CINTA
BUDAYA NIAS
Oleh: Nopenius Zai dan Kamarudin Zai
(Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia IKIP Gunungsitoli)
Disampaikan melalui RRI Pro 2 Gunungsitoli
berjaringan dengan RRI Sibolga dan Medan
Sabtu, 28 April 2012
A. Pendahuluan
Cinta berarti menyukai apapun hal-hal yang
baik yang dimiliki oleh pulau Nias. Bagaimana orang Nias tersebut mencintai
budaya Nias, apabila melestarikan, membudayakan dan menggunakan budaya Nias
dalam kehidupan dan berbagai kegiatan. Dulu budaya Nias ini adalah merupakan
tuturan lisan yang disampaikan
oleh nenek moyang kita dari mulut ke mulut, namun berkembang menjadi tulisan.
Kendati demikian, Budaya Nias
harus mendapat perhatian untuk membudayakannya.
B. `Jenis-jenis Budaya Nias
1. Bahasa Rakyat
2. Ungkapan Tradisional Nias
3. Pertanyaan Tradisonal
4. Hoho
5. Nyanyian Rakyat
6. Kepercayaan Masyarakat
7. Rumah adat Nias
8. Obat Tradisional Nias
1.
Bahasa Rakyat
Bahasa rakyat merupakan media untuk memenuhi
kebutuhan menyampaikan atau menanggapi suatu informasi, baik mengenai masa
lampau, mengenai masa kini, maupun masa depan. Menurut Grimes (2002) bahwa
bahasa berkembang bersama lingkungan masyarakat dan mencerminkan budaya
masyarakat tersebut. Ada bebrerapa
bentuk-bentuk bahasa rakyat yaitu:
a)
Logat
Logat adalah dialek atau cara mengucapkan kata (aksen) atau lekuk lidah yang khas. Seperti halnya dengan masyarakat
Nias, khususnya masyarakat sekitar kota, dialek yang dipergunakan tentu berbeda
dengan masyarakat Nias Utara. Contohnya masyarakat sekitar Kota menuturkan satu
kata “He zo moi o?” sementara masyarakat Nias Utara mengucapkan “He gaga Moi
b).Julukan
Julukan adalah nama sindiran atau nama ejekan dari seseorang. Contohnya
Kawino artinya orang yang malas bangun, ka bute artinya panggilan untuk seorang
cewek, ka ucok artinya panggilan untuk seorang cowok atau laki-laki, galiboto
artinya orang kecil, dan lain-lain.
c).Pangkat Tradisional
Pangkat
tradisional adalah kedudukan atau derajat kebangsawanan dalam masyarakat atau
juga martabat seseorang dalam masyarakat. Contohnya,
d). Titel bangsawan
Titel bangsawan adalah gelar seseorang dalam perkumpulan-perkumpulan
adat. Misalnya balugu, si ulu, si ila,
Bahasa rakyat berfungsi untuk menuturkan cerita, menceritakan masa
lampau, mengungkapakan rencana masa depan, mengungkapakan sastra (baik lisan
maupun tertulis), dan mewariskan cara hidup. Juga berfungsi sebagai media untuk
menanggapi suatu informasi yang dituturkan.
2.
Ungkapan Tradisional Nias
Ungkapan Merupakan perkataan atau kelompok
kata yang khusus untuk menyatakan maksud atau kiasan. Ungkapan tradisional memiliki tujuan yakni:
Untuk memperhalus budi, Lebih menekankan kepada perasaan, Lebih menekankan
kepada rasa persaudaraan. Ungkapan tradisional menurut jenisnya terbagi atas
enam bagian yaitu:
a.
Kata-kata
adat artinya berisikan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pemangku-pemangku
adat yang disampaikan dalam bentuk kalimat lengkap.
Contoh:
Mengawali upacara fangowai ba fame afo, pertama-tama salah
seorang dari satua siteoli biasanya orang
kedua dan orang ketiga (tambalina atau fahandrona) memohon izin dari oarang
pertama ( sanuhe) kata katanya
sebagai berikut:
Ø
Sowatò : tamane amagu balugu, ira salawa
siteoli, meno tohare w`odomeda sioroi yefo nasi iran balugu sioroi danò
saròuhadia enaò niwa`oda badomeda sinotohare, notolata tou bambulugolayama.
Ø Lalu di sambut oleh tokoh-tokoh adat dari
sowatò
Ø Setelah itu baru dilanjutkan dengan pihak tome
b. Perumpamaan artinya mengibaratkan langsung
tingkah laku atau keadaan manusia dengan binatang, tumbuhan, alam sekitar yang
diungkapkan dalam satu kalimat dan lengkap dengan kata-kata: bagai, sebagai dan
bagaikan.
Contoh;
Ø
Hulò harita olifu ia gulinia ( seperti kacang yang lupa akan kuliynya)
Maknanya:
seorang anak yang sudah berhasil lupa akan orang yang mendukung dia sebelumnya
Ø
Afuru mbelewa ziambu, abòu nomo duka ( parang tukang besi tumpu, rumah tukang
lapuk)
Maknanya: dikatakan kepada orang yang asyik
saja mengerjakan kepentigan orang lain, mau mengambil urusan orang lain tetapi
pekerjaanya saja tebengkalai.
c. Tamsil atau ibarat artinya unkapan berupa
perumpamaan yamng dilengkapi dengan keterangan dan diungkapkan dalam kalimat
tunggal yang digabungkan menjadi satu kalimat.
Contoh:
Ø
Hana hulò bulu gae hili ndaugò hejo mòi nangi
badaò abuaò
( bagai daun pisang dimana angin bertiup
disitulah dia berada)
Maknanya: jangalah kita seperti orang tidak
tetap berpendirian, dimana suara yang banyak maka itu pula yang kita dukung
meskipun kita tau bahwa itu adalah salah.
Ø
Lòòda-òda wòhe hagowi nibogò ( tidak ada makanan kita ya hanya ubi bakar)
Maknanya: sebenarnya makanan mereka adalah
nasi dengan lauk yang mewah, tetapi itulah orang yang tidak mau menyombongkan
diri.
a. Metafora artinya ungkapan yang terdiri atas
satu kelompok yang isinya melukiskan sifat, tingkah laku dan keadaan manusia
dengan membandingkanya dengan sifat alam, tumbuh-tumbuhan binatang.
Contoh:
Ø
Natafaigi bambawa hulò niha samati, silò
horò-horò bakha ba dòdò hule gureta nidayu ( dimuka baik tapi ndalam hati belum tentu)
Maknanya: sepeti orang yang diam-diam, tidak
memperdulikan orang lain, tidak mellirik kiri kanan palagi kalau
bergabung-gabung dengan teman-teman nya, tetapi dalam hatinya seperti sepeda
dayung yang banyak sekali khayalan.
Ø
Awai niha sipade namonukha lòaoha gaya,
lòifaigi ia haniha ia ua (seperti oarang kaya gayanya tapi ia tidak taui siapa dirinya
sebenarnya)
Maknanya: seperti anak yang berlagak hebat,
seperti orang kaya tetapi tidak tahu bagaimanakah keadaan orang tuanya Apakah
orang berkeadaan atau tidak
Ø
Bòi tuko wulawa mòi tanòmò golowingò (jangan colok para-para, dapat menjadi sumber
selambar dimata)
Maknanya: sebagai peringatan kepada kepada
seseorang supaya tidak melakukan pekerjaan atau kegiatan yang menimbulkan
resiko buruk atau kecelakaan.
b. Pameo adalah kelompok kata atau kalimat yang
mengandung ejekan atau dorongan semangat
Contoh:
Ø Hana
nobaga-bagaò le hulò zilò simondri samigu ( cantik sekali kamu seperti yang belum mandi satu minggu.
Maknanya: orang yang terlalu mengangap
dirinya cantik dari orang lain tetapi ia tidak tahu bagaimanakah dia yang
sebenarnya
Ø
Bòi dai-dai wofanò ma alau’ò ( pelan-pelan jalanya siapa tau jatuh)
Maknanya: cepat jangan terlalu lambat nanti kamu di tinggalkan orang
Ø
Ehao si ai ami banomo andre, hija zasao
nomazawili (bersih sekali
kalian di rumah ini, semua sampah berserakan)
Maknanya: seseorang yang tidak mau peduli
dengan kebersihan rumahnya, dan ridak mau tau akan keadaan lingkungan di
sekitarnya
c. Pepatah artinya ungkapan yang berisikan
(anjuran, karangan, kritikan dan sindiran) yang di sampaikan dalam satu kalimat
pendek.
Contoh:
Ø
Abòlò wameraò dima ba alua zafeto
Kalau kita terlalu menekan seseorang , dia
bisa membalas dengan kasar.
Maknanya:
Setiap orang yang sudah berkeadaan janganlah
kita mengangap remeh orang yang lemah
Ø Abua
gòmò lò abua `li
Kata-kata sindiran (yang menyakitkan hati)
sering terlalu sulit dilupakan.
Maknanya:
Dalam hidup janganlah kita mengambil dosa
kepada sesama, karna hidup ini seperti roda kadang naik kadang menurun.
Ø
Alabu ndraono si darua molaya, owòra wakhe si
darua mondrino
Pekerjaan yang dikomandoi banyak orang bisa
berantakan.
Maknanya:
Orang yang bergantung kepada temanya dalam
sebuah pekerjaan atau bisnis yang selalu menungu dari orang lain pasti tidak
akan tercapai
Ø
Aoha noro nillului wahea, aoha noro nilului
waoso, alisi tafadaya-daya, hulu tafewolo-wolo.
Pekerjaan (masalah) yang dikerjakan
(dipecahkan) secara bersama-sama akan lebih gampang tugasnya.
Maknanya:
Segala sesuatu masalah, beban apa pun dia
bila ada rasa kedamaian, sehati sepikir dengan orang lain pasti ada jalan
keluarnya.
Ø
Bòi gesi-gesi mbowo lawa, wa aròu siyawa- yae
tou mbua ma’ae tòdòlò gaheda waneu.
Bersikap dan bertindaklah realistis, jangan
berkhayal.
Maknanya:
Janganlah terlalu banyak angan-angan dan
pingin mendpatkan lebih, tapi terimalah apa yang telah ada dan syukurilah apa
yang telah diterima.
Ø
Bòi tuko
wulawa tanòmò golowingòu
Jangan mencari atau menciptakan masalahmu
sendiri
Maknanya:
Dalam hidup janganlah kita menjadi contoh
yang tidak baik ditengah-tengah masyarakat, mencari seribu alasan untuk
mendapatkan kemenangan.
Ø
Ligi-ligi siliwi, falò tofesu mbagi, hese
hese nazese, falò tofesu gahe.
Berhati-hatilah dalam bertindak.
Maknanya:
Segala sesuatu pekerjaan janganlah dikerjakan
dengan buru-buru tetapi kerjakanlah dengan hati-hati, dan janganlah mengambil
tindakan tetapi merugikan sendiri.
Ø
Samòsa
zimanga na’a, samòsa zigona gitò
Seorang yang berbuat arang lain yang
menanggung akibatnya.
Maknanya:
Satu orang yang berbuat kesalah, memeras,
memakan suap tetapi orang lemah yang menangung akibatnya.
Ø
Sara mbu
sambua limi, ifadukhai zoya sibai
Seseorang melalui perbuatanya bisa merusak
persatuan atau hubungan kekeluargaan.
Maknanya:
Hanya gara-gara tingkah laku satu orang maka
semua orang yang dekat denganya akan bersangkut paut.
Ø
Hulò muhede mburu’u kòkò, habambòrò humòngò-
hòngò, ba gamozua dòhò manò.
Rencana yang mendapat publikasi luar, tetapi
tak berkelanjutan atau tidak terealisasi.
Maknanya:
Orang yang tingi angan-angannya tetapi tidak
akan pernah tercapai yang akhirnya hanya sebatas itu.
Ø
Hulò wahò lò manga ia nalò labòzi hogo nia
Orang yang tidak punya inisiatif, yang selalu
menunggu komando dari orang lain.
Maknanya:
Seseorang yang selalu menungu orang lain dan
yang tidak mau peduli dengan masalah atau problema yang terjadi, tidak bisa mengambil tindakan sendiri.
Ø
Taria fadoli falò alulu, taria foalulua falò
aetu
Dalam setiap hal ada kalanya kita harus
mengalah dan ada kalanya harus bersikukuh.
Maknanya;
Dalam hidup janganlah kita membanggakan
keegoisan kita, tapi dalam situasi apapun kita juga perlu untuk mengikuti apa
peraturan yang telah ada.
Ø
Hulò dalaho mborò zole
Seperti katak dalam tempurung.
Maknanya:
Manusia yang selalu mengangap dirinya hebat,
punya segalanya tapi ia tidak tau kalau adalagi orang di luar sana yang lebih
hebat dari dia.
3.
Pertanyaan Tradisional
Teka-teki
adalah cerita pendek yang menuntut adanya jawaban atas maksud dari cerita itu.
Teka-teki hampir sama dengan soal cerita. Yang dipentingkan adalah kemampuan
sipenebak dalam memahami arti kiasan atau ibarat yang dikemukakan dalam suatu
cerita. Ciri lainnya dalam penyusunan teka-teki haruslah memperhatikan keindahan
bahasanya. Dengan karakteristiknya seperti itulah, teka-teki dapat digolongkan
dalam jenis sastra.
Bentuk-bentuk pertanyaan
tradisional (teka-teki) tersebut dapat digolongkan ke dalam 2 bentuk, yaitu:
1. Teka-teki yang tidak memiliki nilai sastra
Contoh:
No.
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Adulo ba nard dand
|
Gowi-gowi
|
2
|
Faldldwa ba nard dand
|
Talinga go’o
|
3
|
Belewa gari ba dalu mbanua
|
Bua mboli
|
4
|
Halddo hagido tdgi mbagigu yame’edo
|
Gitar
|
5
|
Fagohi-gohi ira nasu saitd nasu soyo
|
Alitd faoma bowoa
|
6
|
Sukhu ba dalu ndru’u
|
bulu gdna
|
7
|
Emali guli balaki ndsi
|
Duria
|
8
|
Emali guli talifusd ndsi
|
Duria
|
9
|
Ana’a guli fird ndsi
|
Lase
|
10
|
Manikhi-nikhi bard gara
|
lela
|
11
|
Latuko hdrd ld mamd’i
|
hdrd damo
|
12
|
Sageu mand ia tai mad
|
era
|
13
|
Saribu gahe
|
alifa
|
14
|
Ba mbotonia tesdndra nomonia
|
lawa-lawa
|
15
|
Bongi ma’dkhd ilu-lui nomonia
|
keo/baruni
|
16
|
Tola tababaya tebai tafaigi
|
fiso/talinga
|
17
|
La’o noro tenga simate labdbd tenga sowdhd
|
ono nihald
|
18
|
Abeto niha bd’d fdna obu’u abeto ida’a bangai obu’u
|
bola-bola
|
19
|
Abeto niha bd’d fdna obu’u abeto ida’a furi obu’u
|
adulo mbisi
|
20
|
Labdzi doyo awena mofand
|
fahd
|
21
|
Latuko doyo awena mofand
|
bo’ole
|
22
|
Ebua li moroi ba mboto
|
riwi-riwi/lakikimio
|
23
|
Ana’a bard dand
|
gundre
|
24
|
Ioro-oro’d hdgdnia khd nemali
|
tddd gae
|
25
|
I oro-oro’d lelania khd nemali
|
hele
|
26
|
Awai haldwdnia sogulu ba samologd ero ma’dkhd
|
asi
|
27
|
Abdld duhe moroi ba niha
|
hdrd
|
28
|
Dafulu ira no motofi safusi
|
sa’a
|
29
|
Fefu ira nono namada razo no mamake tofi
saitd
|
afi-afi lele
|
30
|
Laomdsi-mdsi nina, latara-tarai nono
|
ora
|
31
|
Fayo ba ndu’u
|
landdta
|
32
|
Ibdzi-bdzi ninania ononia
|
torosi
|
33
|
Mate manawa-nawa
|
sarawu gae
|
34
|
Atoru ld huge-huge
|
adulo
|
35
|
Dalima memofand, samdsa memangawuli
|
nafo
|
36
|
Tuko hdrd ld mamdi
|
tamo
|
37
|
Tababaya so tafaigi ld haddi
|
talinga
|
38
|
Lako’o oroma hdgd
|
gosd-osd
|
39
|
Hdnddgd hdgd kalua nono
|
fena
|
40
|
Bene’d ba ndu’u
|
fau-fa’u
|
41
|
Ribo-ribo ba ndu’u
|
guld
|
42
|
Ero madkhd ifaboka-boka mbawania
|
mba’a
|
43
|
Latiti hdgd awena manga
|
wahd
|
44
|
Sageu yaia afdnu ia hdrdnia
|
gdna
|
45
|
Ldmanga ia natenga manu safusi
|
fugao
|
46
|
Ero manga ia ba mua’o
|
seso
|
47
|
Riti-riti bard gara
|
kasa gore
|
48
|
Tumbu nononia,itdrd galogo nia
|
rigi
|
49
|
Sambua hdgd, tdlu hdrd
|
mbanio
|
50
|
Tarongo li ldta’ila mboto
|
hdtu
|
51
|
Sageu mand ia balizi mand
|
na’a
|
52
|
ogd’ d nasi mate gadao ba hili
|
wandu gasi
|
53
|
sonda’o so’ia ld ya’o ld ya’ia
|
lumd-lumd
|
54
|
Ld ulu ld luaha somand bakha mbuaya
|
mbaya mbanio
|
55
|
Biasania niha ifake dundraha sambua so
ida’a ifake dombua
|
bada gahe
|
56
|
Riwa-riwa ba nduru’u
|
uld
|
57
|
Silatao ba dalu mbanua
|
tddd gae
|
58
|
Labdzi doyo awena mofand
|
fahd
|
59
|
Latuko doyo awena mofand
|
bo’ole
|
60
|
Ebua li moroi ba mboto
|
riwi-riwi/lakikimio
|
61
|
Manga dulo
manu bd’ d hasambua, ba
mogata-gata manu da’a i ba atoru-toru tou gadulonia
|
So’ewa eu
|
62
|
Tola lafawua
ba tebai nifazawa
|
Lala
|
63
|
datdlu jifasdndra felendrua
jamaigi-maigi
|
Loji
|
64
|
Mo meme niha bd’d dombua, mo
meme niha da’a hasambua
|
Aramba
|
65
|
Ba zimadkhd no’i kdrd bui ia, bana
ba zi bongi ifaddld ia
|
Tufo
|
67
|
ambd nibadu tobdnd femondri
|
bdbdi
|
68
|
Ribu-ribu nono
ndrawa ha sara-sara mbdbd ldwi
|
dli
|
69
|
Ahono-hono gdrdbau ba mofand-fand dali zao
|
Lawugale
|
70
|
Mohogo-hogo
zigelo baatoru-toru tou nagole
|
Fogao/ddkhia
|
|
Dll.
|
|
2. Teka-teki yang memiliki nilai sastra
Contoh:
1. Sosamdsa rajo iwad khd Jimiki ldsd khdda wakhe tou ba newali. Ba hija na’d taboi manu mofdnudo khdu ba na’i’a gdi manu ba mofdnudo khdu. Andrd mangera-ngera Jimiki awaitd lala “ikdlini” enad bdi ita boi manu ba enad gdi ld idou fakhe manu.
2. Sosamdmdsa namada rajo no’ilau modao-dao yomo ba nomo
nia. Ld ara tohare Jimiki morotou ba doyo nora. Meirugi doyo nora Jimiki, sara
gahenia numald yomo ba mbagi nora, ba sara gahenia tou ba mbosi nora. Meno irugi,
ibe’e wanofu khd namada rajo, imane: “ He magu rajo ya’odo dae simdi yomo masimdi tou?” Mangera-ngera namada rajo ba jinofu
dad khd Jimiki, imane-mane tddd nia, naumane khd Jimiki andrd mdi’d yomo ba naifuli ilau ia tou, ba naumane khdnia md’i tou, bama’ilau ia yomo. Andrd i’o sambua’d wanema, imane “ faoma gera-erada” ada
bebrapa fungsi pada teka-teki Nias yaitu:
1. Mendidik
Misalnya:
·
Huld wahd ld manga nald labdzi doyo (harafiah)
Jawaban teka-teki di atas
adalah pahat. Dapat menjadi nasihat atau didikan bagi seorang anak/pembaca. Di
ibaratkan orang yang malas beraktivitas.
·
Ahono-hono
gdrdbau ba mofand-fand dali zao (metaforis)
Untuk menjawab teka-teka ini
sangat membutuhkan nalar yang kuat. Dan di ibaratkan kehidupan oarng tua yang
membiarkan anak/istrinnya mencari nafkah.
2. Hiburan
Misalnya:
Hadia nagole si tebai la’a
Hadia nagole si tebai la’a
Jawaban
teka-teki tersebut tidak terduga karena orang tidak akan menyangka jawaban yang
demikian. Orang cenderung berpikir luas. Kira-kira daging apa yang tidak bisa
dimakan.tidaka terduga bahwa jawabannya sabut kelapa. Ketidakterdugaan dan
kelucuan inilah yang membuat toka-toki ini menjadi hiburan belaka bagi
penikmatnya.
3. Menggoda
Misalnya:
Mo
meme niha bd’d dombua, mo meme niha da’a hasambua
Jawab:
Gong. Orang berpikir jawaban
teka-teki tersebut berhubungan dengan sesuatu yang porno. Pernyataan Mo meme
niha bd’d dombua, mo meme niha da’a hasambua, membuat orang mengasosiasikannya
dengan meramalkan seorang cewek. Padahal jawabannya adalah gong.
Teka-teki yang membuat orang berpikir “jorok”
tersebut disengaja untuk menggoda penerka dan orang-orang yang mendengar
teka-teki ini. Tujuan ini akan lebih tercapai apabila diajukan kepada seorang
gadis.
4.
Pengertian Hoho
Secara etimologi kata hoho berasal dari akar kata oho
(angin sepoi-sepoi). Dalam kaitannya dengan kegiatan sosial budaya , hoho berarti pengungkapan pikiran,
perasaan, atau ide kepada orang lain dengan memilih kata yang menarik dan
disampaikan dengan lemah lembut seperti tiupan angin sepoi-sepoi. Mendrofa
(1981) mengatakan bahwa salah satu kebiasaan Ono Niha (Orang Nias) dalam menyampaikan ide, pikiran, perasaan
yakni dengan hoho (puisi kuno).
Hoho atau puisi rakyat adalah syair/sastra Ono Niha yang mengungkapkan sesuatu kejadian-kejadian masa lalu
dengan syair yang berirama dan sering mengungkapkan sesuatu dengan berbagai
gaya/bahasa/majas (amalalata wehede)
Hoho ini dituturkan oleh penutur pada saat memberikan sesuatu (sumange)
kepada lawan bicara. Yang mana penutur pertama menyampaikan sumange ini dengan
cara merendah atau litotes. Sedangkan lawan bicara menerimanya dengan
membesar-besarkan (Hiperbola). Hoho
ini mengisahkan pemahaman, konsep, ide masyarakat Nias terhadap asal-usul
terhadap sesuatu atau asal mula kejadian. Hoho
ini lebih menekankan pada primal
substance seperti :
1. Nama pencipta dunia dan isinya, tempat
tinggalnya, dan hal-hal yang dilakukannya.
2. Nama manusia pertama
3. Asal mula penyakit
4. Penyebab gempa bumi, dsb.
Pada mulanya hoho ini hanya dituturkan oleh para ere (imam pada agama fanomba adu) yang telah disahkan atau
diakui oleh masyarakat. Masyarakat kebanyakan atau biasa, tidak berani
menuturkannya karena takut akan akibatnya sebagai mana telah ditetapkan dalam fondrako (hukum-hukum dan aturan yang
harus ditaati). Setelah bangsa Belanda dan Jerman datang ke Pulau Nias sekitar
abad ke-18, hoho boro gotari gotara ini baru
mulai dituturkan oleh kebanyakan orang. Setelah agama Kristen mulai diterima
oleh masyrakat Nias (1865), para misionaris atau pendeta Jerman melarang
masyarakat menuturkan cerita atau hoho
boro gotari gotara ini kembali. Alasan yang mereka kemukakan adalah
bertentangan dengan iman Kristen. Setelah misionaris Jerman kembali ke
negaranya sekitar tahun 1942, masyarakat (khususnya ere) baru berani menuturkannya kepada generasi mereka.
Berdasarkan
penuturan tersebut dapat disimpukan bahwa hoho
boro gotari gotara pada mulanya hanya dituturkan oleh orang-orang tertentu,
yaitu para ere dan keturunan kaum
bangsawan yang telah mendapat pengesahan secara adat. Hoho masyarakat Nias pada hakikatnya berbentuk syair. Pada umumnya terdiri
atas dua baris setiap bait. Setiap bait terdiri dari 4 – 8 kata. Baris kedua
merupakan pengulangan dari baris pertama dengan sedikit perubahan. Hoho diucapkan oleh seseorang pada saat
pesta adat (mungkin pesta pernikahan) dari pihak tamu. Biasanya dalam pesta
pernikahan masyarakat Nias ada dua pihak yang turut berperan yaitu pihak
pengantin laki-laki yang disebut tome
atau tamu dan pihak pengantin perempuan yang disebut sowato (pemilik rumah/keluarga). Biasanya, sebelum pembicaraan
dilanjutkan, pihak sowato wajib
memberikan afo (sekapur sirih) kepada
tome yang diantar dengan hoho. Kemudian, tomepun wajib menerimanya dengan hoho pula.
Pada bentuk ini, penutur hoho
melakukan pergantian dengan mengungkapkan urutan-urutan idea tau pikiran yang
masih berkaitan. Sedangkan pergantian dengan penjelasan difokuskan pada
penjelasan detail baris pertama.
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan Bapak
Sökhi’ato Zega selaku ketua adat di Desa Dahadanö khususnya Öri Zowu di
kecamatan Sitölu Öri, memaparkan
dua jenis hoho yaitu hoho ba
walowa dan hoho ba zimate.
Hoho Ba Walöwa
Haöyö hae
badatalau molaya
Molaya wanalikhi
Molaya manaho
Ya’ita
ono dalifusö
Ya’ita
ono makhelo
Meno
tohae ita
Tohare
a’oi so
Tou badalu
newali
Ba dalu golayama
Da tafakhai
duturu
Da ta fakhai
dumbo
Fageha
ndrege löwi-löwi
Fageha
ndrege lafoyo
Ta
börö tou danö nahia zi hönö
Tanö
nahia zato
Tebaido nifolaya
mado hura
Tebaido nifolaya
mado mao
Ha nifolaya zo
tabina
Ha nifolaya
zabeto
Owulo
zi dombua banua
Owulo
nono dalifusö
Owulo
nono makhelo
He
göi lala zi tenga bö’ö
Me so sazanua
khai sisökhi
So masi möi
fa’umönö
Ba zowatö börö
zi numana
Bazowatö börö zo
hadi.
Ma’andrö
wa’ebolo dodo
E
tödö yawa mbo
Bö’ö
götö mane meföna
Bö’ö
götö mane meno
Me so zatua ba
dalinga mbatö
Samangaö sö
umönö böli gana’a
Samangaö sö
umönö böli hamo
Mihaogö dalu
golayama
Mihaogö dalinga
mbatö
Fo’ösi
mbola ni otaraŵa
Fo’ösi
zalafa ana’a
He
uwu gali mawa’öri
He
tarozua lehe zinasa.
Hadia gema hadia ba dodo
Hadia gemaa nahia bambo
Sumange numönö
sahulö
Sumange lala zi
tenga bö’ö
Iya’e
zowatö börö zonuza
Sowatö
börö zi numana
Si
lö hadöi uwu duturu
Si
lö hadöi uwu danga.
# Tari höli-höli
ya’ita ono dalifusö ono wabanuasa sowatö börö zi numana.
Hu
u u u u . . . . . .
Hoho Ba Zimate
Haöyö hae
badatalau molaya
Molaya wanalikhi
Molaya manaho
Ya’ita
ono dalifusö
Ya’ita
ono makhelo
Meno
tohae ita fefu
Tohare
a’oi so
Fa’ohe ita
fakhai duturu
Fa’ohe ita
fakhai tumbo
Tafageha ndege
löwi-löwi
Tafageha ndege
lafoyo
Tabörö
danö nahia zihönö
Tabörö
danö nahia zato
Tebaido
nifolaya mado hura
Tebaido
nifolaya mado mao
Molaya ni
hösöini danö
Molaya ni börö
zalo
Nifolaya-laya zo
tabina
Nifolaya-laya
zabeto
Awögu
samahea
Awögu
samahea hoho
Böi
tafondöni mosu-mosu
Böi
tafondöni lekhumo
Tadöni tagöwai
ba danö
Tradnöni tagöwai
ba ndao
Tafongaroro hulö
zagö
Fongao ma hulö
goloso
Hadia
dani wa ta’ondrasi
Hadia dani wa owulo
Börö
zatua sondöi talinga mboto
Börö
satua zi mate ba zalo
Andrö owulo nono
dalifusö
Owulo nono
makhelo
Oi so lala zi
tenga bö’ö
Oi so lala
wala’osa
Na
si mate nihalö nemali
Satua
nihalö mbaloho
Sabölö töla zi miwo ba danö
Salawa zi da’dao yomo
Da’ö dania wa
ta’ondrasi
Taida wa oi
owulo
Mondara dödö
dalifusö
Mondara dödö zo
omo
Tenga
wanema uli mbawi
He
awö wakhe sa soso
Andrö
talau laria umanö
Andrö
talau laria hoho
Ya’ita ono
dalifusö
Ya’ita ono
makhelo.
Seperti hoho di atas
dilagunakan oleh lebih dari satu orang, biasanya lima sampai sepuluh orang
laki-laki. Satu atau dua orang dari acara adat tersebut disebut “sandoro” yang memimpin, yang lainnya
didisebut “sanoyohi” yang mengikuti
atau mengiringi.setia baris dari hoho
dilagukanoleh “sondroro” kemudian
pada persajakan tertentu diikuti oleh “sanoyohi”
demikian hingga baris terakhir dari hoho
tersebut. Khususnya untuk hoho di
Nias Utara ini para pengiring mengtakan “Hahae
he”.
Oleh karena demikian kuatnya keyakinan masyaraka Nias bahwa leluhur
mereka berasal dari Teteholi Ana’a, maka
hal-hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan selalu merujuk pada
tindakan yang dilakukan oleh Sirao. Penggalan hoho di atas dituturkan oleh ere
(seseorang yang memiliki keahlian) pada pelaksanaan pesta adat dalam rangka
menaikkan status sosial.
Khusus di wilayah tertentu di Kepulauan Nias, hoho juga dituturkan dalam menggelar kekuatan prajurit desa yang
akan pergi membalas perlakuan desa lain kepada mereka. Artinya, hoho digunakan untuk memotivasi warga
desa agar bersatu padu dalam membela desa mereka. Setelah Indonesia merdeka
(adanya sejumlah aturan dalam menyelesaikan konflik), hal ini jarang dilakukan.
Saat ini dikonversi menjadi sebuah atraksi budaya.
5.
Nyanyian Rakyat
Nyanyian rakyat adalah sebuah tradisi lisan
dari suatu masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang
tradisional. Rekreatif, mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk
menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat menjadi semacam pelipur lara. Namun
sayang nyanyian rakyat tersebut kurang diminati oleh masyarakat sekarang ini.
Padahal kalau kita resapi isi dari nyanyian rakyat tersebut ternyata isinya
banyak berupa pituah atau petunjuk yang diberikan nenek moyang kita dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam nyanyian rakyat memilik fungsi yaitu:. Kreatif, 2.
Sebagai pembangkit semangat, 3. Sebagai protes sosial, dan untuk memelihara
sejarah setempat dan klan.
“hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado.
“hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado.
Nyanyian rakyat dapat digolongkan dalam 3 jenis:
a. Nyanyian rakyat yang berfungsi adalah nyanyian rakyat yang kata-kata dan lagunya memegang peranan yang sama penting. Disebut berfungsi karena baik lirik maupun lagunya cocok dengan irama aktivitas khusus dalam kehidupan manusia
a. Nyanyian rakyat yang berfungsi adalah nyanyian rakyat yang kata-kata dan lagunya memegang peranan yang sama penting. Disebut berfungsi karena baik lirik maupun lagunya cocok dengan irama aktivitas khusus dalam kehidupan manusia
b. Nyanyian rakyat yang bersifat liris
Nyanyian bersifat liris biasanya nyanyian rakyat yang bersifat liris, yakni nyanyian rakyat yang teksnya bersifat liris, yang merupakan pencetusan rasa haru pengarangnya yang anonim itu, tanpa menceritakan kisah yang bersambung. Sifat yang khas ini dapat dijadikan ukuran untuk membedakan nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, karena yang terakhir justru menceritakan kisah yang bersambung. Banyak diantaranya yang mengungkapkan perasaan sedih, putus asa karena kehilangan sesuatu atau cinta, sehingga menimbulkan keinginan-keinginan yang tak mungkin tercapai
c. Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, yakni nyanyian rakyat yang liriknya menceritakan kisah yang bersa
Nyanyian bersifat liris biasanya nyanyian rakyat yang bersifat liris, yakni nyanyian rakyat yang teksnya bersifat liris, yang merupakan pencetusan rasa haru pengarangnya yang anonim itu, tanpa menceritakan kisah yang bersambung. Sifat yang khas ini dapat dijadikan ukuran untuk membedakan nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, karena yang terakhir justru menceritakan kisah yang bersambung. Banyak diantaranya yang mengungkapkan perasaan sedih, putus asa karena kehilangan sesuatu atau cinta, sehingga menimbulkan keinginan-keinginan yang tak mungkin tercapai
c. Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, yakni nyanyian rakyat yang liriknya menceritakan kisah yang bersa
Dari aspek nilai, Nyanyian Rakyat Nias mengandung
nilai yang sangat hakiki dalam kehidupan masyarakat Nias, yaitu:
1
nilai filosofis, adalah nilai yang merepresentasikan pandangan hidup atau
kebijaksanaan hidup masyarakat Nias untuk mengendalikan dan mengarahkan
manusia dalam bersikap, berperilaku atau perbuatan ke arah yang lebih baik,
meliputi :
a sikap
teguh dalam pendirian atau memegang teguh prinsip hidup,
b
sikap menentukan pegangan hidup yang kokoh (sikap kepastian), dan
c sikap kebijaksanaan,
2 Nilai sosiologis, adalah
nilai-nilai yang merepresentasikan hubungan atau interaksi manusia
dengan manusia dalam masyarakat Nias yang direfleksikan dalam
bentuk perilaku, sifat, kebiasaan untuk membangun hubungan timbal balik yang
lebih harmonis, meliputi
a pentingnya tolong-menolong
b pentingnya bermusyawarah untuk
menyatukan pendapat,
c pentingnya persaudaraan dalam suka dan
duka,
d berdedikasi tinggi untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negara,
e menjaga dan memelihara kerukunan hidup
Di bawah ini, ada beberapa nyanyian rakyat yang belum diketahui
penciptanya.
1.
Oya Zisȍkhi
Oya zisȍkhi, zifalukha ba
wekoli
Ba lȍ zui taya ba dȍdȍgu,
mbanuagu sindruhu
Awakhȍ dȍdȍ,
na itȍrȍ zui tȍdȍgu
Nahiagu
sitorȍi ya’o, awȍ dalifusȍgu
//:
He tȍdȍgu bȍi
olifu’ȍgȍ
Fefu zifasui banuamȍ
Banuagu, tanȍ situmbu ya’odo
Banua zatua somasido, sitebai olifudo
2. Waru – waru
He...ba waru-waru, ba
waru-waru
So nahau sinotatu,
yawa, ba gogu geu
Ba hogu dȍla
Golalu
He...ba waru-waru, ba
waru-waru
Sauli itȍrȍ tȍdȍgu,
sifao-fao khȍu
Balala wofanȍ,
he no’arȍu nahau
3. Nagoyomanase
Nagoyomanase, sise’ise bawa
Ba sanau ahe, ba sanau kaewa
I’urȍi nidanȍ,
i’urȍini mbombo
Wangalui ȍnia, wangalui ȍnia
ba ono goro
lȍ’ulȍ’a,
lȍ’ulȍ’a, lȍ’ulȍ’a,
akaewa-kaewa
ha, ha, ha, ha, ha,...ha, isȍndra
gȍnia
4.
So Nono Manugu
so nono manugu, nibe zibayagu, ono manu meda,
sigariti bu
ha sihulȍwongi, la’andrȍ
saribu, ha tanȍ owi ba’utaba diwogu
bahe’uwisa
wemanga ambȍ asio ambȍ lada
hiza nono wofo, ba hogu nohi, tafaigi mbu nia,
awuzi-wuzi
na’ilau mowengu, sihulȍwongi,
wa’ahakhȍ dȍdȍ,
zamondrongo li
ba
he’uwisa wanga’i, ambȍ danga arȍu si’ai
5.
Sikhula Satoru
Usȍndra zikhula satoru,
la be’ȍgu wȍfȍ gȍ
de’u
Ha kara labesa mbukugu, ha likhe la be fetologu
//:
alai zilȍ talifusȍ, si lȍ
satua sondrorogȍ
Si mate ba dalinga mbatȍ, asu
zolohe ba lewatȍ
6.
RUMAH ADAT (OMO SEBUA/OMO HADA)
Rumah tradisional Nias mempunyai konstruksi yang berbeda
dilihat dari segi
strukturnya kedua daerah ini ada dua jenis rumah adatnya
yaitu rumah tradisional
Nias Selatan (Omo Sebua) berbentuk persegi panjang
dan rumah tradisional Nias
Utara (Omo Hada) berbentuk oval. Rumah adat di Nias
Selatan dibuat menyerupai
perahu. Dengan bentuk perahu ini diharapkan bila terjadi
banjir maka rumah adat
berfungsi sebagai perahu.
Di dalam rumah terdapat ruangan besar sebagai tempat
pertemuan dan
berkumpulnya para tetua adat, tokoh adat pada masa lalu.
Karena harus memuat
banyak orang, maka rumah adat dibuat dengan ukuran serba
besar, baik tiang
penyangga maupun ruangan yang dibangun. Ukuran besar di
sini memiliki dua fungsi
yaitu memuat banyak orang dan menunjukan kekayaan dan
kebesaran pemiliknya.
Alasan lain adalah hanya orang yang layak membangun rumah
besar. Hanya orangorang
tertentu pula yang dapat melakukan pesta besar (owasa)
sebagai wujud dari
kekayaan.
a. Sebagai pertanda persatuan.
b. Sebagai hiasan pada busana dan ukiran pada rumah adat.
7.
Obat Tradisional Nias
Secara
arti kata obat adalah bahan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau
menyembuhkan seseorang dari penyakit. Sedangkan istilah tradisional berasal
dari kata tradisi yang artinya adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang
yang masih dijalankan dalam masyarakat. Berdasarkan pengertian ini dapat
disimpulkan bahwa obat tradisional merupakan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan, hewani, dan mineral yang
digunakan oleh masyarakat sejak nenek moyang, sampai sekarang untuk
menyembuhkan segala sakit penyakit atau meningkatkan kualitas kesehatan.
A.
BENTUK,
JENIS-JENIS, DAN FUNGSI OBAT TRADISIONAL
1.
Pepaya
Pepaya merupakan
tumbuhan yang berbatang tegak, bunganya berwarna putih dan buahnya yang masak
berwarna kuning kemerahan. Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8 sampai 10 meter dengan akar yang kuat.
Khasiatnya
a.
Pada penderita
luka bakar
Gunakan getah pepaya
muda dioleskan pada luka bakar, atau pepaya muda dihaluskan kemudian dibalurkan
pada bagian yang sakit.
b.
Mengatasi ubanan
sebelum waktunya
Caranya, gunakan 30 gram
biji pepaya yang telah matang disangrai
kemudian dihaluskan menjadi bubuk, tambahkan satu sendok makan minyak kelapa,
aduk rata lalu dioleskan pada rambut hingga merata. Biarkan selama 1 - 2 jam
setelah itu bersihkan. Lakukan 1 kali seminggu.
c.
Mengobati
jerawat
Gunakan 30 gram daun
pepaya yang sudah tua dijemur sebentar kemudian dihaluskan tambahakan 30 cc
air, kemudian gunakan sebagai masker pada kulit berjerawat, hindari terkena
mata.
d.
Mengobati panas
dalam pada anak-anak
Gunakan 200 gram buah
pepaya matang, gula secukupnya dihaluskan lalu diminum.
e.
Keracunan
1 buah pepaya muda,
tanah liat (sebesar telur)
Cara membuat:
Pepaya dikupas, diparut
dicampur dengan tanah liat lalu disaring
Cara menggunakan:
1 malam setelah disaring
baru diminum
f.
Batu Ginjal
Bahan:
7 lembar daun pepaya
Cara membuat dan menggunakan:
§
Hari pertama, 3 lembar daun pepaya direbus dengan air secukupnya, air rebusan
diminum 1 gelas sekaligus.
§
Hari kedua, 5 lembar pepaya direbus dengan air secukupnya, air rebusan
diminum 1 gelas sekaligus.
§
Hari ketiga, 7 lembar pepaya direbus dengan air secukupnya, air rebusan
diminum 1 gelas sekaligus, unutk menutupnya ditambah dengan minuman air kelapa
muda, dipilih dari kelapa hijau.
g.
Tekanan Darah
Tinggi
Bahan:
2 potong akar pepaya
Cara membuat:
Direbus dengan air 1
liter sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring.
Cara menggunakan:
Diminum menjelang tidur
h.
Reumatik
Bahan:
2 potong akar pepaya, 1
lembar daun pepaya
Cara membuat:
Kedua bahan tersebut
ditumbuk halus, kemudian direbus dengan 1 liter air sampai mendidih
Cara menggunakan:
Diminum 1 kali sehari 1
gelas pada sore hari
Mentimun
Khasiatnya:
a.
Memperlancar air
seni
Mentimun
dihaluskan lalu disaring, sarinya diminum
b.
Mengobati luka
akibat gigitan anjing
Daun
mentimun ditumbuk lalu dibalutkan pada luka
c.
Darah Tinggi
Mentimun
dikupas lalu dimakan 2 kali sehari
2.
Sirsak
Khasiatnya:
a.
Mengobati
ambeien
Buah sirsak yang sudah
masak, diperas untuk diambil airnya sebanyak 1 gelas, diminum 2 kali sehari,
pagi dan sore.
b.
Bayi mencret
Buah sirsak yang sudah
masak diperas dan disaring untuk diambil
airnya diminumkan pada bayi sebanyak 2 - 3 sendok makan.
c.
Sakit Pinggang
Diambil 20 lembar daun
sirsak, direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 3 gelas,
diminum 1 kali sehari ¾ gelas.
d.
Bisul
Daun sirsak yang masih
muda secukupnya, ditumbuk halus dan ditambah ½ sendok air, diaduk sampai
merata, ditempelkan pada bagian bisul.
e.
Anyang-anyangen
(sering kencing tetapi sedikit dan terasa sakit)
Bahan:
Sirsak setengah masak
dan gula
Cara membuat:
Sirsak dikupas dan
direbus dengan gula bersama-sama dengan air sebanyak 2 gelas
Cara menggunakan:
Disaring dan diminum
3.
Pisang Ambon
a.
Manfaat bagi
luka bakar
Bahan:
Daun pisang
Cara membuat:
Daun pisang dibakar dan
abunya dicampur dengan minyak kelapa
Cara menggunakan:
Dioleskan pada bagian
kulit yang terbakar
b.
Mengobati maag
Bahan:
Pisang
yang masih muda
Cara membuat:
Pisang
dikupas, dicuci dengan air bersih
Cara menggunakan:
Langsung
dimakan, 2 kali sehari
Jambu
Batu
c.
Mengobati maag
8 lembar daun jambu biji
yang masih segar
Cara membuat:
Direbus dengan 1,5 liter
air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya
Cara menggunakan:
Diminum 3 kali sehari,
pagi, siang, dan sore
d.
Sakit perut
5 lembar daun jambu, 1
potong akar, kulit dan batangnya
Cara membuat:
Direbus dengan 1,5 liter
air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya
Cara menggunakan:
Diminum 2 kali sehari
pagi dan sore
e.
Sering kencing
(berlebihan)
1 genggam daun jambu yang masih muda, 3 sendok bubuk beras yang
digoreng tanpa minyak
Cara membuat:
Kedua bahan tersebut
direbus bersama dengan 2,5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas,
kemudian disaring.
Cara menggunakan:
Diminum tiap 3 jam
sekali 3 sendok makan
f.
Sariawan
Bahan:
1 genggam daun jambu, 1
potong kulit jambu
Cara membuat:
Direbus bersama dengan 2
gelas air sampai mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya
Cara menggunakan:
Diminum 2 kali sehari
g.
Sakit kulit
Bahan:
1
genggam daun jambu yang masih muda, 7 kuntum bunga jambu
Cara membuat:
Ditumbuk bersama-sama
sampai halus
Cara menggunakan:
Digosok pada bagian
kulit yang sakit.
h.
Obat luka baru
Bahan:
3 pucuk daun jambu
Cara membuat:
Dikunyah sampai lembut
Cara menggunakan:
Ditempelkan pada bagian
tubuh yang luka agar tidak mengeluarkan darah terus menerus
4.
Nenas
a.
Kembung
1 buah nenas masak
diparut, disaring dibuang ampasnya, diminum ½ gelas, 3 kali sehari sekitar 30
menit sebelum makan.
b.
Cacingan
Bahan:
1 buah nenas muda
Cara membuatnya:
Kupas lalu cuci sampai
bersih, kemudian bilas dengan air masak lalu parut, diperas lalu disaring
airnya.
Cara menggunakan:
Diminumkan sedikit demi
sedikit pada anak yang menderita cacingan
c.
Luka bakar,
gatal, bisul
Diambil beberapa helai
daun nanas, cuci sampai bersih lalu tumbuk hingga halus. Balurkan pada bagian
kulit yang sakit.
5. Kunyit
a.
Mencegah
timbulnya tetanus apabila kita ditusuk paku
Caranya:
Haluskan kunyit lalu
dipanggang di atas api dan ditempelkan pada luka
b.
Mengobati batuk
Caranya:
Dihaluskan, diparut,
disaring dicampur sedikit air
c.
Mencegah panas
dalam
Caranya:
Dihaluskan, diparut,
disaring, dicampur sedikit air dan kuning telur
d.
Sakit maag
(sakit ulu hati)
Bahan:
Kunyit yang tua 2 jari
tangan dan air matang ½ cangkir
Cara membuat:
Kupas kunyit dan
bersihkan, parut, lalu tambahkan air panas, peras dengan kain bersih, ambil air
beningnya.
Cara menggunakan:
Minum 2 kali sehari pagi
dan sore
6.
Temulawak
Khasiatnya:
a.
Menjaga fungsi
ginjal
Caranya:
Bagian akarnya dicuci
kemudian direbus sampai mendidih lalu diminum 1 kali sehari
b.
Mengobati bau
badan (aböu alo-alo)
Cara meramu:
5 iris temulawak,
dicuci, direbus dengan ½ gelas air selama 15 menit, lalu airnya diminum 1 kali
sehari.
7.
Kumis Kucing
Khasiatnya:
a.
Memperlancar
buang air kecil
Daunnya
dikeringkan kemudian direbus, airnya diminum 3 kali sehari
b.
Penyakit ginjal
dan masuk angin
1
genggam daun kumis direbus dengan
air, diminum 4 - 5 kali sehari
c.
Obat kencing
batu
Seluruh
bagian tanaman
Cara membuat:
Bahan dicuci sampai
bersih. Kemudian direbus dengan 1 liter air, sampai mendidih, saring terlebih
dahulu sebelum diminum. Obat ini diminum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas.
8.
Jahe
Khasiatnya,
Menghilangkan perut
kembung
Caranya:
Diparut, dicampur
sedikit air lalu disaring setelah itu dibuang ampasnya kemudian diminu
Daun Ubi
Khasiatnya,
Mempercepat
pemberhentian darah pada saat terluka
Caranya:
Daun ubi diremas-remas
dan ditempelkan pada yang luka
9.
Sirih
Khasiatnya,
a.
Menguatkan gigi
Caranya:
1
lembar daun sirih lalu dikunyah
b.
Menghilangkan
bau badan
Caranya:
Sekitar
15 lembar daun sirih direbus dengan air 2 liter lalu dijadikan sebagai air
mandi
Cocor Bebek
Khasiat:
Menghilangkan demam dan panas dalam
Cara membuat:
5 lembar daun cocor
bebek diperas di air hangat ½ gelas, disaring ampasnya lalu dibalurkan di
bagian perut, lalu airnya diminum 2 kali sehari.
10. Daun Pare (föria)
dan Daun Kapas
Khasiatnya:
Obat batuk
Bahan:
5 lembar daun pare dan
daun kapas
Cara membuat:
Daun pare dan daun kapas
diperas dalam 1 gelas air hangat lalu saring
Cara menggunakan:
Diminum 2 kali sehari
pagi dan sore
11. Daun Cabe Rawit dan Bowo Hefuyu’a
Khasiatnya:
Obat Bisul
Caranya:
9 lembar daun
cabe dan bowo hefuyu’a ditumbuk lalu
dibalurkan pada bagian bisul
12. Kangkung Merah
Khasiatnya:
Obat Gondok
Cara membuat:
1 genggam daun kangkung
merah, direbus dengan air sampai mendidih lalu disaring dan diminum 3 kali
sehari, bisa juga dengan cara dipepes baru dibalurkan pada gondok.
13. Bayam Merah dan Bulu Mosu-mosu
Khasiatnya :
Menambah Darah
Cara membuat:
1 genggam daun bayam
merah dan bulu mosu-mosu. Direbus
dengan air 1 liter sampai mendidih kemudian disaring.
Cara menggunakan:
Diminum 2 kali sehari
14. Bulu Lambuaya
khasiatnya:
Obat Cacing
Bahan:
1 genggam bulu lambuaya, air 1 liter
Cara membuat:
Direbus sampai mendidih
kemudian disaring
Cara menggunakan:
Diminum menjelang tidur
15. Kulit Batang Langsat, Kulit Batang Manggis dan Uli Höru
Khasiat:
Obat Demam (Menggigil)
Cara membuat:
Direbus sampai mendidih
kemudian disaring
Cara menggunakan:
Diminum 2 kali sehari.
16. Lengkuas
Khasiat :
Mengobati Panu
Cara membuat:
Lengkuas dipotong
miring, bagian ujungnya dipukul-pukul hingga berserabut seperti kuas
Cara menggunakan:
Digosokkan pada kulit
yang ada panunya
17. Wewe Silaö-Laöta
Khasiat:
Keseleo
Cara membuat:
1 genggam wewe silaö-laöta ditumbuk dan dibalurkan
pada bagian yang keseleo
18. Bulu Gomboyu
Khasiat:
Menyembuhkan Maag
Cara
membuat:
9 lembar bulu gomboyu diperas dalam air yang
hangat, disaring lalu diminum.
19. Bunga Genjer
Khasiat:
Darah Tinggi
Cara membuat:
1 kg bunga genjer
direbus dalam 1 liter air sampai mendidih, disaring dan diminum 3 kali sehari.
20. Bulu Nazalöu
Khasiatnya:
a.
Keseleo/Bengkak
Cara membuatnya:
1 genggam bulu nazalöu ditumbuk lalu dibalurkan
pada bagian yang keseleo atau bengkak
b.
Mengobati
bengkak terkena benda keras (abao-lumizo)
Cara meramu:
Daun nazalöu (wungu) segar, berikan
sedikit minyak makan, dipepes di atas bara api, selagi hangat dibalut pada
bagian tubuh yang bengkak.
21. BULU MBOLI,
SÖFÖ-SÖFÖ, SÖMA-SÖMA
Khasiatnya:
Menurunkan demam (menggigil)
Cara membuat:
3 lembar bulu mboli, söfö-söfö, söma-söma lalu diperas di air hangat
sebanyak ½ gelas, lalu disaring ampasnya digosok keseluruh badan dan airnya
diminum 3 kali sehari.
22. Bulu Golalu
Khasiat :
Mencegah Panas Dalam
Cara membuat:
9 lembar bulu golalu dicuci kemudian diperas pada
air hangat
Sebanyak 1 gelas,
disaring dibuang ampasnya diminum 2 kali sehari. (sangat baik digunakan ibu
hamil )
Daun
Singkong
Khasiat
Mengobati Sakit Perut
Cara membuat:
1 genggam daun singkong
yang masih muda diperas di air yang masih hangat sebanyak ½ gelas kemudian
disaring dan dicampur sedikit garam.
Cara menggunakan:
Diminum dan ampasnya
dipepes lalu digosok keseluruh tubuh
23. Mbango-mbango
Khasiat:
Mengobati Sakit Perut
Cara membuat:
1 genggam bulu mbango-mbango dicampur dengan kapur
sirih, kemudian diremas-remas dan dibalurkan pada bagian perut sekitar 15 menit.
24. Daun Terung
Khasiatnya:
Menyembuhkan Panu
Cara membuatnya:
3 lembar daun terung dan
dicampur tembakau lalu dipepes lalu dibalurkan pada bagian tubuh yang ada panu.
25. Belimbing
Khasiatnya :
Menyembuhkan Batuk Dan Mengatasi Demam.
Cara menggunakan:
1 buah belimbing yang
sudah masak, diparut lalu disaring, ampasnya dibuang, airnya diminum 2 kali
sehari.
26. JERUK NIPIS
Khasiat:
Obat Batuk
Cara membuatnya:
1 buah jeruk nipis
dipotong dan peras diambil airnya dan kemudian dicampur dengan madu. Aduk
sampai rata, minumkan pada penderita sehari sekali satu sendok makan.
27. Daun Pisang (Bulu Gae Ana’a Sokoli) dan Daun Alang-alang (Bulu Go’o Soköli)
Khasiat:
Mengobati Alergi (Fökhö Soyo Hulö Nene Baguli)
Cara meramu:
Segenggam daun pisang
dan daun alang-alang dibakar, abunya dicampur dengan minyak manis, baru
dioleskan pada bagian tubuh yang alergi.
28. Daun Jeruk Nipis (bulu dima sa’a) 9 pucuk,
Daun Manggis (bulu magi) 3 pucuk,
dan Daun Sirsak (bulu duria ulöndra) 3 pucuk.
Khasiat:
Mengobati Aduwa Ndro/Tika Late
Cara meramu:
Semua bahan diperas
dengan ½ gelas air, kemudian disaring, lalu airnya diminum 2 kali sehari
29. Daun
Senggani (bulu ndruru-ndruru) 100 lembar,
gula batu 1 ons, dan air tawar 3 liter
Khasiat:
Mengobati
Ambaien (Forombu Gogo)
Cara meramu:
Daun senggani
dan gula batu direbus sampai airnya tinggal sepertiga, air rebusannya disaring
dengan kain yang bersih, kemudian airnya diminum 2 kali 1 gelas sehari.
35.
Tunas Ilalang (mata go’o) 9
batang
Khasiat:
Mengobati Bara
Cara meramu:
Tunas ilalang dibakar,
kemudian dicampur dengan minyak makan baru dioleskan pada bagian yang sakit.
36. Buah Pinang ( fino
muhua )
Khasiat:
Mengobati Cacingan
Cara meramu:
5 buah biji pinang yang
masak, diiris, kemudian direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa setengah.
Setelah disaring dan didinginkan, lalu diminum. Sebaiknya diminum sebelum makan
pagi.
37. Telur Ayam 1 butir, Jahe (lahia) 2 potong masing-masing sebesar ibu jari, dan air tawar sebanyak 2 - 3 sendok makan.
Khasiat:
Mengobati batu kantong kemih, dan batu ginjal (kara mbua/kara bawaya)
Cara meramu:
Jahe diparut atau
ditumbuk halus dan ditambahkan air bersih sebanyak 2 - 3 sendok makan,
diremas-remas dan airnya disaring, kemudian air jahe tadi dicampur dengan telur
ayam kampung 1 butir (semua diambil) diminum tiap pagi selama 1 minggu
Daun Senggani (bulu ndruru-ndruru) 100 lembar, gula batu 1 ons, dan air tawar 1
liter
Khasiat:
Mengobati berak darah (soti’ini ndro)
Cara meramu:
Daun senggani dan gula
batu direbus sampai airnya tinggal sepertiga, air rebusannya disaring dengan
kain yang bersih, kemudian airnya diminum 2x1 gelas sehari.
42. Bulu Gae Zuli
Khasiat:
Mengobati lumpuh (ombuyu-mbuyu)
Cara meramu:
Daun gae zuli yang kering dibakar,
kemudian diambil abunya dicampur dengan minyak makan, baru dioleskan pada
seluruh tubuh yang lumpuh.
43. Kambium pohon boli (aro mboli), Kambium Pohon Golalu (aro golalu), dan Daun
Sirih yang
masih muda
(lehe/lahumawa dawuo) 27 pucuk.
Khasiat:
Mengobati maag (gala-gala wuso)
Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk,
yang setengah diperas dengan 1 gelas air dan airnya diminum, sedangkan yang
setengah lagi dibalutkan pada bagian perut yang sakit. Dicampur sedikit kapur sirih.
44. Daun sirih (tawuo geu) 9 pucuk, Daun
Pacing (hendrifo) 7 pucuk, Daun Golalu Manu 9 lembar,
daun Damo-Damo
Laosi 9 lembar, dan daun Lambuasi segenggam.
Khasiat:
Melancarkan persalinan (famahele nono situmbu)
Cara meramu:
Masing-masing bahan
dipotong kedua ujungnya, dicuci sampai bersih, kemudian diperas dengan ½ gelas
air, disaring, lalu diminum.
45. Cacar Air ( Sowulu
Zitaora)
Bahan:
Bulu Damauri 9 pucuk
Cara meramu:
Bulu damauri direbus, kemudian air rebusannya dijadikan air
mandi, sedangkan buahnya bisa dimakan.
46. Darah Tinggi
Bahan:
Buah Ma’ae
27 buah
Cara meramu:
Buah ma’ae diparut, diperas kemudian direbus
1 liter air. Air rebusannya diminum 3 x sehari.
Eksem ( Lamosö)
Bahan:
Tawuo Dano, Biji
Pinang, minyak manis
Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk
sampai halus, campur sedikit minyak makan, lalu dioleskan pada bagian tubuh
yang terkena eksem.
Sigöna Baewa Danö
Bahan:
Bulu Lu’u Moyo dan Ladara Eu
Cara meramu:
Bulu lu’u moyo dibakar, kemudian abunya
dicampur dengan minyak makan, baru dioleskan pada bagian tubuh yang terkena baewa danö.
47. Gigitan Ular
Bahan:
Bulu Jari-Jari
Cara meramu:
Bulu jari-jari segar digiling halus,
dibalutkan pada bagian yang sakit.
48. Ginjal (Bua
)
Bahan:
Bulu Lio-Lio
Cara meramu:
Segenggam bulu lio-lio, ditumbuk, diperas dengan ½
gelas air, dicampur dengan satu buah kuning telur ayam kampung dan diminum pada
malam hari.
49. Mogimö-gimö
Mbetu’a
Bahan:
Bulu famatö gahe mbuyuwu, bulu mbango-mbango dan telur ayam
kampung 1 buah
Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk lalu
diperas dengan air ½ gelas lalu disaring dan dicampur dengan kuning telur baru
diminum.
50. Jantung (Fökhö
Tödö)
Bahan:
Bulu
Endruo 3 lembar, bulu mboli 3 pucuk,
kunyit 3 buah, dan daun sirih 7 lembar
Cara
meramu:
Semua bahan direbus dengan ½ liter air, kemudian
airnya diminum
51. Kolera (Talu
Soyo)
Bahan:
Endruo 3 pucuk, bayam merah 3 batang, sukhu-sukhu 3 pucuk, dan kulit pohon kelapa seujung
jari panjangnya.
Cara meramu:
Semua bahan direbus ,
kemudian airnya diminum
52. Goa-goa/Gimö-gimö
Högö Ndraono
Bahan:
Daun Nangka 9 lembar
Cara meramu:
Daun nangka digongseng,
kemudian dicampur dengan minyak makan bari dioleskan pada kudis yang ada
dikepala anak.
53. Kurap (Böni)
Bahan:
Bulu Zösa, bulu mbango-mbango, bulu ndru’u alitö
Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk,
diteteskan sedikit minyak tanah baru digosok pada bagian tubuh yang terkena kurap.
54. Kutu Air (Tambilu)
Bahan:
Bulu Ge’oyo
Cara meramu:
Bulu ge’oyo ditumbuk lalu dibalutkan
pada bagian tubuh yang gatal
55. Lever (Fökhö
Ate)
Bahan:
Daun Sirsak
Cara meramu:
Diperas dengan air, lalu
airnya diminum
56. Limpa (Sabao
Fali’a)
Bahan:
Bulu Lawugale dipepes, lalu dimakan
57. Luka
Bahan:
Bulu Lawayö dan Bulu
Ladari
Cara meramu:
Bulu lawayö digiling halus baru
dibalutkan pada bagian luka dan diikat dengan bulu ladari
58. Menghilangkan Kecanduan Merokok
Bahan:
Bulu Ma’ufa Eu yang muda 3 lembar
Cara meramu:
Bulu ma’ufa dicuci lalu dimakan
59. Muntah Darah
Bahan:
Mo’u-Mo’u Gara segenggam
Cara meramu:
Diperas dengan segelas
air, disaring dan diberi sedikit garam baru diminum
60. Muntah Mencret
Bahan:
Air kelapa muda, arang
yang ada api batang sebesar ujung jari, air laut 1 sendok makan, dan kunyit 1
buah.
Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk
lalu disaring airnya diminum dan ampasnya dibalutkan pada perut
61. Sokolingö
Bahan:
Bulu Mara-Mara
Cara meramu:
Bahan dipepes, kemudian
dibalutkan pada bagian yang sakit
62. Sanörö Ösi
Bahan:
Balö gahe zagö 3 lembar, bulu kano-kano, 3 pucuk, bulu ndruru-ndruru 3 pucuk
Cara meramu:
Semua bahan dipepes,
beri sedikit minyak makan, kemudian digosok pada seluru badan yang sakit.
63. Patah Tulang
Bahan:
Famatö Gahe Mbuyuwu
3 pucuk, tanah merah segenggam, garam ½ sendok teh, dan air secukupnya.
Cara meramu:
Tumbuk semua bahan, lalu
oleskan pada bagian tubuh yang patah atau terkilir
64. Pendarahan
Bahan:
Ndru’u Alitö 3 pucuk, Bulu Go’o 3 helai, dan Arang Dapur
3 buah
Cara meramu:
Ditumbuk dan diperas
dengan ½ gelas air, baru diminum
65. Mukhölö-khölö
Danö
Bahan:
Bulu So’i-so’i yang tumbuh dipancuran 3 pucuk
Cara meramu:
Ditumbuk, dan diperas
dengan ½ gelas air, saring, kemudian airnya diminum
Fökhö
Högö Sihatambai
Bahan:
Bulu Mali-mali segenggam
Cara meramu:
Bahan direbus dengan 1
liter air, kemudian airnya di minum
66. Fökhö Hörö
Bahan:
Wa’a Ladari
Cara meramu:
Bahan direndam dalam air
selama 24 jam, kemudian air atau lendir yang keluar dari ladari diteteskan dalam mata, sebanyak 2 kali sehari sampai sembuh.
67. Batuk
Bahan:
Sitamba
Daun sitamba segenggam
Cara meramu:
Daun sitamba direbus, kemudian airnya diminum
2x ½ gelas sehar
68. Mogimö-gimö
Mbetu’a
Bahan:
Daun gambir segenggam
dan getah gambir 1 sendok
Cara meramu:
Semua bahan dimasak
dengan air sampai mendidih, airnya diminum 2x sehari selama 3 hari
berturut-turut.
69. Bio-bio Obou
Bahan:
Bulu lato 3 lembar, bulu mbio soyo 5 lembar, dan
bulu lawayö soyo
Cara meramu:
Semua bahan dibakar,
kemudian dicampur dengan minyak makan, baru dioleskan pada bagian tubuh yang
gatal-gatal.
70. Bio-bio Awu
Bahan:
Bulu manawa danö
Cara meramu:
Bulu manawa ditumbuk lalu digosok
pada bagian tubuh yang kena bio-bio
Tika
(bisul ganas yang tumbuh
mulai dari leher bagian bawah ke atas)
Bahan:
Bulu
muru soyo 3 pucuk, bulu mali-mali 3 pucuk,
bulu hefuyu’a 3 pucuk, Benalu yang
tumbuh pada pohon jeruk 3 pucuk, sikaso
3 pucuk, bulu siraya-raya 3 pucuk dan
bekas tanah longsor (tambu zaruru)
Cara meramu:
Semua bahan direbus
dalam satu tempat dengan 1 liter air, kemudian airnya diminum 3x1 gelas sehari.
71. Tika Takuru
(benjolan sejenis bisul kecil-kecil yang menyebar
dan melilit pada leher)
Bahan:
Cabe Rawit 27 buah,
ampas sirih 9 buah, dan tunas alang-alang 3 batang
Cara meramu:
Semua bahan digoreng
kemudian dicampur dengan minyak makan lalu dioleskan pada bagian yang sakit.
72. Demam
Bahan:
Bulu naru’u segenggam, dan bulu falo 3 pucuk
Cara meramu:
Semua bahan direbus ,
lalu selagi hangat sipenderita diuapi dengan air rebusan ramuan
73. Diare
Bahan:
Kanine 7 pucuk yang segar, dicuci, diperas dengan ½
gelas air dingin yang sudah masak lalu disaring dicampur sedikit garam kemudian
diminum selama beberapa hari sampai sembuh.
74. Disentri (Ti’i Hulö Otu-otu Sabu)
Bahan:
Bulu sowua ba dundra segenggam
Cara meramu:
Segenggam Bulu sowua ba dundra dicabut akarnya,
dicuci, kemudian direbus dengan air secukupnya, lalu airnya disaring baru
diminum.
75. Ginjal
Bahan:
Faya –faya luo 3 batang, sowua badundra 3 batang, kumis kucing 3
batang, anak rimba 3 batang.
Cara meramu:
Direbus dengan air
hingga matang, lalau airnya diminum
76. Lever
Bahan:
Bulu lahine ndrawa 3 pucuk
Cara meramu:
Diperas dengan ½ gelas
air, saring lalu diminum
77. Famahele Nono
Situmbu
Bahan:
Du’u zorugo 9 pucuk
Cara meramu:
Bahan diperas dengan ¼
gelas air, kemudian disaring, lalu diminum
78. Mencret
Bahan:
Bulu Afoa
Cara meramu:
3 pucuk bahan, ditumbuk
kemudian diperas dengan ½ gelas air lalu disaring dan diminum
79. Penyakit Tulang (Obou Mbu’)
Bahan:
Bulu gowi ndrawa 3 lembar, dan
bulu mbunga kawe secukupnya
Cara meramu:
Semua bahan ditumbuk,
diperas dengan ½ gelas air, disaring kemudian diminum
Penyakit Persendian (Kandro Bu’u)
Bahan:
Tumbuhan jalar yang
tersimpul (wewe sifabu’u), tumbuhan
jalar yang melewati batang pohon (wewe
sanörö hunö geu)
Cara meramu:
Semua bahan dibakar
kemudian abunya dicampur dengan minyak makan lalu dioleskan pada bagian tubuh
yang terasa sakit.
80. Sakit Pinggang
Bahan:
Bulu ambala danö (tapak lima)
Cara
meramu:
Segenggam tapak lima
dicabut bersama akarnya, cuci sampai bersih kemudian direbus dengan 5 gelas air
sampai tersisa setengah, baru diminum setiap menjelang tidur.
81. Usus Buntu (Balö
Mbetu’a)
Bahan:
Jeruk nipis 5 buah,
telur ayam kampung 1 buah
Cara meramu:
Air jeruk dicampur
dengan kuning telur ayam kampung, kemudian didiamkan selama 12 jam baru
diminum.
82. Terminum Racun (Samadu Langu)
Bahan:
Daun ubi
Cara meramu:
Daun ubi ditumbuk lalau
diperas dengan ½ gelas air, kemudian disaring baru diminum
Sakit Perut Anak
Bahan:
Bulu Esitö 3 pucuk
Cara meramu:
Bahan dipepeskan,
kemudian dibalutkan pada bagian perut anak-anak
83. Tuzumato (mata terasa pedis, lama-lama bola mata keluar)
Bahan:
Kulit pohon boli 1 lembar
Cara meramu:
Dikeruk, lalu diperas,
kemudian di minum
B.
NILAI BUDAYANYA
Kenyataan menujukkan
bahwa dengan bantuan obat-obat asal bahan alam tersebut (tradisional),
masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.
Hal ini menunjukkan
bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam telah memperlihatkan peranannya
dalam upaya kesehatan masyarakat.
C.
PENUTUP
Setiap rerumputan atau
tumbuhan pada dasarnya merupakan apotek lengkap yang menyediakan zat-zat
penting yang telah diciptakan oleh Tuhan. Sementara kita sendiri saat ini telah
begitu jauh dari alam dengan segala karakternya. Sejauh jarak yang memisahkan
kita dari alam maka separah itu pula penyakit yang bersemayam dalam diri kita
tanpa disadari.
Bahan-bahan herbal ini tersedia banyak di alam,
namun ternyata masih banyak yang belum diketahui faedahnya, termasuk bagaimna
mengolahnya. Tuhan Mahabaik, Dia telah menyediakan aneka herbal untuk dikelola
dan dimanfaatkan oleh manusia dengan seimbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar