Jumat, 01 Maret 2013



CINTA BUDAYA NIAS
Oleh: Nopenius Zai dan Kamarudin Zai
(Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Gunungsitoli)
Disampaikan melalui RRI Pro 2 Gunungsitoli berjaringan dengan RRI Sibolga dan Medan
Sabtu, 28 April 2012
A.     Pendahuluan
Cinta berarti menyukai apapun hal-hal yang baik yang dimiliki oleh pulau Nias. Bagaimana orang Nias tersebut mencintai budaya Nias, apabila melestarikan, membudayakan dan menggunakan budaya Nias dalam kehidupan dan berbagai kegiatan. Dulu budaya Nias ini adalah merupakan tuturan lisan yang disampaikan oleh nenek moyang kita dari mulut ke mulut, namun berkembang menjadi tulisan. Kendati demikian, Budaya Nias harus mendapat perhatian untuk membudayakannya.
B.     `Jenis-jenis Budaya Nias
1.  Bahasa Rakyat
2.  Ungkapan Tradisional Nias
3.  Pertanyaan Tradisonal
4.  Hoho
5.  Nyanyian Rakyat
6.  Kepercayaan Masyarakat
7.  Rumah adat Nias
8.  Obat Tradisional Nias
1.      Bahasa Rakyat
                Bahasa rakyat merupakan media untuk memenuhi kebutuhan menyampaikan atau menanggapi suatu informasi, baik mengenai masa lampau, mengenai masa kini, maupun masa depan. Menurut Grimes (2002) bahwa bahasa berkembang bersama lingkungan masyarakat dan mencerminkan budaya masyarakat tersebut. Ada bebrerapa bentuk-bentuk bahasa rakyat yaitu:
a)      Logat
                       Logat adalah dialek atau cara mengucapkan kata (aksen) atau lekuk lidah yang khas. Seperti halnya dengan masyarakat Nias, khususnya masyarakat sekitar kota, dialek yang dipergunakan tentu berbeda dengan masyarakat Nias Utara. Contohnya masyarakat sekitar Kota menuturkan satu kata “He zo moi o?” sementara masyarakat Nias Utara mengucapkan “He gaga Moi
                       b).Julukan
                        Julukan adalah nama sindiran atau nama ejekan dari seseorang. Contohnya Kawino artinya orang yang malas bangun, ka bute artinya panggilan untuk seorang cewek, ka ucok artinya panggilan untuk seorang cowok atau laki-laki, galiboto artinya orang kecil, dan lain-lain.
                       c).Pangkat Tradisional
                       Pangkat tradisional adalah kedudukan atau derajat kebangsawanan dalam masyarakat atau juga martabat seseorang dalam masyarakat. Contohnya,
                       d). Titel bangsawan
                       Titel bangsawan adalah gelar seseorang dalam perkumpulan-perkumpulan adat. Misalnya balugu, si ulu, si ila,
                       Bahasa rakyat berfungsi untuk menuturkan cerita, menceritakan masa lampau, mengungkapakan rencana masa depan, mengungkapakan sastra (baik lisan maupun tertulis), dan mewariskan cara hidup. Juga berfungsi sebagai media untuk menanggapi suatu informasi yang dituturkan.
2.           Ungkapan Tradisional Nias
Ungkapan Merupakan perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan maksud atau kiasan.  Ungkapan tradisional memiliki tujuan yakni: Untuk memperhalus budi, Lebih menekankan kepada perasaan, Lebih menekankan kepada rasa persaudaraan. Ungkapan tradisional menurut jenisnya terbagi atas enam bagian yaitu:

a.    Kata-kata adat artinya berisikan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pemangku-pemangku adat yang disampaikan dalam bentuk kalimat lengkap.
                        Contoh:
                        Mengawali upacara fangowai ba fame afo, pertama-tama salah seorang dari satua siteoli biasanya orang kedua dan orang ketiga (tambalina atau fahandrona) memohon izin dari oarang pertama ( sanuhe) kata katanya sebagai berikut:
Ø         Sowatò : tamane amagu balugu, ira salawa siteoli, meno tohare w`odomeda sioroi yefo nasi iran balugu sioroi danò saròuhadia enaò niwa`oda badomeda sinotohare, notolata tou bambulugolayama.
Ø Lalu di sambut oleh tokoh-tokoh adat dari sowatò
Ø Setelah itu baru dilanjutkan dengan pihak tome

b.  Perumpamaan artinya mengibaratkan langsung tingkah laku atau keadaan manusia dengan binatang, tumbuhan, alam sekitar yang diungkapkan dalam satu kalimat dan lengkap dengan kata-kata: bagai, sebagai dan bagaikan.
                        Contoh;
Ø        Hulò harita olifu ia gulinia ( seperti kacang yang lupa akan kuliynya)
            Maknanya: seorang anak yang sudah berhasil lupa akan orang yang mendukung dia sebelumnya
Ø        Afuru mbelewa ziambu, abòu nomo duka ( parang tukang besi tumpu, rumah tukang lapuk)
Maknanya: dikatakan kepada orang yang asyik saja mengerjakan kepentigan orang lain, mau mengambil urusan orang lain tetapi pekerjaanya saja tebengkalai.


c.  Tamsil atau ibarat artinya unkapan berupa perumpamaan yamng dilengkapi dengan keterangan dan diungkapkan dalam kalimat tunggal yang digabungkan menjadi satu kalimat.
Contoh:
Ø        Hana hulò bulu gae hili ndaugò hejo mòi nangi badaò abuaò
( bagai daun pisang dimana angin bertiup disitulah dia berada)
Maknanya: jangalah kita seperti orang tidak tetap berpendirian, dimana suara yang banyak maka itu pula yang kita dukung meskipun kita tau bahwa itu adalah salah.
Ø        Lòòda-òda wòhe hagowi nibogò ( tidak ada makanan kita ya hanya ubi bakar)
Maknanya: sebenarnya makanan mereka adalah nasi dengan lauk yang mewah, tetapi itulah orang yang tidak mau menyombongkan diri.

a.       Metafora artinya ungkapan yang terdiri atas satu kelompok yang isinya melukiskan sifat, tingkah laku dan keadaan manusia dengan membandingkanya dengan sifat alam, tumbuh-tumbuhan binatang.
Contoh:
Ø        Natafaigi bambawa hulò niha samati, silò horò-horò bakha ba dòdò hule gureta nidayu ( dimuka baik tapi ndalam hati belum tentu)
Maknanya: sepeti orang yang diam-diam, tidak memperdulikan orang lain, tidak mellirik kiri kanan palagi kalau bergabung-gabung dengan teman-teman nya, tetapi dalam hatinya seperti sepeda dayung yang banyak sekali khayalan.

Ø        Awai niha sipade namonukha lòaoha gaya, lòifaigi ia haniha ia  ua  (seperti oarang kaya gayanya tapi ia tidak taui siapa dirinya sebenarnya)
Maknanya: seperti anak yang berlagak hebat, seperti orang kaya tetapi tidak tahu bagaimanakah keadaan orang tuanya Apakah orang berkeadaan atau tidak
Ø        Bòi tuko wulawa mòi tanòmò golowingò  (jangan colok para-para, dapat menjadi sumber selambar dimata)
Maknanya: sebagai peringatan kepada kepada seseorang supaya tidak melakukan pekerjaan atau kegiatan yang menimbulkan resiko buruk atau kecelakaan.
b.      Pameo adalah kelompok kata atau kalimat yang mengandung ejekan atau dorongan semangat
Contoh:
Ø   Hana nobaga-bagaò le hulò zilò simondri samigu ( cantik sekali kamu seperti yang belum mandi satu minggu.
Maknanya: orang yang terlalu mengangap dirinya cantik dari orang lain tetapi ia tidak tahu bagaimanakah dia yang sebenarnya
Ø    Bòi dai-dai wofanò ma alau’ò ( pelan-pelan jalanya siapa tau jatuh)
Maknanya: cepat jangan terlalu lambat  nanti kamu di tinggalkan orang
Ø    Ehao si ai ami banomo andre, hija zasao nomazawili (bersih sekali kalian di rumah ini, semua sampah berserakan)
Maknanya: seseorang yang tidak mau peduli dengan kebersihan rumahnya, dan ridak mau tau akan keadaan lingkungan di sekitarnya


c.       Pepatah artinya ungkapan yang berisikan (anjuran, karangan, kritikan dan sindiran) yang di sampaikan dalam satu kalimat pendek.
Contoh:
Ø    Abòlò wameraò dima ba alua zafeto
Kalau kita terlalu menekan seseorang , dia bisa membalas dengan kasar.
Maknanya:
Setiap orang yang sudah berkeadaan janganlah kita mengangap remeh orang yang lemah
Ø    Abua gòmò lò abua `li
Kata-kata sindiran (yang menyakitkan hati) sering terlalu sulit dilupakan.
Maknanya:
Dalam hidup janganlah kita mengambil dosa kepada sesama, karna hidup ini seperti roda kadang naik kadang menurun.
Ø    Alabu ndraono si darua molaya, owòra wakhe si darua mondrino
Pekerjaan yang dikomandoi banyak orang bisa berantakan.
Maknanya:
Orang yang bergantung kepada temanya dalam sebuah pekerjaan atau bisnis yang selalu menungu dari orang lain pasti tidak akan tercapai
Ø    Aoha noro nillului wahea, aoha noro nilului waoso, alisi tafadaya-daya, hulu tafewolo-wolo.
Pekerjaan (masalah) yang dikerjakan (dipecahkan) secara bersama-sama akan lebih gampang tugasnya.
Maknanya:
Segala sesuatu masalah, beban apa pun dia bila ada rasa kedamaian, sehati sepikir dengan orang lain pasti ada jalan keluarnya.
Ø        Bòi gesi-gesi mbowo lawa, wa aròu siyawa- yae tou mbua ma’ae tòdòlò gaheda waneu.
Bersikap dan bertindaklah realistis, jangan berkhayal.
Maknanya:
Janganlah terlalu banyak angan-angan dan pingin mendpatkan lebih, tapi terimalah apa yang telah ada dan syukurilah apa yang telah diterima.

Ø    Bòi tuko wulawa tanòmò golowingòu
Jangan mencari atau menciptakan masalahmu sendiri
Maknanya:
Dalam hidup janganlah kita menjadi contoh yang tidak baik ditengah-tengah masyarakat, mencari seribu alasan untuk mendapatkan kemenangan.

Ø        Ligi-ligi siliwi, falò tofesu mbagi, hese hese nazese, falò tofesu  gahe.
Berhati-hatilah dalam bertindak.
Maknanya:
Segala sesuatu pekerjaan janganlah dikerjakan dengan buru-buru tetapi kerjakanlah dengan hati-hati, dan janganlah mengambil tindakan tetapi merugikan sendiri.

Ø    Samòsa zimanga na’a, samòsa zigona gitò
Seorang yang berbuat arang lain yang menanggung akibatnya.
Maknanya:
Satu orang yang berbuat kesalah, memeras, memakan suap tetapi orang lemah yang menangung akibatnya.

Ø    Sara mbu sambua limi, ifadukhai zoya sibai
Seseorang melalui perbuatanya bisa merusak persatuan atau hubungan kekeluargaan.
Maknanya:
Hanya gara-gara tingkah laku satu orang maka semua orang yang dekat denganya akan bersangkut paut.
Ø        Hulò muhede mburu’u kòkò, habambòrò humòngò- hòngò, ba gamozua dòhò manò.
Rencana yang mendapat publikasi luar, tetapi tak berkelanjutan atau tidak terealisasi.
Maknanya:
Orang yang tingi angan-angannya tetapi tidak akan pernah tercapai yang akhirnya hanya sebatas itu.
Ø        Hulò wahò lò manga ia nalò labòzi hogo nia
Orang yang tidak punya inisiatif, yang selalu menunggu komando dari orang lain.
Maknanya:
Seseorang yang selalu menungu orang lain dan yang tidak mau peduli dengan masalah atau problema yang terjadi,  tidak bisa mengambil tindakan sendiri.

Ø        Taria fadoli falò alulu, taria foalulua falò aetu
Dalam setiap hal ada kalanya kita harus mengalah dan ada kalanya harus bersikukuh.
Maknanya;
Dalam hidup janganlah kita membanggakan keegoisan kita, tapi dalam situasi apapun kita juga perlu untuk mengikuti apa peraturan yang telah ada.
Ø    Hulò dalaho mborò zole
Seperti katak dalam tempurung.
Maknanya:
Manusia yang selalu mengangap dirinya hebat, punya segalanya tapi ia tidak tau kalau adalagi orang di luar sana yang lebih hebat dari dia.
3.      Pertanyaan Tradisional
Teka-teki adalah cerita pendek yang menuntut adanya jawaban atas maksud dari cerita itu. Teka-teki hampir sama dengan soal cerita. Yang dipentingkan adalah kemampuan sipenebak dalam memahami arti kiasan atau ibarat yang dikemukakan dalam suatu cerita. Ciri lainnya dalam penyusunan teka-teki haruslah memperhatikan keindahan bahasanya. Dengan karakteristiknya seperti itulah, teka-teki dapat digolongkan dalam jenis sastra.
Bentuk-bentuk pertanyaan tradisional (teka-teki) tersebut dapat digolongkan ke dalam 2 bentuk, yaitu:
1.    Teka-teki yang tidak memiliki nilai sastra
Rounded Rectangle: 2Contoh:
No.
Pertanyaan
Jawaban
1
Adulo ba nard dand
Gowi-gowi
2
Faldldwa ba nard dand
Talinga go’o
3
Belewa gari ba dalu mbanua
Bua mboli
4
Halddo hagido tdgi mbagigu yame’edo
Gitar
5
Fagohi-gohi ira nasu saitd nasu soyo
Alitd faoma bowoa
6
Sukhu ba dalu ndru’u
bulu gdna
7
Emali guli balaki ndsi
Duria
8
Emali guli talifusd ndsi
Duria
9
Ana’a guli fird ndsi
Lase
10
Manikhi-nikhi bard gara
lela
11
Latuko hdrd ld mamd’i
hdrd damo
12
Sageu mand ia tai mad
era
13
Saribu gahe
alifa
14
Ba mbotonia tesdndra nomonia
lawa-lawa
15
Bongi ma’dkhd ilu-lui nomonia
keo/baruni
16
Tola tababaya tebai tafaigi
fiso/talinga
17
La’o noro tenga simate labdbd tenga sowdhd
ono nihald
18
Abeto niha bdd fdna obu’u abeto ida’a bangai obu’u
bola-bola
19
Abeto niha bdd fdna obu’u abeto ida’a furi obu’u
adulo mbisi
20
Labdzi doyo awena mofand
fahd
21
Latuko doyo awena mofand
bo’ole
22
Ebua li moroi ba mboto
riwi-riwi/lakikimio
23
Ana’a bard dand
gundre
24
Ioro-oro’d hdgdnia khd nemali
tddd gae
25
I oro-oro’d lelania khd nemali
hele
26
Awai haldwdnia sogulu ba samologd ero ma’dkhd
asi
27
Abdld duhe moroi ba niha
hdrd
28
Dafulu ira no motofi safusi
sa’a
29
Fefu ira nono namada razo no mamake tofi saitd
afi-afi lele
30
Laomdsi-mdsi nina, latara-tarai nono
ora
31
Fayo ba ndu’u
landdta
32
Ibdzi-bdzi ninania ononia
torosi
33
Mate manawa-nawa
sarawu gae
34
Atoru ld huge-huge
adulo
35
Dalima memofand, samdsa memangawuli
nafo
36
Tuko hdrd ld mamdi
tamo
37
Tababaya so tafaigi ld haddi
talinga
38
Lako’o oroma hdgd
gosd-osd
39
Hdnddgd hdgd kalua nono
fena
40
Bene’d ba ndu’u
fau-fa’u
41
Ribo-ribo ba ndu’u
guld
42
Ero madkhd ifaboka-boka mbawania
mba’a
43
Latiti hdgd awena manga
wahd
44
Sageu yaia afdnu ia hdrdnia
gdna
45
Ldmanga ia natenga manu safusi
fugao
46
Ero manga ia ba mua’o
seso
47
Riti-riti bard gara
kasa gore
48
Tumbu nononia,itdrd galogo nia
rigi
49
Sambua hdgd, tdlu hdrd
mbanio
50
Tarongo li ldta’ila mboto
hdtu   
51
Sageu mand ia balizi mand
na’a
52
ogdd nasi mate gadao ba hili
wandu gasi
53
sonda’o so’ia ld ya’o ld ya’ia
lumd-lumd
54
Ld ulu ld luaha somand bakha mbuaya
mbaya mbanio
55
Biasania niha ifake dundraha sambua so ida’a ifake dombua
bada gahe
56
Riwa-riwa ba nduru’u
uld
57
Silatao ba dalu mbanua
tddd gae
58
Labdzi doyo awena mofand
fahd
59
Latuko doyo awena mofand
bo’ole
60
Ebua li moroi ba mboto
riwi-riwi/lakikimio
61
Manga dulo manu bd d hasambua, ba mogata-gata manu da’a i ba atoru-toru tou gadulonia
So’ewa eu
62
Tola lafawua ba tebai nifazawa
Lala
63
datdlu jifasdndra felendrua jamaigi-maigi
Loji
64
Mo meme niha bdd dombua, mo meme niha da’a hasambua
Aramba
65
Ba zimadkhd no’i kdrd bui ia, bana ba zi bongi ifaddld ia
Tufo
67
ambd nibadu tobdnd femondri
bdbdi
68
Ribu-ribu nono ndrawa ha sara-sara mbdbd ldwi
dli
69
Ahono-hono gdrdbau ba mofand-fand dali zao
Lawugale
70
Mohogo-hogo zigelo baatoru-toru tou nagole
Fogao/ddkhia

Dll.


2.      Teka-teki yang memiliki nilai sastra
Contoh:
1.      Sosamdsa rajo iwad khd Jimiki ldsd khdda wakhe tou ba newali. Ba hija na’d taboi manu mofdnudo khdu ba na’i’a gdi manu ba mofdnudo khdu. Andrd mangera-ngera Jimiki awaitd lala “ikdlini” enad bdi ita boi manu ba enad gdi ld idou fakhe manu.
2.      Sosamdmdsa namada rajo no’ilau modao-dao yomo ba nomo nia. Ld ara tohare Jimiki morotou ba doyo nora. Meirugi doyo nora Jimiki, sara gahenia numald yomo ba mbagi nora, ba sara gahenia tou ba mbosi nora. Meno irugi, ibe’e wanofu khd namada rajo, imane: “ He magu rajo ya’odo dae simdi yomo masimdi tou?” Mangera-ngera namada rajo ba jinofu dad khd Jimiki, imane-mane tddd nia, naumane khd Jimiki andrd mdi’d yomo ba naifuli ilau ia tou, ba naumane khdnia md’i tou, bama’ilau ia yomo. Andrd i’o sambua’d wanema, imane “ faoma gera-erada” Rounded Rectangle: 4ada bebrapa fungsi pada teka-teki Nias yaitu:
1.      Mendidik
Misalnya:
·        Huld wahd ld manga nald labdzi doyo (harafiah)
Jawaban teka-teki di atas adalah pahat. Dapat menjadi nasihat atau didikan bagi seorang anak/pembaca. Di ibaratkan orang yang malas beraktivitas.
·        Ahono-hono gdrdbau ba mofand-fand dali zao (metaforis)
Untuk menjawab teka-teka ini sangat membutuhkan nalar yang kuat. Dan di ibaratkan kehidupan oarng tua yang membiarkan anak/istrinnya mencari nafkah.
2.      Hiburan
Misalnya:
Hadia nagole si tebai la’a
Jawaban teka-teki tersebut tidak terduga karena orang tidak akan menyangka jawaban yang demikian. Orang cenderung berpikir luas. Kira-kira daging apa yang tidak bisa dimakan.tidaka terduga bahwa jawabannya sabut kelapa. Ketidakterdugaan dan kelucuan inilah yang membuat toka-toki ini menjadi hiburan belaka bagi penikmatnya.
3.      Menggoda
Misalnya:
Mo meme niha bdd dombua, mo meme niha da’a hasambua
Jawab: Gong. Orang berpikir jawaban teka-teki tersebut berhubungan dengan sesuatu yang porno. Pernyataan Mo meme niha bdd dombua, mo meme niha da’a hasambua, membuat orang mengasosiasikannya dengan meramalkan seorang cewek. Padahal jawabannya adalah gong.
Teka-teki yang membuat orang berpikir “jorok” tersebut disengaja untuk menggoda penerka dan orang-orang yang mendengar teka-teki ini. Tujuan ini akan lebih tercapai apabila diajukan kepada seorang gadis.
4.      Pengertian Hoho
        Secara etimologi kata hoho berasal dari akar kata oho (angin sepoi-sepoi). Dalam kaitannya dengan kegiatan sosial budaya , hoho berarti pengungkapan pikiran, perasaan, atau ide kepada orang lain dengan memilih kata yang menarik dan disampaikan dengan lemah lembut seperti tiupan angin sepoi-sepoi. Mendrofa (1981) mengatakan bahwa salah satu kebiasaan Ono Niha (Orang Nias) dalam menyampaikan ide, pikiran, perasaan yakni dengan hoho (puisi kuno).
Hoho atau puisi rakyat adalah syair/sastra Ono Niha yang mengungkapkan sesuatu kejadian-kejadian masa lalu dengan syair yang berirama dan sering mengungkapkan sesuatu dengan berbagai gaya/bahasa/majas (amalalata wehede)
Hoho ini dituturkan oleh penutur pada saat memberikan sesuatu  (sumange) kepada lawan bicara. Yang mana penutur pertama menyampaikan sumange ini dengan cara merendah atau litotes. Sedangkan lawan bicara menerimanya dengan membesar-besarkan (Hiperbola). Hoho ini mengisahkan pemahaman, konsep, ide masyarakat Nias terhadap asal-usul terhadap sesuatu atau asal mula kejadian. Hoho ini lebih menekankan pada primal substance seperti :
1.    Nama pencipta dunia dan isinya, tempat tinggalnya, dan hal-hal yang dilakukannya.
2.    Nama manusia pertama
3.    Asal mula penyakit
4.    Penyebab gempa bumi, dsb.

Pada mulanya hoho ini hanya dituturkan oleh para ere (imam pada agama fanomba adu) yang telah disahkan atau diakui oleh masyarakat. Masyarakat kebanyakan atau biasa, tidak berani menuturkannya karena takut akan akibatnya sebagai mana telah ditetapkan dalam fondrako (hukum-hukum dan aturan yang harus ditaati). Setelah bangsa Belanda dan Jerman datang ke Pulau Nias sekitar abad ke-18, hoho boro gotari gotara  ini baru mulai dituturkan oleh kebanyakan orang. Setelah agama Kristen mulai diterima oleh masyrakat Nias (1865), para misionaris atau pendeta Jerman melarang masyarakat menuturkan cerita atau hoho boro gotari gotara ini kembali. Alasan yang mereka kemukakan adalah bertentangan dengan iman Kristen. Setelah misionaris Jerman kembali ke negaranya sekitar tahun 1942, masyarakat (khususnya ere) baru berani menuturkannya kepada generasi mereka.
Berdasarkan penuturan tersebut dapat disimpukan bahwa hoho boro gotari gotara pada mulanya hanya dituturkan oleh orang-orang tertentu, yaitu para ere dan keturunan kaum bangsawan yang telah mendapat pengesahan secara adat. Hoho masyarakat Nias pada hakikatnya berbentuk syair. Pada umumnya terdiri atas dua baris setiap bait. Setiap bait terdiri dari 4 – 8 kata. Baris kedua merupakan pengulangan dari baris pertama dengan sedikit perubahan. Hoho diucapkan oleh seseorang pada saat pesta adat (mungkin pesta pernikahan) dari pihak tamu. Biasanya dalam pesta pernikahan masyarakat Nias ada dua pihak yang turut berperan yaitu pihak pengantin laki-laki yang disebut tome atau tamu dan pihak pengantin perempuan yang disebut sowato (pemilik rumah/keluarga). Biasanya, sebelum pembicaraan dilanjutkan, pihak sowato wajib memberikan afo (sekapur sirih) kepada tome yang diantar dengan hoho. Kemudian, tomepun wajib menerimanya dengan hoho pula.
Pada bentuk ini, penutur hoho melakukan pergantian dengan mengungkapkan urutan-urutan idea tau pikiran yang masih berkaitan. Sedangkan pergantian dengan penjelasan difokuskan pada penjelasan detail baris pertama.
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan Bapak Sökhi’ato Zega selaku ketua adat di Desa Dahadanö khususnya Öri Zowu di kecamatan Sitölu Öri, memaparkan dua jenis hoho yaitu hoho ba walowa dan hoho ba zimate.
Hoho Ba Walöwa
Haöyö hae badatalau molaya                                                    
Molaya wanalikhi                                                                      
Molaya manaho
Ya’ita ono dalifusö                                                          
Ya’ita ono makhelo                                                         
Meno tohae ita                                                                
Tohare a’oi so
Tou badalu newali
Ba dalu golayama
Da tafakhai duturu
Da ta fakhai dumbo

Fageha ndrege löwi-löwi
Fageha ndrege lafoyo
Ta börö tou danö nahia zi hönö
Tanö nahia zato

Tebaido nifolaya mado hura
Tebaido nifolaya mado mao
Ha nifolaya zo tabina
Ha nifolaya zabeto
Owulo zi dombua banua
Owulo nono dalifusö
Owulo nono makhelo
He göi lala zi tenga böö
Me so sazanua khai sisökhi
So masi möi fa’umönö
Ba zowatö börö zi numana
Bazowatö börö zo hadi.
Ma’andrö wa’ebolo dodo
E tödö yawa mbo
Bö’ö götö mane meföna
Bö’ö götö mane meno
Me so zatua ba dalinga mbatö
Samangaö sö umönö böli gana’a
Samangaö sö umönö böli hamo
Mihaogö dalu golayama
Mihaogö dalinga mbatö
Fo’ösi mbola ni otaraŵa
Fo’ösi zalafa ana’a
He uwu gali mawa’öri
He tarozua lehe zinasa.
Hadia gema hadia ba dodo
Hadia gemaa nahia bambo
Sumange numönö sahulö
Sumange lala zi tenga bö’ö
Iya’e zowatö börö zonuza
Sowatö börö zi numana
Si lö hadöi uwu duturu
Si lö hadöi uwu danga.
#     Tari höli-höli ya’ita ono dalifusö ono wabanuasa sowatö börö zi numana.
                                                                                                 Hu u u u u . . . . . .
Hoho Ba Zimate

Haöyö hae badatalau molaya                                                    
Molaya wanalikhi                                                                      
Molaya manaho
Ya’ita ono dalifusö                                                          
Ya’ita ono makhelo                                                         
Meno tohae ita fefu                                                         
Tohare a’oi so                                                                 
Fa’ohe ita fakhai duturu
Fa’ohe ita fakhai tumbo
Tafageha ndege löwi-löwi
Tafageha ndege lafoyo
Tabörö danö nahia zihönö
Tabörö danö nahia zato
Tebaido nifolaya mado hura
Tebaido nifolaya mado mao
Molaya ni hösöini danö
Molaya ni börö zalo
Nifolaya-laya zo tabina
Nifolaya-laya zabeto

Awögu samahea
Awögu samahea hoho
Böi tafondöni mosu-mosu
Böi tafondöni lekhumo
Tadöni tagöwai ba danö
Tradnöni tagöwai ba ndao
Tafongaroro hulö zagö
Fongao ma hulö goloso
Hadia dani wa ta’ondrasi
 Hadia dani wa owulo
Börö zatua sondöi talinga mboto
Börö satua zi mate ba zalo
Andrö owulo nono dalifusö
Owulo nono makhelo
Oi so lala zi tenga bö’ö
Oi so lala wala’osa
Na si mate nihalö nemali
Satua nihalö mbaloho
 Sabölö töla zi miwo ba danö
 Salawa zi da’dao yomo
Da’ö dania wa ta’ondrasi
Taida wa oi owulo
Mondara dödö dalifusö
Mondara dödö zo omo

Tenga wanema uli mbawi
He awö wakhe sa soso
Andrö talau laria umanö
Andrö talau laria hoho
Ya’ita ono dalifusö
Ya’ita ono makhelo.

Seperti hoho di atas dilagunakan oleh lebih dari satu orang, biasanya lima sampai sepuluh orang laki-laki. Satu atau dua orang dari acara adat tersebut disebut “sandoro” yang memimpin, yang lainnya didisebut “sanoyohi” yang mengikuti atau mengiringi.setia baris dari hoho dilagukanoleh “sondroro” kemudian pada persajakan tertentu diikuti oleh “sanoyohi” demikian hingga baris terakhir dari hoho tersebut. Khususnya untuk hoho di Nias Utara ini para pengiring mengtakan “Hahae he”.
Oleh karena demikian kuatnya keyakinan masyaraka Nias bahwa leluhur mereka berasal dari Teteholi Ana’a, maka hal-hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan selalu merujuk pada tindakan yang dilakukan oleh Sirao. Penggalan hoho di atas dituturkan oleh ere (seseorang yang memiliki keahlian) pada pelaksanaan pesta adat dalam rangka menaikkan status sosial.
Khusus di wilayah tertentu di Kepulauan Nias, hoho juga dituturkan dalam menggelar kekuatan prajurit desa yang akan pergi membalas perlakuan desa lain kepada mereka. Artinya, hoho digunakan untuk memotivasi warga desa agar bersatu padu dalam membela desa mereka. Setelah Indonesia merdeka (adanya sejumlah aturan dalam menyelesaikan konflik), hal ini jarang dilakukan. Saat ini dikonversi menjadi sebuah atraksi budaya.

5.         Nyanyian Rakyat
          Nyanyian rakyat adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Rekreatif, mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat menjadi semacam pelipur lara.  Namun sayang nyanyian rakyat tersebut kurang diminati oleh masyarakat sekarang ini. Padahal kalau kita resapi isi dari nyanyian rakyat tersebut ternyata isinya banyak berupa pituah atau petunjuk yang diberikan nenek moyang kita dalam kehidupan sehari-hari. Dalam nyanyian rakyat memilik fungsi yaitu:. Kreatif, 2. Sebagai pembangkit semangat, 3. Sebagai protes sosial, dan untuk memelihara sejarah setempat dan klan.
“hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado.
Nyanyian rakyat dapat digolongkan dalam 3 jenis:
a. Nyanyian rakyat yang berfungsi adalah nyanyian rakyat yang kata-kata dan lagunya memegang peranan yang sama penting. Disebut berfungsi karena baik lirik maupun lagunya cocok dengan irama aktivitas khusus dalam kehidupan manusia
          b. Nyanyian rakyat yang bersifat liris
Nyanyian bersifat liris biasanya nyanyian rakyat yang bersifat liris, yakni nyanyian rakyat yang teksnya bersifat liris, yang merupakan pencetusan rasa haru pengarangnya yang anonim itu, tanpa menceritakan kisah yang bersambung. Sifat yang khas ini dapat dijadikan ukuran untuk membedakan nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, karena yang terakhir justru menceritakan kisah yang bersambung. Banyak diantaranya yang mengungkapkan perasaan sedih, putus asa karena kehilangan sesuatu atau cinta, sehingga menimbulkan keinginan-keinginan yang tak mungkin tercapai
c.  Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, yakni nyanyian rakyat yang liriknya menceritakan kisah yang bersa
            Dari aspek nilai, Nyanyian Rakyat Nias mengandung nilai yang sangat hakiki dalam kehidupan masyarakat Nias, yaitu:
 1       nilai filosofis, adalah nilai yang merepresentasi­kan pandangan hidup atau kebijaksanaan hidup masyarakat Nias  untuk mengendali­kan dan mengarahkan manusia dalam bersikap, berperilaku atau perbuatan ke arah yang lebih baik, meliputi :
 a       sikap teguh dalam pendirian atau memegang teguh  prinsip hidup,
 b       sikap menentukan  pegangan hidup yang kokoh (sikap kepastian), dan
c        sikap kebijaksanaan,
2        Nilai sosiologis, adalah nilai-nilai yang merepresentasikan  hubungan atau interaksi  manusia dengan manusia dalam masyarakat  Nias yang direfleksikan  dalam  bentuk perilaku, sifat, kebiasaan untuk membangun hubungan timbal balik yang lebih harmonis, meliputi
a        pentingnya tolong-menolong
b        pentingnya bermusyawarah untuk menyatukan pendapat,
c        pentingnya persaudaraan dalam suka dan duka,
d        berdedikasi tinggi  untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara, 
e        menjaga dan memelihara kerukunan hidup
Di bawah ini, ada beberapa nyanyian rakyat yang belum diketahui penciptanya.
1.              Oya Zisȍkhi
Oya zisȍkhi, zifalukha ba wekoli
Ba lȍ zui taya ba dȍdȍgu, mbanuagu sindruhu
            Awakhȍ dȍdȍ, na itȍrȍ zui tȍdȍgu
            Nahiagu sitorȍi ya’o, awȍ dalifusȍgu
            //: He tȍdȍgu bȍi olifu’ȍgȍ
                Fefu zifasui banuamȍ
Banuagu, tanȍ situmbu ya’odo
Banua zatua somasido, sitebai olifudo
2. Waru – waru
He...ba waru-waru, ba waru-waru
So nahau sinotatu, yawa, ba gogu geu
Ba hogu dȍla Golalu
                        He...ba waru-waru, ba waru-waru
                        Sauli itȍrȍ tȍdȍgu, sifao-fao khȍu
                        Balala wofanȍ, he no’arȍu nahau

3.    Nagoyomanase
Nagoyomanase, sise’ise bawa
Ba sanau ahe, ba sanau kaewa
I’urȍi nidanȍ, i’urȍini mbombo
Wangalui ȍnia, wangalui ȍnia ba ono goro
lȍ’ulȍ’a, lȍ’ulȍ’a, lȍ’ulȍ’a, akaewa-kaewa
ha, ha, ha, ha, ha,...ha, isȍndra gȍnia


4.    So Nono Manugu
so nono manugu, nibe zibayagu, ono manu meda, sigariti bu
ha sihulȍwongi, la’andrȍ saribu, ha tanȍ owi ba’utaba diwogu
     bahe’uwisa wemanga ambȍ asio ambȍ lada
hiza nono wofo, ba hogu nohi, tafaigi mbu nia, awuzi-wuzi
na’ilau mowengu, sihulȍwongi, wa’ahakhȍ dȍdȍ, zamondrongo li
     ba he’uwisa wanga’i, ambȍ danga arȍu si’ai

5.    Sikhula Satoru
Usȍndra zikhula satoru, la be’ȍgu wȍfȍ gȍ de’u
Ha kara labesa mbukugu, ha likhe la be fetologu
     //: alai zilȍ talifusȍ, si lȍ satua sondrorogȍ
         Si mate ba dalinga mbatȍ, asu zolohe ba lewatȍ
6.    RUMAH ADAT (OMO SEBUA/OMO HADA)
Rumah tradisional Nias mempunyai konstruksi yang berbeda dilihat dari segi
strukturnya kedua daerah ini ada dua jenis rumah adatnya yaitu rumah tradisional
Nias Selatan (Omo Sebua) berbentuk persegi panjang dan rumah tradisional Nias
Utara (Omo Hada) berbentuk oval. Rumah adat di Nias Selatan dibuat menyerupai
perahu. Dengan bentuk perahu ini diharapkan bila terjadi banjir maka rumah adat
berfungsi sebagai perahu.
Di dalam rumah terdapat ruangan besar sebagai tempat pertemuan dan
berkumpulnya para tetua adat, tokoh adat pada masa lalu. Karena harus memuat
banyak orang, maka rumah adat dibuat dengan ukuran serba besar, baik tiang
penyangga maupun ruangan yang dibangun. Ukuran besar di sini memiliki dua fungsi
yaitu memuat banyak orang dan menunjukan kekayaan dan kebesaran pemiliknya.
Alasan lain adalah hanya orang yang layak membangun rumah besar. Hanya orangorang
tertentu pula yang dapat melakukan pesta besar (owasa) sebagai wujud dari
kekayaan.
a. Sebagai pertanda persatuan.
b. Sebagai hiasan pada busana dan ukiran pada rumah adat.

7.      Obat Tradisional Nias
Secara arti kata obat adalah bahan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari penyakit. Sedangkan istilah tradisional berasal dari kata tradisi yang artinya adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat. Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan bahwa obat tradisional merupakan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan, hewani, dan mineral yang digunakan oleh masyarakat sejak nenek moyang, sampai sekarang untuk menyembuhkan segala sakit penyakit atau meningkatkan kualitas kesehatan.
A.     BENTUK, JENIS-JENIS, DAN FUNGSI OBAT TRADISIONAL
1.      Pepaya
IMG1488APEPAYAPepaya merupakan tumbuhan yang berbatang tegak, bunganya berwarna putih dan buahnya yang masak berwarna kuning kemerahan. Tinggi pohon pepaya dapat mencapai  8 sampai 10 meter dengan akar yang kuat.

       

 Khasiatnya
a.      Pada penderita luka bakar
Gunakan getah pepaya muda dioleskan pada luka bakar, atau pepaya muda dihaluskan kemudian dibalurkan pada bagian yang sakit.
b.      Mengatasi ubanan sebelum waktunya
Caranya, gunakan 30 gram biji pepaya  yang telah matang disangrai kemudian dihaluskan menjadi bubuk, tambahkan satu sendok makan minyak kelapa, aduk rata lalu dioleskan pada rambut hingga merata. Biarkan selama 1 - 2 jam setelah itu bersihkan. Lakukan 1 kali seminggu.
c.       Mengobati jerawat
Gunakan 30 gram daun pepaya yang sudah tua dijemur sebentar kemudian dihaluskan tambahakan 30 cc air, kemudian gunakan sebagai masker pada kulit berjerawat, hindari terkena mata.
d.      Mengobati panas dalam pada anak-anak
Gunakan 200 gram buah pepaya matang, gula secukupnya dihaluskan lalu diminum.
e.      Keracunan
1 buah pepaya muda, tanah liat (sebesar telur)
Cara membuat:
Pepaya dikupas, diparut dicampur dengan tanah liat lalu disaring
Cara menggunakan:
1 malam setelah disaring baru diminum
f.        Batu Ginjal
Bahan:
7 lembar daun pepaya
Cara membuat dan menggunakan:
§         Hari pertama, 3 lembar daun pepaya  direbus dengan air secukupnya, air rebusan diminum 1 gelas sekaligus.
§         Hari kedua, 5 lembar pepaya  direbus dengan air secukupnya, air rebusan diminum 1 gelas sekaligus.
§         Hari ketiga, 7 lembar pepaya  direbus dengan air secukupnya, air rebusan diminum 1 gelas sekaligus, unutk menutupnya ditambah dengan minuman air kelapa muda, dipilih dari kelapa hijau.
g.      Tekanan Darah Tinggi
Bahan:
2 potong akar pepaya
Cara membuat:
Direbus dengan air 1 liter sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring.
Cara menggunakan:
Diminum menjelang tidur
h.      Reumatik
Bahan:
2 potong akar pepaya, 1 lembar daun pepaya
Cara membuat:
Kedua bahan tersebut ditumbuk halus, kemudian direbus dengan 1 liter air sampai mendidih
Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari 1 gelas pada sore hari
MENTIMUNMentimun     




Khasiatnya:
a.      Memperlancar air seni
Mentimun dihaluskan lalu disaring, sarinya diminum
b.      Mengobati luka akibat gigitan anjing
Daun mentimun ditumbuk lalu dibalutkan pada luka
c.       Darah Tinggi
Mentimun dikupas lalu dimakan 2 kali sehari
2.      Sirsak
SIRSAK 

   

Khasiatnya:
a.      Mengobati ambeien
Buah sirsak yang sudah masak, diperas untuk diambil airnya sebanyak 1 gelas, diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
b.      Bayi mencret
Buah sirsak yang sudah masak  diperas dan disaring untuk diambil airnya diminumkan pada bayi sebanyak 2 - 3 sendok makan.
c.       Sakit Pinggang
Diambil 20 lembar daun sirsak, direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 3 gelas, diminum 1 kali sehari ¾ gelas.
d.      Bisul
Daun sirsak yang masih muda secukupnya, ditumbuk halus dan ditambah ½ sendok air, diaduk sampai merata, ditempelkan pada bagian bisul.
e.      Anyang-anyangen (sering kencing tetapi sedikit dan terasa sakit)
Bahan:
Sirsak setengah masak dan gula
Cara membuat:
Sirsak dikupas dan direbus dengan gula bersama-sama dengan air sebanyak 2 gelas
Cara menggunakan:
Disaring dan diminum
3.      Pisang Ambon
PISANG       



a.      Manfaat bagi luka bakar
Bahan:
Daun pisang
Cara membuat:
Daun pisang dibakar dan abunya dicampur dengan minyak kelapa
Cara menggunakan:
Dioleskan pada bagian kulit yang terbakar
b.      Mengobati maag
Bahan:
Pisang yang masih muda
Cara membuat:
Pisang dikupas, dicuci dengan air bersih
Cara menggunakan:
Langsung dimakan, 2 kali sehari
IMG1443AJambu Batu

    


c.       Mengobati maag
8 lembar daun jambu biji yang masih segar
Cara membuat:
Direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya
Cara menggunakan:
Diminum 3 kali sehari, pagi, siang, dan sore
d.      Sakit perut
5 lembar daun jambu, 1 potong akar, kulit dan batangnya
Cara membuat:
Direbus dengan 1,5 liter air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya
Cara menggunakan:
Diminum 2 kali sehari pagi dan sore
e.      Sering kencing (berlebihan)
1 genggam daun jambu  yang masih muda, 3 sendok bubuk beras yang digoreng tanpa minyak
Cara membuat:
Kedua bahan tersebut direbus bersama dengan 2,5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring.
Cara menggunakan:
Diminum tiap 3 jam sekali 3 sendok makan
f.        Sariawan
Bahan:
1 genggam daun jambu, 1 potong kulit jambu
Cara membuat:
Direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya
Cara menggunakan:
Diminum 2 kali sehari
g.      Sakit kulit
Bahan:
1 genggam daun jambu yang masih muda, 7 kuntum bunga jambu
Cara membuat:
Ditumbuk bersama-sama sampai halus
Cara menggunakan:
Digosok pada bagian kulit yang sakit.
h.      Obat luka baru
Bahan:
3 pucuk daun jambu
Cara membuat:
Dikunyah sampai lembut
Cara menggunakan:
Ditempelkan pada bagian tubuh yang luka agar tidak mengeluarkan darah terus menerus
4.      Nenas
NENAS
    


a.      Kembung
1 buah nenas masak diparut, disaring dibuang ampasnya, diminum ½ gelas, 3 kali sehari sekitar 30 menit sebelum makan.
b.      Cacingan
Bahan:
1 buah nenas muda
Cara membuatnya:
Kupas lalu cuci sampai bersih, kemudian bilas dengan air masak lalu parut, diperas lalu disaring airnya.
Cara menggunakan:
Diminumkan sedikit demi sedikit pada anak yang menderita cacingan
c.       Luka bakar, gatal, bisul
Diambil beberapa helai daun nanas, cuci sampai bersih lalu tumbuk hingga halus. Balurkan pada bagian kulit yang sakit.
5.      kunyitKunyit



a.      Mencegah timbulnya tetanus apabila kita ditusuk paku
Caranya:
Haluskan kunyit lalu dipanggang di atas api dan ditempelkan pada luka
b.      Mengobati batuk
Caranya:
Dihaluskan, diparut, disaring dicampur sedikit air
c.       Mencegah panas dalam
Caranya:
Dihaluskan, diparut, disaring, dicampur sedikit air dan kuning telur
d.      Sakit maag (sakit ulu hati)
Bahan:
Kunyit yang tua 2 jari tangan dan air matang ½ cangkir
Cara membuat:
Kupas kunyit dan bersihkan, parut, lalu tambahkan air panas, peras dengan kain bersih, ambil air beningnya.
Cara menggunakan:
Minum 2 kali sehari pagi dan sore
6.      Temulawak
tmlwk        

  

Khasiatnya:
a.      Menjaga fungsi ginjal
Caranya:
Bagian akarnya dicuci kemudian direbus sampai mendidih lalu diminum 1 kali sehari
b.      Mengobati bau badan (aböu alo-alo)
Cara meramu:
5 iris temulawak, dicuci, direbus dengan ½ gelas air selama 15 menit, lalu airnya diminum 1 kali sehari.
7.      Kumis Kucing
kms                            



Khasiatnya:
a.      Memperlancar buang air kecil
Daunnya dikeringkan kemudian direbus, airnya diminum 3 kali sehari
b.      Penyakit ginjal dan masuk angin
1 genggam daun kumis direbus dengan air, diminum 4 - 5 kali sehari
c.       Obat kencing batu
Seluruh bagian tanaman
Cara membuat:
Bahan dicuci sampai bersih. Kemudian direbus dengan 1 liter air, sampai mendidih, saring terlebih dahulu sebelum diminum. Obat ini diminum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas.
8.      Jahe
Khasiatnya,
Menghilangkan perut kembung
Caranya:
Diparut, dicampur sedikit air lalu disaring setelah itu dibuang ampasnya kemudian diminu
Daun Ubidaun ubi




Khasiatnya,
Mempercepat pemberhentian darah pada saat terluka
Caranya:
Daun ubi diremas-remas dan ditempelkan pada yang luka
9.      Sirih
srh
     

Khasiatnya,
a.      Menguatkan gigi
Caranya:
1 lembar daun sirih lalu dikunyah
b.      Menghilangkan bau badan
Caranya:
Sekitar 15 lembar daun sirih direbus dengan air 2 liter lalu dijadikan sebagai air mandi
Cocor Bebek
IMG1466Acb
             


Khasiat:
Menghilangkan demam dan panas dalam
Cara membuat:
5 lembar daun cocor bebek diperas di air hangat ½ gelas, disaring ampasnya lalu dibalurkan di bagian perut, lalu airnya diminum 2 kali sehari.
10.  Daun Pare (föria) dan Daun Kapas
Khasiatnya:
Obat batuk
Bahan:
5 lembar daun pare dan daun kapas
Cara membuat:
Daun pare dan daun kapas diperas dalam 1 gelas air hangat lalu saring
Cara menggunakan:
Diminum 2 kali sehari pagi dan sore
11.  Daun Cabe Rawit dan Bowo Hefuyu’a
bowo hefuyuadaun
                          


Khasiatnya:
Obat Bisul
Caranya:
9 lembar daun cabe dan bowo hefuyu’a ditumbuk lalu dibalurkan pada bagian bisul
12.  Kangkung Merah
Khasiatnya:
Obat Gondok
Cara membuat:
1 genggam daun kangkung merah, direbus dengan air sampai mendidih lalu disaring dan diminum 3 kali sehari, bisa juga dengan cara dipepes baru dibalurkan pada gondok.
13.  Bayam Merah dan Bulu Mosu-mosu
IMG1556Amosu-mosu

      
Khasiatnya :
Menambah Darah
Cara membuat:
1 genggam daun bayam merah dan bulu mosu-mosu. Direbus dengan air 1 liter sampai mendidih kemudian disaring.
Cara menggunakan:
Diminum 2 kali sehari
14.  Bulu Lambuaya
khasiatnya:
Obat Cacing
Bahan:
1 genggam bulu lambuaya, air 1 liter
Cara membuat:
Direbus sampai mendidih kemudian disaring
Cara menggunakan:
Diminum menjelang tidur
15.  Kulit Batang Langsat, Kulit Batang Manggis dan Uli Höru
Khasiat:
Obat Demam (Menggigil)
Cara membuat:
Direbus sampai mendidih kemudian disaring
Cara menggunakan:
Diminum 2 kali sehari.
16.   Lengkuas
lengkuas



Khasiat :
      Mengobati Panu
     Cara membuat:
Lengkuas dipotong miring, bagian ujungnya dipukul-pukul hingga berserabut seperti kuas
     Cara menggunakan:
Digosokkan pada kulit yang ada panunya
17.  Wewe Silaö-Laöta
Khasiat:
Keseleo
Cara membuat: 
1 genggam wewe silaö-laöta ditumbuk dan dibalurkan pada bagian yang keseleo
18.  Bulu Gomboyu
gomboyu
    


       Khasiat:
       Menyembuhkan Maag
       Cara membuat: 
       9 lembar bulu gomboyu diperas dalam air yang hangat, disaring lalu diminum. 
19.  Bunga Genjer
Khasiat:
Darah Tinggi
Cara membuat:
1 kg bunga genjer direbus dalam 1 liter air sampai mendidih, disaring dan diminum 3 kali sehari.
20.  Bulu Nazalöu
Najal6u






Khasiatnya:
a.      Keseleo/Bengkak
Cara membuatnya:
1 genggam bulu nazalöu ditumbuk lalu dibalurkan pada bagian yang keseleo atau bengkak
b.      Mengobati bengkak terkena benda keras (abao-lumizo)
Cara meramu:
Daun nazalöu (wungu) segar, berikan sedikit minyak makan, dipepes di atas bara api, selagi hangat dibalut pada bagian tubuh yang bengkak.
21.  BULU MBOLI, SÖFÖ-SÖFÖ, SÖMA-SÖMA                
bulu sema-semas6f6-s6f6bulu mboli



Khasiatnya:
Menurunkan demam (menggigil)
      Cara membuat:
3 lembar bulu mboli, söfö-söfö, söma-söma lalu diperas di air hangat sebanyak ½ gelas, lalu disaring ampasnya digosok keseluruh badan dan airnya diminum 3 kali sehari.
22.   Bulu Golalu
bulu golalu



Khasiat :
Mencegah Panas Dalam
Cara membuat:
9 lembar bulu golalu dicuci kemudian diperas pada air hangat
Sebanyak 1 gelas, disaring dibuang ampasnya diminum 2 kali sehari. (sangat baik digunakan ibu hamil )


IMG1537ADaun Singkong


  
Khasiat
Mengobati Sakit Perut
Cara membuat:
1 genggam daun singkong yang masih muda diperas di air yang masih hangat sebanyak ½ gelas kemudian disaring dan dicampur sedikit garam.
Cara menggunakan:
Diminum dan ampasnya dipepes lalu digosok keseluruh tubuh
23.  Mbango-mbango
mbango-mbango
   


Khasiat:
Mengobati Sakit Perut
Cara membuat:
1 genggam bulu mbango-mbango dicampur dengan kapur sirih, kemudian diremas-remas dan dibalurkan pada  bagian perut sekitar 15 menit.
24.    Daun Terung
Khasiatnya:
Menyembuhkan Panu
Cara membuatnya:
3 lembar daun terung dan dicampur tembakau lalu dipepes lalu dibalurkan pada bagian tubuh yang ada panu.
25.  BELIMBINGBelimbing



Khasiatnya :
Menyembuhkan Batuk Dan Mengatasi Demam.
Cara menggunakan:
1 buah belimbing yang sudah masak, diparut lalu disaring, ampasnya dibuang, airnya diminum 2 kali sehari.
26.  JERUK NIPIS
jeruk



Khasiat:
Obat Batuk
Cara membuatnya:
1 buah jeruk nipis dipotong dan peras diambil airnya dan kemudian dicampur dengan madu. Aduk sampai rata, minumkan pada penderita sehari sekali satu sendok makan.
27.  Daun Pisang (Bulu Gae Ana’a Sokoli) dan Daun Alang-alang (Bulu Go’o Soköli)
Khasiat:
Mengobati Alergi (Fökhö Soyo Hulö Nene Baguli)
Cara meramu:
Segenggam daun pisang dan daun alang-alang dibakar, abunya dicampur dengan minyak manis, baru dioleskan pada bagian tubuh yang alergi.
28.  Daun Jeruk Nipis (bulu dima sa’a) 9 pucuk, Daun Manggis (bulu magi) 3 pucuk, dan Daun Sirsak (bulu duria ulöndra) 3 pucuk.
Khasiat:
Mengobati Aduwa Ndro/Tika Late
Cara meramu:
Semua bahan diperas dengan ½ gelas air, kemudian disaring, lalu airnya diminum 2 kali sehari
29.  ndruruDaun Senggani (bulu ndruru-ndruru) 100 lembar, gula batu 1 ons, dan air tawar 3 liter




Khasiat:
Mengobati Ambaien (Forombu Gogo)
Cara meramu:
Daun senggani dan gula batu direbus sampai airnya tinggal sepertiga, air rebusannya disaring dengan kain yang bersih, kemudian airnya diminum 2 kali 1 gelas sehari.
35. Tunas Ilalang (mata go’o) 9 batang
Khasiat:
Mengobati Bara
Cara meramu:
Tunas ilalang dibakar, kemudian dicampur dengan minyak makan baru dioleskan pada bagian yang sakit.
36.  Buah Pinang ( fino muhua )
fino     


Khasiat:
Mengobati Cacingan
Cara meramu:
5 buah biji pinang yang masak, diiris, kemudian direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa setengah. Setelah disaring dan didinginkan, lalu diminum. Sebaiknya diminum sebelum makan pagi.

37. Telur Ayam 1 butir, Jahe (lahia) 2 potong masing-masing sebesar ibu jari, dan air tawar      sebanyak 2 - 3 sendok makan.
Khasiat:
Mengobati batu kantong kemih, dan batu ginjal (kara mbua/kara bawaya)
Cara meramu:
Jahe diparut atau ditumbuk halus dan ditambahkan air bersih sebanyak 2 - 3 sendok makan, diremas-remas dan airnya disaring, kemudian air jahe tadi dicampur dengan telur ayam kampung 1 butir (semua diambil) diminum tiap pagi selama 1 minggu
Daun Senggani (bulu ndruru-ndruru) 100 lembar, gula batu 1 ons, dan air tawar 1 liter
Khasiat:
Mengobati berak darah (soti’ini ndro)
Cara meramu:
Daun senggani dan gula batu direbus sampai airnya tinggal sepertiga, air rebusannya disaring dengan kain yang bersih, kemudian airnya diminum 2x1 gelas sehari.
42.  Bulu Gae Zuli
Khasiat:
Mengobati lumpuh (ombuyu-mbuyu)
Cara meramu:
Daun gae zuli yang kering dibakar, kemudian diambil abunya dicampur dengan minyak makan, baru dioleskan pada seluruh tubuh yang lumpuh.
43.  Kambium pohon boli (aro mboli), Kambium Pohon Golalu (aro golalu), dan Daun Sirih yang
masih muda (lehe/lahumawa dawuo) 27 pucuk.
Khasiat:
Mengobati maag (gala-gala wuso)
Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk, yang setengah diperas dengan 1 gelas air dan airnya diminum, sedangkan yang setengah lagi dibalutkan pada bagian perut yang sakit. Dicampur sedikit  kapur sirih.
44.  Daun sirih (tawuo geu) 9 pucuk, Daun Pacing (hendrifo) 7 pucuk, Daun Golalu Manu 9 lembar, daun Damo-Damo Laosi 9 lembar, dan daun Lambuasi segenggam.
Khasiat:
Melancarkan persalinan (famahele nono situmbu)
Cara meramu:
Masing-masing bahan dipotong kedua ujungnya, dicuci sampai bersih, kemudian diperas dengan ½ gelas air, disaring, lalu diminum.
45.    Cacar Air ( Sowulu Zitaora)
Bahan:
Bulu Damauri 9 pucuk
Cara meramu:
Bulu damauri  direbus, kemudian air rebusannya dijadikan air mandi, sedangkan buahnya bisa dimakan.
46.    Darah Tinggi
Bahan:
Buah Ma’ae 27 buah
Cara meramu:
Buah ma’ae diparut, diperas kemudian direbus 1 liter air. Air rebusannya diminum 3 x sehari.
Eksem ( Lamosö)
Bahan:
Tawuo Dano, Biji Pinang, minyak manis
Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk sampai halus, campur sedikit minyak makan, lalu dioleskan pada bagian tubuh yang terkena eksem.
 Sigöna Baewa Danö
Bahan:
Bulu Lu’u Moyo dan Ladara Eu
Cara meramu:
Bulu lu’u moyo dibakar, kemudian abunya dicampur dengan minyak makan, baru dioleskan pada bagian tubuh yang terkena baewa danö.
47.    Gigitan Ular
Bahan:
Bulu Jari-Jari
Cara meramu:
Bulu jari-jari segar digiling halus, dibalutkan pada bagian yang sakit.
48.    Ginjal (Bua )
Bahan:
Bulu Lio-Lio
lio


Cara meramu:
Segenggam bulu lio-lio, ditumbuk, diperas dengan ½ gelas air, dicampur dengan satu buah kuning telur ayam kampung dan diminum pada malam hari.
49.  Mogimö-gimö Mbetu’a
Bahan:
Bulu famatö gahe mbuyuwu, bulu mbango-mbango dan telur ayam kampung 1 buah
Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk lalu diperas dengan air ½ gelas lalu disaring dan dicampur dengan kuning telur baru diminum.
50.  Jantung (Fökhö Tödö)
Bahan:
Bulu Endruo 3 lembar, bulu mboli 3 pucuk, kunyit 3 buah, dan daun sirih 7 lembar
IMG1780A    
 

Cara meramu:
Semua bahan direbus dengan ½ liter air, kemudian airnya diminum
51.  Kolera (Talu Soyo)
Bahan:
Endruo 3 pucuk, bayam merah 3 batang, sukhu-sukhu 3 pucuk, dan kulit pohon kelapa seujung jari panjangnya.
Cara meramu:
Semua bahan direbus , kemudian airnya diminum
52.  Goa-goa/Gimö-gimö Högö Ndraono
Bahan:
Daun Nangka 9 lembar
Cara meramu:
Daun nangka digongseng, kemudian dicampur dengan minyak makan bari dioleskan pada kudis yang ada dikepala anak.
53.  Kurap (Böni)
zosa



Bahan:
Bulu Zösa, bulu mbango-mbango, bulu ndru’u alitö
Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk, diteteskan sedikit minyak tanah baru digosok pada bagian tubuh yang terkena kurap.
54.  Kutu Air (Tambilu)
Bahan:
Bulu Ge’oyo
Cara meramu:
Bulu ge’oyo ditumbuk lalu dibalutkan pada bagian tubuh yang gatal
55.  Lever (Fökhö Ate)
Bahan:
Daun Sirsak
Cara meramu:
Diperas dengan air, lalu airnya diminum
56.  Limpa (Sabao Fali’a)
Bahan:
Bulu Lawugale dipepes, lalu dimakan
57.  Luka
Bahan:
Bulu Lawayö dan Bulu Ladari
ladarilawayo


       
Cara meramu:
Bulu lawayö digiling halus baru dibalutkan pada bagian luka dan diikat dengan bulu ladari
58.  Menghilangkan Kecanduan Merokok
Bahan:
Bulu Ma’ufa Eu yang muda 3 lembar
Cara meramu:
Bulu ma’ufa dicuci lalu dimakan
59.  Muntah Darah
Bahan:
Mo’u-Mo’u Gara segenggam
Cara meramu:
Diperas dengan segelas air, disaring dan diberi sedikit garam baru diminum
60.  Muntah Mencret
Bahan:
Air kelapa muda, arang yang ada api batang sebesar ujung jari, air laut 1 sendok makan, dan kunyit 1 buah.
Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk lalu disaring airnya diminum dan ampasnya dibalutkan pada perut
61.  Sokolingö
Bahan:
Bulu Mara-Mara
Cara meramu:
Bahan dipepes, kemudian dibalutkan pada bagian yang sakit
62.  Sanörö Ösi
Bahan:
Balö gahe zagö 3 lembar, bulu kano-kano, 3 pucuk, bulu ndruru-ndruru 3 pucuk
Cara meramu:
Semua bahan dipepes, beri sedikit minyak makan, kemudian digosok pada seluru badan yang sakit.
63.  Patah Tulang
Bahan:
Famatö Gahe Mbuyuwu 3 pucuk, tanah merah segenggam, garam ½ sendok teh, dan air secukupnya.
Cara meramu:
Tumbuk semua bahan, lalu oleskan pada bagian tubuh yang patah atau terkilir
64.  Pendarahan
Bahan:
Ndru’u Alitö 3 pucuk, Bulu Go’o 3 helai, dan Arang Dapur 3 buah
Cara meramu:
Ditumbuk dan diperas dengan ½ gelas air, baru diminum
65.  Mukhölö-khölö Danö
Bahan:
Bulu So’i-so’i yang tumbuh dipancuran 3 pucuk
Cara meramu:
Ditumbuk, dan diperas dengan ½ gelas air, saring, kemudian airnya diminum

Fökhö Högö Sihatambai
Bahan:
Bulu Mali-mali segenggam
Cara meramu:
Bahan direbus dengan 1 liter air, kemudian airnya di minum
66.  Fökhö Hörö
Bahan:
Wa’a Ladari
Cara meramu:
Bahan direndam dalam air selama 24 jam, kemudian air atau lendir yang keluar dari ladari diteteskan dalam mata, sebanyak 2 kali sehari sampai sembuh.
67.  Batuk
Bahan:
Sitamba
Daun sitamba segenggam
sitam



Cara meramu:
Daun sitamba direbus, kemudian airnya diminum 2x ½ gelas sehar
68.  Mogimö-gimö Mbetu’a
gambeBahan:


Daun gambir segenggam dan getah gambir 1 sendok
Cara meramu:
Semua bahan dimasak dengan air sampai mendidih, airnya diminum 2x sehari selama 3 hari berturut-turut.
69.  Bio-bio Obou
Bahan:
Bulu lato 3 lembar, bulu mbio soyo 5 lembar, dan bulu lawayö soyo
bio flawayo soyolato



Cara meramu:
Semua bahan dibakar, kemudian dicampur dengan minyak makan, baru dioleskan pada bagian tubuh yang gatal-gatal.
70.  Bio-bio Awu
Bahan:
Bulu manawa danö
manawa



Cara meramu:
Bulu manawa ditumbuk lalu digosok pada bagian tubuh yang kena bio-bio
Tika
(bisul ganas yang tumbuh mulai dari leher bagian bawah ke atas)
Bahan:
sirayasikasomuruBulu muru soyo 3 pucuk, bulu mali-mali 3 pucuk, bulu hefuyu’a 3 pucuk, Benalu yang tumbuh pada pohon jeruk 3 pucuk, sikaso 3 pucuk, bulu siraya-raya 3 pucuk dan bekas tanah longsor (tambu zaruru)


Cara meramu:
Semua bahan direbus dalam satu tempat dengan 1 liter air, kemudian airnya diminum 3x1 gelas sehari.
71.  Tika Takuru
(benjolan sejenis bisul kecil-kecil yang menyebar dan melilit pada leher)
Bahan:
Cabe Rawit 27 buah, ampas sirih 9 buah, dan tunas alang-alang 3 batang
Cara meramu:
Semua bahan digoreng kemudian dicampur dengan minyak makan lalu dioleskan pada  bagian yang sakit.
72.  Demam
Bahan:
Bulu naru’u segenggam, dan bulu falo 3 pucuk
IMG1743AIMG1778A



Cara meramu:
Semua bahan direbus , lalu selagi hangat sipenderita diuapi dengan air rebusan ramuan
73.  Diare
Bahan:
Kanine 7 pucuk yang segar, dicuci, diperas dengan ½ gelas air dingin yang sudah masak lalu disaring dicampur sedikit garam kemudian diminum selama beberapa hari sampai sembuh.

74.  Disentri (Ti’i Hulö Otu-otu Sabu)
Bahan:
Bulu sowua ba dundra segenggam
IMG1722A



Cara meramu:
Segenggam Bulu sowua ba dundra dicabut akarnya, dicuci, kemudian direbus dengan air secukupnya, lalu airnya disaring baru diminum.
75.  Ginjal
Bahan:
Faya –faya luo 3 batang, sowua badundra 3 batang, kumis kucing 3 batang, anak rimba 3 batang.
IMG1717A



Cara meramu:
Direbus dengan air hingga matang, lalau airnya diminum
76.  Lever
Bahan:
Bulu lahine ndrawa 3 pucuk
lahine




Cara meramu:
Diperas dengan ½ gelas air, saring lalu diminum
77.  Famahele Nono Situmbu
Bahan:
Du’u zorugo 9 pucuk
sorugo




Cara meramu:
Bahan diperas dengan ¼ gelas air, kemudian disaring, lalu diminum
78.  Mencret
Bahan:
Bulu Afoa
afoa



Cara meramu:
3 pucuk bahan, ditumbuk kemudian diperas dengan ½ gelas air lalu disaring dan diminum
79.  Penyakit Tulang (Obou Mbu’)
Bahan:
Bulu gowi ndrawa 3 lembar, dan bulu mbunga kawe secukupnya
kawe




Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk, diperas dengan ½ gelas air, disaring kemudian diminum
Penyakit Persendian (Kandro Bu’u)
Bahan:
Tumbuhan jalar yang tersimpul (wewe sifabu’u), tumbuhan jalar yang melewati batang pohon (wewe sanörö hunö geu)
Cara meramu:
Semua bahan dibakar kemudian abunya dicampur dengan minyak makan lalu dioleskan pada bagian tubuh yang terasa sakit.

80.  Sakit Pinggang
Bahan:
Bulu ambala danö (tapak lima)
ambala



Cara meramu:
Segenggam tapak lima dicabut bersama akarnya, cuci sampai bersih kemudian direbus dengan 5 gelas air sampai tersisa setengah, baru diminum setiap menjelang tidur.
81.  Usus Buntu (Balö Mbetu’a)
Bahan:
Jeruk nipis 5 buah, telur ayam kampung 1 buah
Cara meramu:
Air jeruk dicampur dengan kuning telur ayam kampung, kemudian didiamkan selama 12 jam baru diminum.
82.  Terminum Racun (Samadu Langu)
Bahan:
Daun ubi
Cara meramu:
Daun ubi ditumbuk lalau diperas dengan ½ gelas air, kemudian disaring baru diminum
Sakit Perut Anak
Bahan:
Bulu Esitö 3 pucuk
Cara meramu:
Bahan dipepeskan, kemudian dibalutkan pada bagian perut anak-anak
83.  Tuzumato (mata terasa pedis, lama-lama bola mata keluar)
Bahan:
Kulit pohon boli 1 lembar
Cara meramu:
Dikeruk, lalu diperas, kemudian di minum


B.     NILAI BUDAYANYA

Kenyataan menujukkan bahwa dengan bantuan obat-obat asal bahan alam tersebut (tradisional), masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.
Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam telah memperlihatkan peranannya dalam upaya kesehatan masyarakat.
C.     PENUTUP
Setiap rerumputan atau tumbuhan pada dasarnya merupakan apotek lengkap yang menyediakan zat-zat penting yang telah diciptakan oleh Tuhan. Sementara kita sendiri saat ini telah begitu jauh dari alam dengan segala karakternya. Sejauh jarak yang memisahkan kita dari alam maka separah itu pula penyakit yang bersemayam dalam diri kita tanpa disadari.
Bahan-bahan herbal ini tersedia banyak di alam, namun ternyata masih banyak yang belum diketahui faedahnya, termasuk bagaimna mengolahnya. Tuhan Mahabaik, Dia telah menyediakan aneka herbal untuk dikelola dan dimanfaatkan oleh manusia dengan seimbang.                                                        


Tidak ada komentar:

Posting Komentar