Oleh: Nopenius Zai
HAKIKAT MENULIS
1.1
Pengertian
Menulis sebagai padanan istilah mengarang memiliki pengertian sebagai
keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam
redaksi yang berbeda, menulis juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan
pengalaman hidup dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca
dan bisa dipahami orang lain. Kegiatan menulis ini sangat mementingkan unsur
pikiran, penalaran dan data faktual karena wujud yang dihasilkannya berupa
tulisan ilmiah dan non-fiksi.
Dengan memahami pengertian menulis tersebut, jelas bahwa pengungkapan ide
secara tertulis ini merupakan kegiatan yang cukup kompleks. Perwujudannya
diperlukan sejumlah persyaratan formal yang tentunya juga melibatkan berbagai
faktor yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Pemahaman yang baik
terhadap sosok dan aspek menulis ini, setidak-tidaknya akan membantu dalam
mewujudkan program pengajaran menulis yang lebih seksama. Untuk
kepentingan ini penelahan secara teoretis terhadap aspek menulis akan banyak
memberikan sumbangan yang bermanfaat.
1.2
Kegunaan Menulis
Perihal menulis sebagai salah satu
bentuk kegiatan komunikasi verbal, sampai sekarang ini masih memiliki peran
yang sangat penting di samping sarana, media, dan wahana komunikasi lainnya.
Kepentingannya tidak hanya tampak pada peranan dan wujud kegiatannya, melainkan
juga pada fungsi dan nilai sumbangan hasilnya yang sangat berarti bagi
perkembangan kehidupan manusia yang berbudaya. Anggapan dan pandangan semacam
ini tentu saja bukanlah hal baru, melainkan telah banyak dikemukakan orang,
terutama para penulis atau ahli yang berkepentingan dalam bidang tulis-menulis.
Sehubungan dengan anggapan tersebut, dapatlah dipahami jika karya tulis sebagai
produk kegiatan menulis memiliki sejumlah kelebihan, di samping kelemahan dan
keterbatasannya. Kawulasan dalam Widodo (1987), misalnya, mengemukakan beberapa
kelebihan karya tulis antara lain (1) karya tulis memiliki daya bukti yang
lebih kuat, (2) dengan adanya bantuan teknologi reproduksi, tulisan dapat
diperbanyak sejumlah yang diperlukan, (3) angka, tabel, grafik, dan skema dapat
dikemukakan melalui karya tulis, (4) masalah yang rumit dapat dilaporkan secara
jelas dan sistematis melalui karya tulis, (5) karya tulis dapat disimpan
sehingga mempunyai sifat permanen , dan (6) karya tulis dapat diteliti perlahan-lahan,
dengan seksama dan berulang-ulang.
Dalam kaitannya dengan fungsi karya tulis, dapat dikemukakan beberapa di
antaranya, (1) dapat mengatasi masalah jarak antara penulis dan pembaca, (2)
dapat mengatasi masalah perbedaan waktu, (3) ikut menentukan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu dan teknologi, (4) merupakan wahana yang dapat digunakan
untuk menilai kemampuan dan keterampilan penulisanya.
White (1987) menjelaskan pentingnya keterampilan menulis dalam kehidupan para
pembelajar, yaitu untuk (1) kepentingan masa depabn (pekerjaan), (2)
kepentingan ujian yang menuntut penjelasan/paparan secara tertulis, (3)
kepentingan pembelajar dalam mengikuti dan memperhatikan pelajaran, (4)
kebutuhan penulisan karya tulis sebagai salah satu teknik ujian akhir. Hal yang
sama diungkapkan oleh Akhadiah, dkk (1989) bahwa beberapa keuntungan yang dapat
dipetik dari pelaksanaan kegiatan menulis, yaitu (1) dapat mengenali kemampuan
dan potensi kita, (2) dapat mengembangka berbagai gagasan, (3) dapat menyerap,
mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik tulisan, (4) dapat
mengorganisasikan ide-ide secara sistematik serta mengungkapkannya secara
tersurat, (5) dapat meninjau serta menilai gagasan sendiri secara objektif, (6)
lebih mudah memecahkan masalah, (7) mendorong lebih belajar secara aktif, dan
(8) membiasakan berpikir serta berbahasa secara tertib.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan keterampilan
menulis merupakan salah satu hal yang sangat penting dalamkehidupan manusia,
terlebih-lebih pembelajar di berbagai satuan pendidikan.
1.3 Variabel Menulis
Dalam lingkup telaah bahasa, menulis
termasuk salah satu kategori keterampilan komunikasi verbal. Jenis keterampilan
lain yang memiliki hubungan erat adalah menyimak, berbicara, dan membaca.
Keempat keterampilan berbahasa ini dalam pengembangannya diperlukan tata
bahasa, tata makna, wacana, dan ciri perilaku bahasa dalam pemakainnya (Stern,
1984). Di samping kesamaan yang ada, jika dibandingkan dengan ketiga jenis
keterampilan lain, menulis memiliki lingkup, proses, dan ciri perwujudan
sendiri. Dari segi ini pula, menulis dapat ditemukenali penanda unsurnya.
Ditinjau dari ruang lingkupnya, kegiatan menulis melibatkan masalah tata
bahasa, tata makna, pengetahuan kewacanaan juga pengetahuan tentang sistem
penulisan, pengolahan dan pengembangan gagasan serta teknik pemaparan.
Ditinjau dari proses kegiatan yang ditempuh, menulis melibatkan sejumlah
kegiatan yang beragam. Corbert dan Burke dalam Widodo (1987) mengungkapkan
bahwa aktivitas menulis melibatkan kegiatan (1) pengolahan gagasan, (2) penataan
kalimat, (3) pengembangan paragraf, dan (4) pengembangan karangan dalam jenis
wacana tertentu.
Ditinjau dari segi perwujudannya, kegiatan menulis akan menghadirkan bentuk
tulisan yang mengandung dua unsur utama, yaitu kode kebahasaan dan pesan yang
ingin disampaikan pengarangnya. Sebagai media paparan tulis, kode kebahasan
merupakan suatu kesatuan yang dibangun oleh unsur berupa kalimat beserta satuan
pesan yang dikandung oleh setiap kalimat itu sendiri.
1.4 Kompetensi Seorang Penulis
Setiap orang yang menguasai bahasa (Indonesia), tidak but aksara dan
angka, serta tidak buta pengetahuan tentu dapat menulis. Lalu, bagaimana pula
dengan pendapat yang mengatakan bahwa menulis itu memerlukan bakat? Kedua
proposisi di atas tampaknya perlu disandingkan. Menulis adalah keterampilan
yang dapat dipelajari. Orang yang memang memiliki bakat menulis tetapi tidak
mau belajar menulis tentu agak sulit menghasilkan karya tulis. Sebaliknya,
orang yang tidak mempunyai talenta menulis akan menghasilkan tulisan yang
bernas apabila berhasrat/bersungguh-sungguh berlatih menulis.
Seseorang yang berbakat menulis, atau tidak berbakat menulis sama-sama
mempunyai kesempatan menjadi penulis. Persoalannya adalah kesungguhan dalam
belajar menulis yang lebih banyak menentukan keberhasilannya menjadi seorang
penulis. Agar kita mendapat gambaran yang jelas tentang kompetensi yang perlu
dimiliki oleh seorang penulis, disajikan berikut ini.
1.4.1 Kemampuan
Menemukan Masalah yang Akan Ditulis
Seseorang tidak dapat menulis apabila tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Oleh
karena itu, penulis harus mampu menemukan dan memahami masalah yang akan
ditulisnya. Kemampuan penalaran yang baik serta kepekaan terhadap keadaan yang
terjadi dalam masyarakat dan lingkungannya sangat membantu penulis dalam
mencari dan memahami masalah. Dengan kemampuan dan kepekaannya itu pengarang
melihat, mencari, menemukan, serta menajamkan dan mengembangkan masalah.
Di samping itu, seorang penulis juga harus mampu melihat hubungan-hubungan
antara gejala-gejala dan kejadian-kejadian yang dilihatnya. Kemudian, ia
mengembangkan hubungan-hubungan itu dan menyusunnya ke dalam satu keseluruhan
yang teratur.
1.4.2 Kepekaan
Terhadap Kondisi Pembaca
Sebagai salah satu bentuk peristiwa
komunikasi, menulis pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan,
keingingan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian
mengirimkannya kepada orang lain. Jadi, terminal kegiatan menulis adalah pada
diri orang lain, yaitu pembaca. Oleh karena itu, setiap kali menulis, seorang
penulis harus mengetahui benar siapa pembaca tulisannya itu. Kemudian, ia
berusaha memahami kondisi pembacanya dan menyesuaikan tulisannya dengan kondisi
pembaca Ini tidaklah berarti bahwa penulis mengubah atau mengorbankan gagasan
yang akan disampaikannya, melainkan lebih pada usaha bagaimana penyajian yang
paling sesuai dengan karak-teristik pembacanya. Untuk itu, ia harus mengetahui
apa yang telah diketahui oleh pembacanya berkaitan dengan materi tulisannya,
apa yang belum mereka ketahui, dan apa pula yang perlu diketahui oleh mereka.
1.4.3 Menyusun
Perencanaan Tulisan
Menulis memerlukan perencanaan. Oleh
karena itu, setiap kali seorang penulis akan menulis suatu karangan ia harus
mempunyai perencanaan penulisan. Perencanaan itu mungkin ada dalam pikiran saja
atau mungkin pula dituangkan secara terinci di atas kertas. Penulis yang
profesional menyusun dan menuliskan secara terinci perencanaan penulisannya,
karena berdasarkan pengalaman-pengalamannya dalam menulis, perencanaan
penulisan sangat bermanfaat bagi seluruh proses menulis.
Perencanaan tulisan tidak sekedar outline. Istilah yang sering digunakan
adalah desain (design) yang di dalmnya diungkapkan berbagai hal seperti
masalah, tujuan, kegiatan-kegiatan, macam-macam data, sumber informasi, cara
mengolah/menganalisis, rencana penyajian. Biasanya rencana ini dilengkapi chart
atau skema yang menggambarkan proses penulisan.
1.4.4 Kemampuan
Menggunakan Bahasa Indonesia
Penulis harus menguasai bahasa yang
digunakan untuk menulis. Jika ia menulis dalam bahasa Indonesia maka penulis
tersebut harus menguasai bahasa Indonesia dan mampu menggunakannya dengan baik
dan benar. Menguasai bahasa Indonesia
berarti mengetahui dan dapat menggunakan kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia, mengetahui dan mampu menggunakan kosa
kata bahasa Indonesia.
Ia juga harus mengetahui dan mampu menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku.
1.4.5 Memulai
menulis
Memulai menulis sering menjadi kendala dalam menulis. Hal ini dialami oleh
penulis yang terbiasa maupun yang pemula. Kesulitan untuk memulai menulis
biasanya timbul karena keterbatasan menyusun kalimat pertama. Untuk mengatasi
hal ini dapat ditempuh dengan cara memberanikan diri menulis kalimat pertama
apa adanya. Jadi, tidak perlu lama memikirkannya. Ingat! Menulis itu
adalah suatu proses yang tidak hanya sekali jadi.
1.4.6 Memeriksa
Naskah Karangan Sendiri
Menulis merupakan pekerjaan lanjut
ulang. Artinya menuliskan bagian-bagian secara berkelanjutan dan membuka
kembali setiap bagian untuk memperbaiki (menambah atau mengurangi). Kegiatan
ini dapat dipandu dengan pertanyaan berikut:
1) Apakah
yang telah seselai saya tulis?
2) Apakah
keseluruhan tulisan saya ini cukup jelas?
3) Apakah
cukup lancar penyajian tulisan saya ini?
4) Apakah
kata-kata yang saya gunakan dalam setiap kalimat dalam tulisan saya ini jelas
maksudnya dalam mendukung maksud wacana?
5) Apakah
kalimat-kalimat yang saya gunakan dalam tulisan saya ini jelas maksudnya dalam
mendukung maksud wacana?
6) Apakah
keseluruhan tulisan saya ini sesuai dengan kemampuan pemahaman pembaca yang
saya perkirakan
Hal lain yang perlu direnungkan dalam melakukan aktivitas menulis adalah
sebagai berikut:
1)
Apakah saya dapat bekerja keras?
2)
Apakah saya mempunyai keberanian moral?
3)
Apakah saya mempunyai keyakinan tentang apa yang saya tuliskan?
4)
Apakah saya dapat memandang sesuatu secara proporsional?
5)
Dapatkah saya berpikir logis?
6)
Apakah saya berani bertanggung jawab terhadap apa yang saya kemukakan?
7)
Dapatkah saya mengkritik diri saya sendiri?
8)
Apakah saya mempunyai kepekaan terhadap apa yang terjadi dalam masyarakat?
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar