BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Drama
merupakan kisah kehidupan manusia yang dipentaskan di atas pentas. Melihat
drama penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat. Kadang-kadang konflik
yang disajikan dalam drama sama dengan konflik kehidupan mereka sendiri bahkan
bisa jadi sama dengan konflik kehidupan kita saat ini.
Drama
adalah potret kehidupan manusia, suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan
manusia. Dalam drama perlu adanya seorang aktor/aktris karena aktor/aktris
dalam pementasan sebuah drama merupakan tulang punggung pementasan. Dengan
aktor/aktir yang tepat dan berpengalaman, dapat dimungkinkan pementasan yang
bermutu, jika naskah baik, dan sutradaranya cakap.
B.
Tujuan
Setiap aktivitas memiliki suatu tujuan. Adapun
tujuan yang dimaksud :
1.Kita dapat membedakan setiap aktor/aktris pemain
drama.
2.Kita
dapat menggambarkan kehidupan dengan pertikaian dan emosi melalui perlakuan
yang dipentaskan aktor/aktris.
3.Kita
dapat mengetahui gambar diri dari setiap peran yang dilakonkan para
aktor/aktir.
BAB II
PEMBAHASAN
Menjelaskan Tentang Aktor Pemain
Dalam Drama
A.
Pengertian
Aktor
atau tokah adalah orang-orang yang berperan dalam suatu drama. Tokoh dalam drama
disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh. Itulah
sebabnya istilah tokoh juga disebut karakter atau watak. Istilah penokohan juga
sering disamakan dengan istilah perwatakan atau karakterisasi (tidak sama
dengan karakteristik) (Saliman : 1996 : 32).
B.
Keaktoran
Berdasarkan
peranannya terhadap jalan cerita, aktor dapat dibedakan menjadi tiga.
1.Peran Protagonis
Peran protagonis adalah peran yang harus mewakili hal-hal positif
dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang
disakiti, baik, dan menderita sehingga akan menimbulkan simpati bagi
penontonnya. Peran protagonis ini biasanya menjadi tokoh sentral, yaitu tokoh yang
menentukan gerak adegan.
2. Peran Antagonis
Peran antagonis adalah kebalikan dari peran protagonis. Peran ini adalah peran yang harus mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang menyakiti tokoh protagonis. Dia adalah tokoh yang jahat sehingga akan menimbulkan rasa benci atau antipasti penonton.
3. Peran Tritagonis
Peran tritagonis adalah peran pendamping, baik untuk peran protagonis maupun antagonis. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi juga bisa menjadi penengah atau perantara tokoh sentral. Posisinya menjadi pembela tokoh yang didampinginya. Peran ini termasuk peran pembantu utama.
Suban (2009:68) membagi
karakter menjadi tiga bagian menurut kedudukannya dalam cerita.
1. Karakter
Utama (Main Character)
Karakter utama adalah karakter yang mengambil perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian pemirsa.. Karakter ini juga paling banyak aksinya dalam cerita.
Karakter utama adalah karakter yang mengambil perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian pemirsa.. Karakter ini juga paling banyak aksinya dalam cerita.
2. Karakter Pendukung (Secondary Character)
Karakter pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-kangan karakter pendukung bisa memainkan peranan yang membantu karakter utama. Misalnya sebagai orang keparcayaan karakter utama. Contohnya, sebagai sopir atau bodyguard.
3. Karakter Figuran (Incedental Character)
Karakter ini duperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah cerita. Mereka serin disebut figuran, karena yang dibutuhkan figuran saja. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada, dialognya hanya bersifat informatif. Biasanya mereka digunakan dalam adegan-adegan kolosal dan keramaian. Atau jika tidak kolosal, biasanya mereka memegang profesi di dalam pelayanan umum, misalnya sopir taksi, pembantu, atau petugas di pom bensin.
Masih berkaitan dengan
tokoh ini, ada istilah yang lazim digunakan yakni penokohan dan teknik
penokohan. Penokohan merujuk kepada proses penampilan tokoh yang berfungsi
sebagai pembawa peran watak tokoh cerita dalam drama. Sedangkan teknik
penokohan adalah teknik yang digunakan penulis naskah lakon, sutradara, atau
pemain dalam penampilan atau penempatan tokoh-tokoh wataknya dalam drama.
Teknik penokohan dilakukan dalam
rangka menciptakan citra tokoh cerita yang hidup dan berkarakter. Watak tokoh cerita
dapat diungkapkan melalui salah satu 5 teknik di bawah ini:
1. Apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dikehendaki tentang
dirinya atau tentang diri orang lain.
2.
Lakuan, tindakan.
3.
Cakapan, ucapan, ujaran.
4.
Kehendak, perasaan, pikiran.
5.
Penampilan fisik.
Tokoh watak atau karakter dalam drama adalah
bahan baku yang paling aktif dan dinamis sebagai penggerak alur cerita. Para
tokoh dalam drama tidak hanya berfungsi sebagai penjamin bergeraknya semua
peristiwa cerita, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk, dan pencipta alur
cerita. Tokoh demikian disebut tokoh sentra (Saliman, 1996 : 33).Penokohan,
gerak, dan cakapan adalah tiga komponen utama yang menjadi dasar terjadinya
konflik (tikaian) dalam drama. Pada hakekatnya, konflik (tikaian) merupakan
unsur instrinsik yang harus ada di dalam sebuah drama.
Tokoh cerita dalam drama dapat
diwujudkan dalam bentuk 3 dimensi, meliputi :
1. Dimensi fisiologi, yakni ciri-ciri fisik
yang bersifat badani atau ragawi, seperti usia, jenis kelamin,
keadaan tubuh, ciri wajah, dan ciri-ciri fisik lainnya.
2. Dimensi psikologi, yakni
ciri-ciri jiwani atau rohani, seperti mentalitas, temperamen, cipta, rasa,
karsa, IQ, sikap pribadi, dan tingkah laku.
3. Dimensi sosiologis, yakni
ciri-ciri kehidupan sosial, seperti status sosial, pekerjaan, jabatan, jenjang
pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan pribadi, sikap hidup, perilaku
masyarakat, agama, ideologi, sistem kepercayaan, aktifitas sosial, aksi sosial,
hobby pribadi, organisasi sosial, suku bangsa, garis keturunan, dan asal usul
sosial.
C. Aktor (Pemain)
yang Baik
Seorang aktor atau pemain seni peran dapat
dikatakan bermain dengan baik, apabila dalam permainannya dapat :
a)
Berakting dengan wajar
(sesuai dengan harapan naskah atau jalinan dan struktur naskah, serta rileks
dan fleksibel).
b)
Menjiwai dan
menghayati peran yang diekspresikannya.
c)
Akting yang
diperankannya memperlihatkan motif untuk keserasian cerita dan perwatakan.
d)
Terampil dan kreatif
dalam permainan, baik untuk meningkatkan gaya permainan maupun membantu peran
yang dihadapinya.
e)
Mengesankan dan dapat
meyakinkan penonton dalam permainannya.
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang hal di
atas, maka setiap aktor/calon aktor, harus mau belajar (mempelajari kehidupan),
secara langsung dengan mengamatinya, dan dengan bertanya atau membaca buku-buku
sumber.
Selain itu aktor (pemain) perlu pula memiliki
imajinasi, serta memiliki moral/etika, rendah hati, tekun, disiplin, mau
belajar, toleransi, bertanggungjawab dan sebagainya.
Contoh penggalan naskah drama
Pemilik : “Masih sakit, Mak Udin?”
Si
Ibu : (suara lemah) “Yaa, rasanya makin parah saja.”
Pemilik : (melihat
sekeliling) “Tapi tunggakan sewa rumah yang sudah enam bulan akan dilunasi segera, kan? Aku lihat Udin sedang
keluar, ia sedang berusaha bukan?”
Si
Ibu : “Tuan, saya… saya belum dapat
melunasi sekarang. Untuk berobat juga tidak ada ….” (batuk-batuk).
Pemilik : (mengejek) “Saya tidak memaksa, Mak Udin,
tetapi saya juga perlu uang. Kalau terus menunggu juga, kapan saya dapat hidup?
Padahal, banyak orang lain yang mau menyewa rumah ini juga.
Si Ibu : (mencoba
duduk, tetapi rebah kembali karena lemah) “Saya mohon kemurahan hati, Tuan.
Kalau saya sembuh akan segera melunasinya (batuk-batuk) atau, … kami akan
pindah saja.”
Pemilik : (berdiri
menuju pintu) “Bagus, tapi yang enam bulan jangan lupa!”
Si Ibu : (terbaring
lemah, tangannya menggapai meja dekat tempat tidur akan mengambil gelas, tetapi
gelas terjatuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Drama adalah setiap karya yang dibuat untuk
dipentaskan di atas panggung oleh para
aktor. Sebagaimana diketahui pada kenyataannya, bahwa aktor itu adalah pelaku/pemain sandiwara, drama/film. Tugasnya dalam permainan lakon adalah untuk memerankan suatu perwatakan di atas pentas/film. Aktor menyampaikan harapan-harapan atau maksud yang ingin disampaikan penulis naskah kepada penonton, karenanya aktor harus dapat menyuguhkan permainan yang sesuai atau mendekati kemauan penulis naskah.
aktor. Sebagaimana diketahui pada kenyataannya, bahwa aktor itu adalah pelaku/pemain sandiwara, drama/film. Tugasnya dalam permainan lakon adalah untuk memerankan suatu perwatakan di atas pentas/film. Aktor menyampaikan harapan-harapan atau maksud yang ingin disampaikan penulis naskah kepada penonton, karenanya aktor harus dapat menyuguhkan permainan yang sesuai atau mendekati kemauan penulis naskah.
B. Saran
Kami dari kelompok VIII, sangat berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Adil, Nasrudin, 2002, Drama, UNIMED.
Faudi, Syamrotul, Deti, 2009, Ringkasan Bahasa Indonesia, Yrama Widya.
http : //dramakreasi.blogspot.com/2010/04/html.
Kosasih, E, H, 2006, Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Yrama Widya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar