebagai adjunction sebelah kanan berupa adverbia
yang terletak dibelakang predikat yaitu ADVBS. Kelebihan dari kalimat
yang memiliki verba transitif ini adalah terdapatnya elemen objek.
Verba intransitif dipakai oleh kalimat dasar tipe 4
sampai dengan tipe 6. Sama seperti kalimat dasar tipe 1 sampai dengan tipe 3,
perbedaan dari ketiga tipe ini adalah elemen kalimat terakhirnya yaitu apakah
mengandung keterangan, pelengkap untuk kalimat aktif intransitif atau tidak
memiliki keduanya sama sekali. Pilihan
ini digambarkan dengan simbol PELORNOT dan KET_CHOICE.
Jika kedua elemen terakhir ini tidak terdapat dalam kalimat, maka nilai kedua
simbol tersebut adalah NULL. Kalimat ini disebut sebagai kalimat dasar tipe
6. Kalimat intransitif yang memiliki pelengkap adalah kalimat dasar tipe 4,
sedangkan kalimat yang hanya memiliki unsur keterangan adalah kalimat dasar
tipe 5 seperti kalimat Patung ini terbuat
dari perunggu. Berikut ini definisi predikat tipe 4 sampai dengan tipe 6
dalam BNF.
<TIPE456> ::=
<TIPE_AKTIF_INTRANS><PELORNOT><KETCHOICE>.
<TIPE_AKTIF_INTRANS> ::=
<INTRANS><RINTRANS>.
Simbol <ACTIVE_PREDICATE> juga
dapat berbentuk adjektif. Kalimat ini adalah kalimat dasar tipe 8. Berikut ini
definisi kalimat dasar tipe 8.
<LTIPE8> ::=
<ARTORNOT>
<TIPE8> ::=
<LADJR><NEXT_ADJ>.
Seperti subjek yang berbentuk frasa adjektival, kalimat dasar
tipe tipe 8 ini dapat memiliki left
adjunction artikula yang digambarkan oleh LTIPE8. Kalimat dasar tipe 8 memiliki predikat adjektival yang didefinisikan
dengan LADJR. Karena predikat ini tidak hanya
berupa predikat tunggal, predikat adjektival ini dapat terus berlanjut dan
didefinisikan dengan NEXT_ADJ. Contohnya adalah kata senang dan bahagia pada kalimat Dia senang dan bahagia.
<PASIF_TIPE123> ::= <K_PASIF><RPASIF>.
<KPASIF>
::= <*PASIF>|<*PRO><*PASIF2>|<*NPERS><PASIF2*>|
<*KENA><PASIF2>
Predikat pasif juga dapat
berbentuk frase yang dibentuk dengan menambahkan adjunction di sebelah kanan predikat. Adjunction ini didefinisikan oleh RPASIF di atas berupa adverbia ADVB.
Kalimat pasif terdiri dari tiga tipe. Tipe pertama adalah kalimat pasif yang
predikatnya diawali oleh awalan di-
atau imbuhan ke-an seperti kata kehujanan. Kelas kata pengisi predikat
ini disebut kata PASIF. Tipe kedua adalah predikat yang tidak diawali
dengan awalan di-, tetapi gabungan
antara pronomina atau nomina persona lainnya ditambah dengan kelas kata PASIF2.
Tipe terakhir adalah predikat yang diawali oleh kata kena seperti kata kena pukul
pada kalimat dia kena pukul kemarin.
3.2.4 Aturan String Objek Kalimat
<OBJECT> ::=
<NOUN_PHRS>|<*BAHWA><ASSERTION>|
<TIPE_AKTIF_TRANS>|<TIPE_AKTIF_INTRANS>.
Objek kalimat terdapat tepat
di belakang predikat kalimat aktif transitif. Objek ini dapat berupa frasa
nominal dan berbentuk jamak seperti kata cerpen,
sajak dan novel baru pada kalimat Saya
menulis cerpen, sajak dan novel baru.
Objek dapat berbentuk anak kalimat berpola ASSERTION yang didahului kata bahwa.
Objek juga dapat berupa
predikat aktif transitif seperti mempertahankan
negaranya pada kalimat Dia mencoba
mempertahankan negarannya atau predikat aktif intransitif seperti bersabar pada kalimat Dia mencoba bersabar atas kejadian ini.
3.2.5 Aturan String Pelengkap dan Keterangan Kalimat
<PELENGKAPINTORNOT> ::= NULL|<PELENGKAPINT>.
<PELORNOT> ::= NULL|<PELENGKAP>.
<PELENGKAPINT> ::= <PELENGKAP>|<PREDICATE>.
<PELENGKAP> ::= <NOUN_PHRS>.
Pelengkap yang dapat mengikuti predikat adjektival dan
predikat pasif ditulis dengan simbol PELENGKAPINT. Pelengkap ini dapat berupa pelengkap yang sama seperti pelengkap kalimat
aktif transitif yaitu frasa nominal yang
diperlihatkan oleh simbol NOUN_PHRS ataupun dapat juga berupa frasa
verbal dan frasa adjektival yang didefinisikan oleh PREDICATE.
Berikut ini definisi elemen keterangan.
<KETCHOICE> ::= NULL|<KET>.
<KETCHOICE2> ::=
NULL|<*COMMA><KET1><*COMMA>|<KET2>.
<KET> ::= <KET1>|<KET2>.
<KET1> ::=
<CSS><PRDORASSERT><ADVORNOT>.
<KET2> ::= <PSS><KETOP><ADVORNOT>.
<PRDORASSERT> ::=
<ASSERTION>|<PREDICATE1>.
<PREDICATE1> ::=
<LPREDICATE><PREDICATEMIN><RPREDICATE>.
<KETOP> ::= NULL|<TIPE7>|<TIPE8>.
<CSS> ::= <*CS>.
<PSS> ::= <*P><NEXT_PS>.
<NEXT_PS> ::= NULL|<*P>.
Elemen keterangan memiliki
dua pilihan definisi. Elemen ini ditandai oleh unsur-unsur konjungtor
subkoordinatif CSS pada KET1 atau preposisi PSS pada KET2.
Preposisi dapat muncul lebih dari sekali. Hal ini dapat dilihat dari definisi PSS
yang memberikan definisi NEXT_PS. Definisi ini dapat berupa NULL
atau sebuah preposisi lagi. Contoh kata-kata ini adalah dari dalam hati dimana kata dari
dan kata dalam merupakan preposisi.
Setelah konjungtor, definisi
keterangan pertama kemudian dilanjutkan oleh anak kalimat yang ditandai dengan
adanya ASSERTION seperti anak kalimat ketika saya masuk pada kalimat Mereka diam ketika saya masuk atau
dilanjutkan oleh frasa verbal PREDICATE1 bila subjek sudah
jelas seperti frasa ketika mencoba
mengejar kami pada kalimat Dia jatuh
ketika mencoba mengejar kami. Simbol PREDICATE1 ini hampir sama
seperti simbol PREDICATE0 yang sudah dijelaskan pada aturan string
predikat sebelumnya. Perbedaannya adalah PREDICATE1 tidak menggunakan
definisi NOUN_PHRS
dalam pendefinisiannya sebab kata-kata yang digunakan setelah konjungtor berupa
anak kalimat.
Keterangan yang didahului oleh
preposisi yaitu KET2 biasanya disertai frasa nominal, frasa
adjektival atau adverbia. Elemen keterangan ini juga bisa hanya berupa
preposisi jika predikat nominal yang akan dijelaskan sudah dijelaskan pada
kalimat-kalimat sebelumnya seperti kata di
atas pada kalimat Saya ada di atas.
Hal ini ditandai dari pilihan NULL pada definisi KETOP
yang menyertai preposisi.
3.2.6 Aturan Sentence Adjunct
Sentence adjunct adalah kumpulan string simbol yang terdapat di
antara elemen-elemen dalam suatu kalimat yang berfungsi memperluas kalimat
tunggal. Kumpulan string ini di dalam bahasa Indonesia disebut sebagai anak
kalimat pada kalimat majemuk bertingkat. Pada penelitian ini, parser yang dibangun memiliki 4 macam sentence adjunct. Sentence ajunct yang pertama dapat dilihat pada aturan sintaks
berikut :
<ASSERTION> ::= <SAF><SUBJECT><KETCHOICE><PREDICATE0>.
Simbol non terminal SAF di atas terdiri dari sebuah sentence adjunct yang juga dapat
berfungsi sebagai klausa subordinatif yang letaknya di awal kalimat dan juga
dapat berupa frasa preposisional.. Anak kalimat dan frasa preposisional seperti
ini juga merupakan elemen keterangan dalam kalimat utama seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, aturan sintaks SAF
ini adalah sebagai berikut.
<SAF> ::= <ADVORNOT>|<ADVORNOT><KET1><COMMA>|
<ADVORNOT><KET2>.
Jika keterangan tersebut
berupa anak kalimat, kalimat harus memiliki tanda baca “,” di antara elemen
keterangan dan subjek. Elemen keterangan yang menggambarkan anak kalimat ini
adalah KET1,
sedangkan elemen keterangan yang terdiri dari frasa preposisional adalah KET2.
Sentence Adjunct yang kedua adalah simbol YANGSTG yang
merupakan konjungtor yang dan diikuti
oleh string-string yang dapat menyertainya. String yang dapat menyertai kata
ini berupa kalimat dan juga berupa
predikat jika subjek yang dimaksud sudah jelas. Karena string yang mengikuti YANGSTG
ini berupa kalimat, maka string ini dapat disebut sebagai sentence adjunct. Aturan sintaks dari YANGSTG ini dapat
dilihat pada definisi berikut.
<YANGSTG> ::= NULL|<*YANG><ASSORSTG>.
<ASSORSTG>
::=
<ASSERTION>|<PREDICATE1>
<YANGSTG_FULL> ::= <*YANG><ASSORSTG>.
Simbol non terminal KET yang
menyatakan elemen keterangan merupakan sentence
adjunct yang ketiga. Aturan sintaks string keterangan dapat dilihat pada sub
bab Aturan String Pelengkap Dan
Keterangan Kalimat. Sentence adjunct
terakhir merupakan anak kalimat pengganti nomina yang diawali oleh konjungtor bahwa. Aturan sintaks anak kalimat ini
sudah dijelaskan pada bagian subjek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar