Jumat, 01 Maret 2013

Aktor



BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang

Drama merupakan kisah kehidupan manusia yang dipentaskan di atas pentas. Melihat drama penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan dalam drama sama dengan konflik kehidupan mereka sendiri bahkan bisa jadi sama dengan konflik kehidupan kita saat ini.
Drama adalah potret kehidupan manusia, suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia. Dalam drama perlu adanya seorang aktor/aktris karena aktor/aktris dalam pementasan sebuah drama merupakan tulang punggung pementasan. Dengan aktor/aktir yang tepat dan berpengalaman, dapat dimungkinkan pementasan yang bermutu, jika naskah baik, dan sutradaranya cakap.


B.     Tujuan

Setiap aktivitas memiliki suatu tujuan. Adapun tujuan yang dimaksud :
1.Kita dapat membedakan setiap aktor/aktris pemain drama.
2.Kita dapat menggambarkan kehidupan dengan pertikaian dan emosi melalui perlakuan yang dipentaskan aktor/aktris.
3.Kita dapat mengetahui gambar diri dari setiap peran yang dilakonkan para aktor/aktir.








BAB II
PEMBAHASAN

Menjelaskan Tentang Aktor Pemain Dalam Drama


A.       Pengertian
Aktor atau tokah adalah orang-orang yang berperan dalam suatu drama.  Tokoh dalam drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh. Itulah sebabnya istilah tokoh juga disebut karakter atau watak. Istilah penokohan juga sering disamakan dengan istilah perwatakan atau karakterisasi (tidak sama dengan karakteristik) (Saliman : 1996 : 32).

B.       Keaktoran
Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, aktor dapat dibedakan menjadi tiga.
1.Peran Protagonis
Peran protagonis adalah peran yang harus mewakili hal-hal positif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang disakiti, baik, dan menderita sehingga akan menimbulkan simpati bagi penontonnya. Peran protagonis ini biasanya menjadi tokoh sentral, yaitu tokoh yang menentukan gerak adegan.

2. Peran Antagonis
            Peran antagonis adalah kebalikan dari peran protagonis. Peran ini adalah peran yang harus mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang menyakiti tokoh protagonis. Dia adalah tokoh yang jahat sehingga akan menimbulkan rasa benci atau antipasti penonton.

3. Peran Tritagonis
            Peran tritagonis adalah peran pendamping, baik untuk peran protagonis maupun antagonis. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi juga bisa menjadi penengah atau perantara tokoh sentral. Posisinya menjadi pembela tokoh yang didampinginya. Peran ini termasuk peran pembantu utama.

 Suban (2009:68) membagi karakter menjadi tiga bagian menurut kedudukannya dalam cerita.
1. Karakter Utama (Main Character)
            Karakter utama adalah karakter yang mengambil perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian pemirsa.. Karakter ini juga paling banyak aksinya dalam cerita.

2. Karakter Pendukung (Secondary Character)
            Karakter pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-kangan karakter pendukung bisa memainkan peranan yang membantu karakter utama. Misalnya sebagai orang keparcayaan karakter utama. Contohnya, sebagai sopir atau bodyguard.

3. Karakter Figuran (Incedental Character)
            Karakter ini duperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah cerita. Mereka serin disebut figuran, karena yang dibutuhkan figuran saja. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada, dialognya hanya bersifat informatif. Biasanya mereka digunakan dalam adegan-adegan kolosal dan keramaian. Atau jika tidak kolosal, biasanya mereka memegang profesi di dalam pelayanan umum, misalnya sopir taksi, pembantu, atau petugas di pom bensin.

  Masih berkaitan dengan tokoh ini, ada istilah yang lazim digunakan yakni penokohan dan teknik penokohan. Penokohan merujuk kepada proses penampilan tokoh yang berfungsi sebagai pembawa peran watak tokoh cerita dalam drama. Sedangkan teknik penokohan adalah teknik yang digunakan penulis naskah lakon, sutradara, atau pemain dalam penampilan atau penempatan tokoh-tokoh wataknya dalam drama.
Teknik penokohan dilakukan dalam rangka menciptakan citra tokoh cerita yang  hidup dan berkarakter. Watak tokoh cerita dapat diungkapkan melalui salah satu 5 teknik di bawah ini:
1. Apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dikehendaki tentang dirinya atau tentang diri orang lain.
2. Lakuan, tindakan.
3. Cakapan, ucapan, ujaran.
4. Kehendak, perasaan, pikiran.
5. Penampilan fisik.
Tokoh watak atau karakter dalam drama adalah bahan baku yang paling aktif dan dinamis sebagai penggerak alur cerita. Para tokoh dalam drama tidak hanya berfungsi sebagai penjamin bergeraknya semua peristiwa cerita, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk, dan pencipta alur cerita. Tokoh demikian disebut tokoh sentra (Saliman, 1996 : 33).Penokohan, gerak, dan cakapan adalah tiga komponen utama yang menjadi dasar terjadinya konflik (tikaian) dalam drama. Pada hakekatnya, konflik (tikaian) merupakan unsur instrinsik yang harus ada di dalam sebuah drama.
Tokoh cerita dalam drama dapat diwujudkan dalam bentuk 3 dimensi, meliputi :
 1. Dimensi fisiologi, yakni ciri-ciri fisik yang bersifat badani atau ragawi, seperti usia, jenis        kelamin, keadaan tubuh, ciri wajah, dan ciri-ciri fisik lainnya.
2. Dimensi psikologi, yakni ciri-ciri jiwani atau rohani, seperti mentalitas, temperamen, cipta, rasa, karsa, IQ, sikap pribadi, dan tingkah laku.
3. Dimensi sosiologis, yakni ciri-ciri kehidupan sosial, seperti status sosial, pekerjaan, jabatan, jenjang pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan pribadi, sikap hidup, perilaku masyarakat, agama, ideologi, sistem kepercayaan, aktifitas sosial, aksi sosial, hobby pribadi, organisasi sosial, suku bangsa, garis keturunan, dan asal usul sosial.
C.     Aktor (Pemain) yang Baik
Seorang aktor atau pemain seni peran dapat dikatakan bermain dengan baik, apabila dalam permainannya dapat :
a)      Berakting dengan wajar (sesuai dengan harapan naskah atau jalinan dan struktur naskah, serta rileks dan fleksibel).
b)      Menjiwai dan menghayati peran yang diekspresikannya.
c)      Akting yang diperankannya memperlihatkan motif untuk keserasian cerita dan perwatakan.
d)      Terampil dan kreatif dalam permainan, baik untuk meningkatkan gaya permainan maupun membantu peran yang dihadapinya.
e)      Mengesankan dan dapat meyakinkan penonton dalam permainannya.
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang hal di atas, maka setiap aktor/calon aktor, harus mau belajar (mempelajari kehidupan), secara langsung dengan mengamatinya, dan dengan bertanya atau membaca buku-buku sumber.
Selain itu aktor (pemain) perlu pula memiliki imajinasi, serta memiliki moral/etika, rendah hati, tekun, disiplin, mau belajar, toleransi, bertanggungjawab dan sebagainya.
Contoh penggalan naskah drama
Pemilik    : “Masih sakit, Mak Udin?”
Si Ibu      : (suara lemah) “Yaa, rasanya makin parah saja.”
Pemilik   : (melihat sekeliling) “Tapi tunggakan sewa rumah yang sudah enam bulan akan  dilunasi segera, kan? Aku lihat Udin sedang keluar, ia sedang berusaha bukan?”
Si Ibu     : “Tuan, saya… saya belum dapat melunasi sekarang. Untuk berobat juga tidak ada ….” (batuk-batuk).
Pemilik    : (mengejek) “Saya tidak memaksa, Mak Udin, tetapi saya juga perlu uang. Kalau terus menunggu juga, kapan saya dapat hidup? Padahal, banyak orang lain yang mau menyewa rumah ini juga.
Si Ibu      : (mencoba duduk, tetapi rebah kembali karena lemah) “Saya mohon kemurahan hati, Tuan. Kalau saya sembuh akan segera melunasinya (batuk-batuk) atau, … kami akan pindah saja.”
Pemilik    : (berdiri menuju pintu) “Bagus, tapi yang enam bulan jangan lupa!”
Si Ibu      : (terbaring lemah, tangannya menggapai meja dekat tempat tidur akan mengambil gelas, tetapi gelas terjatuh.
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Drama adalah setiap karya yang dibuat untuk dipentaskan di atas panggung oleh para
aktor. Sebagaimana diketahui pada kenyataannya, bahwa aktor itu adalah pelaku/pemain sandiwara, drama/film. Tugasnya dalam permainan lakon adalah untuk memerankan suatu perwatakan di atas pentas/film. Aktor menyampaikan harapan-harapan atau maksud yang ingin disampaikan penulis naskah kepada penonton, karenanya aktor harus dapat menyuguhkan permainan yang sesuai atau mendekati kemauan penulis naskah.
B.     Saran
Kami dari kelompok VIII, sangat berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir  kata kami ucapkan terima kasih.









DAFTAR PUSTAKA


Adil, Nasrudin, 2002, Drama, UNIMED.
Faudi, Syamrotul, Deti, 2009, Ringkasan Bahasa Indonesia, Yrama Widya.
http : //dramakreasi.blogspot.com/2010/04/html.
Kosasih, E, H, 2006, Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Yrama Widya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar